webnovel

40. One Mission

Taehyung tetap menyilangkan kakinya, menumpuknya hingga terlihat sangat santai meskipun hatinya sedang kebakaran. Kedua lengan yang dilipat didepan dada sudah cukup membuat siapapun mengerti bahwa Taehyung adalah dominan. Tidak suka berada dibawah tekanan, karena dia adalah pria pemuja kebebasan. Air muka yang tak tenang, serta pergerakan jemarinya yang gelisah. Meskipun Taehyung selalu berusaha setenang mungkin dihadapan siapapun, tapi perkara yang ada di sampingnya adalah Jimin, tentu Jimin tidak pernah kesulitan membaca mimik wajah Taehyung. Karena sekali lagi, mereka adalah cermin.

Jimin tersenyum miring setelah Taehyung menyelesaikan pertanyaannya. Kilas balik seketika muncul seperti layar proyektor besar didalam isi kepalanya. Bagaimana ya akan menjelaskan pada Taehyung bahwa Jimin dan Jungkook adalah teman masa kecil. Lucu sekali saat Jimin teringat kalau Jungkook adalah bocah lelaki penurut yang akan berlari jika ayahnya memanggilnya. Anak dengan keposesifan luar biasa dari ayahnya, dijaga seperti menjaga berlian, sekalipun Jungkook tidak pernah sekalipun mendapatkan kasih sayang seorang ibu.

Pun sebenarnya Jimin juga sama, bedanya adalah keluarganya dulu baik-baik saja di Busan. Ayahnya bekerja dan ibunya menjadi ibu rumah tangga mengurusi dirinya. Namun untuk rumah yang bersebelahan, ah tidak bersebelahan, rumah Jungkook berselih 4 rumah dari rumah besarnya. Tidak besar si, hanya saja itu sudah cukup bisa dikatakan sebagai rumah. Ibunya juga tidak suka Jimin bermain dengan Jungkook kala itu, karena desas desus yang beredar bahwa Jungkook bukanlah anak biasa. Jadi ibunya takut setengah mati jika melihat anaknya terlibat didalam kehidupan Jungkook yang bahkan tak jelas asal-usulnya.

Jimin masih mengingat saat ibunya mengatakan bahwa Jungkook sebenarnya adalah anak orang kaya. Dan ada lagi juga yang mengatakan bahwa Jungkook adalah calon pewaris yang sengaja di asingkan. Dan masih banyak lagi desas desus yang beredar di lingkungannya tentang Jungkook. Dan mungkin itu jugalah yang membuat ayah Jungkook menjadi sangat posesif pada Jungkook. Itu hanya tebakan Jimin, karena sampai sekarang pun semuanya masih abu-abu. Jimin sampai berniat ingin tahu karena sangking penasarannya.

"Abel Red itu mengerikan Jim. Kenapa kau memilih pindah dari Busan dan pindah kesini?"

Taehyung melirik, menilik akan seperti apa wajah Jimin setelah ditanyai alasan kepindahannya. Lucu sekali, Jimin harusnya bahagia di Busan. Tapi sialnya, Taehyung selalu tidak mendapatkan jawaban apapun saat menanyakan hal yang sama pada Jimin. Mungkin akan sedikit berharap kali ini dia akan mendapatkan jawabannya. Melihat Jimin menarik garis senyum yang mungkin saja akan jadi awal dirinya mengetahui semuanya. Rahasia Jimin yang tak pernah terungkap selama ini.

"Kim Group."

Tepat sasaran. Jimin sungguhan memberikan apa yang Taehyung butuhkan. Jawaban yang selama ini seperti terus dinanti oleh Taehyung. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk sungguhan mengikrarkan dengan lantang genderang perang untuk memulai semuanya.

"Saingan perusahaan ayahku, tapi sekarang tidak lagi. Mungkin tujuan kita sekarang sama, Tae... Kau mengincar Sewon, dan aku ingin mematahkan praduga yang selama ini masih abu-abu didalam kepalaku." ujar Jimin panjang lebar. Membuat api penasaran yang ada didalam benak Taehyung kembali menemui puncaknya.

"Praduga? Kau punya misi?" Tembak Taehyung langsung pada intinya. Yang memang nyatanya tepat seperti apa yang ada didalam kepala Jimin.

"Choi Jungkook dan Kim Group."

Jimin bukan tipikal orang yang bertele-tele. Dia lebih senang sesuatu langsung pada intinya. Pun saat dirinya sungguhan memberi tahu Taehyung apa rencananya hingga nekat datang ke Abel Red yang bahkan tidak pernah ia sangka dia akan sungguhan datang ke kota mengerikan itu. Tentu bukan mengerikan dalam artian pembunuhan, ini lebih terkait pada persaingan perusahaan yang bisa dibilang tidak bisa dibilang persaingan sehat. Semua hal yang terjadi di Abel Red adalah abu-abu. Semu. Dan sulit dimengerti.

"Jadi...Kita sama?" tanya Taehyung seperti ingin memastikan semuanya.

Pun Jimin langsung mengarahkan obsidiannya kepada Taehyung. Mempertemukan dua pasang manik sehitam jelaga dan menyelam dalam didalam galaksi penuh intrik. Sudut bibir Jimin terangkat, menukik hingga dapat terlihat gigi taringnya menyapa lawan tatapnya, kemudian kepalanya mengangguk tanpa ada keraguan lagi didalam matanya. Tanda persetujuan bahwa; sudah ada dua kubu yang telah bersatu dalam satu misi.

"Ya."

[]

Nächstes Kapitel