"Ohhh.., Aaahh, Ranata!" Nadhine Aisyah merintih penuh nikmat sambil menyebut - nyebut nama sang lelaki terus masih saja terus mengulum kedua puting susu dan gumpalan empuk payudara sang gadis yang begitu lezat menggairahkan hasrat.
Dengan berganti - ganti ke kiri dan ke kanan, Vivadhi Ranata dengan kedua tangannya pun meremas - remas payudara Nadhine Aisyah dari pangkal ke ujung dengan penuh rasa gemas.
Bagaimana tidak, kedua belah buah dada Nadhine Aisyah terasa begitu kenyal, hangat dan enak untuk dipermainkan di dalam cengkraman tangan - tangan nakal sang lelaki.
Jari - jemari Vivadhi Ranata seolah - olah tenggelam dalam gundukan kedua belah payudara Nadhine Aisyah, ditelan oleh empuknya buah dada sang gadis yang sungguh begitu besar dan ranum untuk remaja seumuran dirinya.
"Ranata.... Aku udah gak tahan lagi nih… Aaahhhh!" rintih Nadhine Aisyah dengan lirih, tubuh indah sang gadis terasa semakin panas dan berkeringat sembari meronta - ronta penuh hasrat dalam pelukan sang lelaki.
Begitu pula dengan tubuh Vivadhi Ranata, sang lelaki juga mengalami hal yang sama dengan sang gadis.
Ditambah lagi, dalam hawa malam yang cukup sejuk akibat hujan yang turun membasahi bumi di luar kemah mereka, karena perbedaan suhu yang ada membuat seolah - olah tubuh kedua insan yang sedang bercumbu ria tersebut mengeluarkan uap panas yang membuat pemandangan dua sejoli yang sedang asyik menikmati siraman hasrat nafsu tersebut menjadi terlihat semakin menggairahkan.
Tubuh bugil bermandikan keringat Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah yang berselimutkan uap panas sungguh menggugah nafsu birahi tak tertahankan bagi siapa pun yang memandang mereka berdua.
Setelah puas mempermainkan kedua buah dada ranum nan kenyal milik Nadhine Aisyah, Vivadhi Ranata pun mengalihkan tangannya dan memeluk punggung gadis muda nan cantik tersebut.
Nadhine Aisyah dengan diiringi oleh tatapan mata penuh nafsu menatap basah sang lelaki yang sedang memeluk dirinya tersebut sambil mengangkat kedua kakinya yang indah putih dan mulus.
Lalu sang gadis pun menekukkan lututnya dan menyilangkan kedua kakinya di belakang tubuh Vivadhi Ranata.
Seperti kaki kepiting, Nadhine Aisyah menggepitkan kedua kakinya yang menyilang di pantat sang lelaki.
Kemudian Nadhine Aisyah menurunkan kedua tangannya yang sedari tadi memeluk leher Vivadhi Ranata dan kini memeluk sang lelaki di pinggangnya.
"Ranata... Ayo dong..., Ditekan - tekan lagi...." pinta Nadhine Aisyah dengan nada manja ditambah dengan tatapan basah penuh nafsu memandang langsung ke mata tajam sang lelaki.
Vivadhi Ranata memberikan ciuman prancis yang sangat basah dan panas kepada Nadhine Aisyah, sembari misil iskandarnya yang sudah begitu panas dan keras dengan liar bergesek - gesekkan dengan selangkangan becek milik sang gadis yang tak henti - hentinya mengucurkan cairan hangat khas seorang wanita dari air mancur yang memancar di tengah - tengah lembah indah kewanitaannya.
Vivadhi Ranata yang sudah menjadi begitu birahi meskipun sebelumnya telah menggilir tiga orang wanita saat ini telah kembali ingin merasakan gesekan - gesekan nan erotis di peraduan organ antara dirinya dengan sang gadis.
Sambil saling berpagut erat bagaikan dua ekor ular yang menarikan tarian cinta penuh maut, Vivadhi Ranata pun mulai mengayunkan lagi pinggangnya yang begitu perkasa bagaikan seekor beruang tersebut di atas rengakahan lembah paha indah yang begitu montok milik Nadhine Aisyah yang sedang mengangkang terpamerkan dengan segala pesona yang dimiliki olehnya.
Nadhine Aisyah pun juga seolah - olah tidak mau kalah dengan irama permainan sang lelaki.
Sang gadis dengan penuh hasrat mulai semakin menggepit - ngepitkan kakinya, mendorong pantat sang lelaki agar semakin menempel dengan tubuh sang gadis dan selangkangan mereka berdua dapat beradu dengan lebih mantap, lebih kuat, lebih panas dan lebih kencang.
Sungguh luar biasa sekali nikmat yang dirasakan oleh Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah saat kedua selangkangan mereka berdua saling beradu dalam simfoni erotis penuh hasrat nafsu.
Gaung - gaung gelora gairah yang menggema memenuhi segenap jiwa serta raga Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah dari peraduan selangkangan mereka yang menjalar memenuhi seantero tubuh dan pikiran mereka berdua makin menaik meninggi seiring dengan semakin intensnya pergumulan penuh hasrat di antara kedua insan tersebut.
Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah kini tidak bisa memikirkan apa - apa lagi selain hanya berfokus kepada setiap gesekan, setiap lipatan, dan setiap sentimeter dari seluk beluk liang cinta sang gadis yang beradu dengan misil iskandar sang lelaki yang begitu panas, keras dan penuh tenaga.
Malam basah bertirai hujan tersebut sungguh terasa seperti hanya milik Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah.
Gesekan - gesekan penuh hasrat nafsu antara Vivadhi Ranata dan Nadhine Aisyah semakin lama semakin naik iramanya.
Vivadhi Ranata dengan penuh kejantanan memacu misil iskandar miliknya yang begitu perkasa untuk mengacak - acak dan memporak - porandakan seisi liang cinta sang gadis dalam ledakan - ledakan hawa nafsu yang begitu luar biasa dan sungguh tak tertahankan.
Sementara itu, Nadhine Aisyah yang mulutnya terbuka lebar - lebar sambil dengan tanpa henti - hentinya berteriak sejadi - jadinya dengan penuh gairah hasrat nafsu yang bergelora dengan penuh semangat berkobar - kobar membakar segenap jiwa dan raganya di dalam hantaman perkasa sang lelaki juga tak mau kalah dan melakukan aksi - aksi yang mampu menambah kenikmatan dalam permainan cinta mereka berdua.
Nadhine Aisyah menggepitkan segenap otot - otot kuat penuh tenaga yang tersusun di sepanjang dinding liang cintanya yang begitu liat, becek, hangat dan licin berlumuran cairan cinta sang gadis.
Dengan segenap tenaga yang dimiliki oleh dirinya, Nadhine Aisyah berusaha mencengkeram dan meremas - remas segenap batang misil iskandar sang lelaki yang tertanam di jauh hingga ke bagian paling dalam dari liang cinta sang gadis.
Jepitan - jepitan dan kontraksi otot - otot dinding kenikmatan dari liang cinta sang gadis yang berusaha menahan gempuran demi gempuran dari misi iskandar sang lelaki sungguh nikmat luar biasa dan tak mampu terlukiskan oleh kata - kata.
Vivadhi Ranata sungguh sangat menikmati permainan cinta penuh gairah di antara dirinya dengan sang gadis yang usianya hampir seperempat dari usianya ini.
Gesekan, hantaman, jepitan, remasan dan gempuran - gempuran penuh gelora gairah di antara Vivadhi Ranata dengan Nadhine Aisyah semakin lama semakin intens mereka lakukan.
Sampai - sampai kedua insan yang sudah tenggelam dalam gelombang - gelombang hasrat nafsu tersebut sama sekali tidak sadar kalau hujan di luar kemah mereka sudah berhenti.
Malam di luar kemah di tengah - tengah alam liar tersebut terasa begitu hening….