Kedai Dourk, Walluo City.
Makan siang berlangsung cepat dan makanannya cukup lezat seperti kata Kapten Rumus. Bisa dikatakan kelezatan setiap menu di Kedai Dourk setara dengan restoran keluarga di bumi. Satu hal yang luar biasa karena di Benua Amstell bumbu dan rempah adalah komoditas yang mahal dan langka.
Sayangnya, bir jahe yang disuguhkan Kedai Dourk membuat rombongan dari Magwurt City ingin menangis dan mengumpat tanpa henti.
"Bir ini rasanya seperti kencing kuda yang dicampur dengan air rebusan jahe."
Keluh Kapten Rumus sambil melirik sampel Amur Beer yang dibawa anak buahnya.
"Mungkin kita bisa menawarkan Amur Beer ke pemilik kedai ini."
Kata Letkol. Slane dengan kasual, dan Kapten Rumus segera merespon dengan setengah menjerit.
"Ser Slane, dengan segala hormat, menurut saya Amur Beer layak mendapat tempat yang lebih baik."
Masih dengan nada memohon Kapten Rumus melanjutkan.
"Salah satu anak buah saya bisa kembali ke Magwurt City untuk menjemput Ser Maine, lalu kita bisa mengikuti saran beliau untuk menemui bangsawan di Kastil Walluo secara langsung."
Letkol. Slane menggigit apel di tangannya sebelum berkata.
"Kapten, tidak penting dimana kita mulai, yang penting adalah dimana kita berakhir. Lagipula Amur Beer yang kita bawa bukan komoditi eksklusif untuk para bangsawan."
Kapten Rumus seketika terdiam sementara Letkol. Slane dengan riang memanggil salah satu pelayan.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada juru masak atas makan siang yang lezat ini, bisakah kutawarkan segelas bir kepadanya?"
Pelayan wanita yang tampaknya masih berusia 17-18 tahun mengangguk kecil sebelum berkata dengan bangga.
"Papa adalah kepala juru masak di Kastil Walluo sebelum membuka kedai ini. Sayangnya ia ditendang keluar karena kebiasaan memberikan makanan yang tersisa ke pengemis dan gelandangan."
"Pantas saja."
Letkol. Slane mengangguk-angguk kecil, lalu segera mengambil gelas bir yang akan disertakan dalam promosi Amur Beer. Sementara Kapten Rumus meraih barrel kecil berisi sampel Amur Beer dari anak buahnya dan langsung membuka segelnya.
Saat Amur Beer mengalir ke dalam gelas di tangan Letkol. Slane, dengan takjub pelayan wanita memandang bir berwarna kuning keemasan yang sangat jernih tersebut.
Tidak lama setelah pelayan muda membawa Amur Beer ke dapur, seorang pria tua dengan pakaian kasual dan celemek berwarna krem keluar dari dapur sambil membawa gelas yang sudah kosong.
Seluruh rambut pria tersebut sudah memutih, wajahnya juga penuh dengan keriput, namun langkah pria tersebut sangat mantap sedangkan tatapan matanya sangat tajam dan jernih.
Sang Pria Tua membungkuk kecil dihadapan rombongan dari Magwurt City sebelum berkata.
"Tuan-tuan, perkenalkan nama saya Dourk dan saya sangat tersanjung dengan pujian Anda. Bir yang anda bawa luar biasa lezat dan jauh lebih baik dari bir di Kastil Walluo."
Pak Tua Dourk memandang gelas kosong di tangannya sebelum melanjutkan dengan penuh kekaguman.
"Entah siapa yang membuatnya, tapi saya yakin ia menghabiskan beberapa dekade atau mungkin beberapa generasi untuk menyempurnakan resepnya."
Letkol. Slane segera bangkit berdiri sebelum membungkuk kecil ke hadapan Pak Tua Dourk.
"Perkenalkan nama saya Slane, terima kasih untuk pujian Anda, dan bolehkah jika Amur Beer yang baru saja Anda cicipi diedarkan melalui kedai ini?"
Kapten Rumus segera mempersilahkan Pak Tua Dourk duduk di kursinya, atau tepatnya di hadapan Letkol. Slane, dan tanpa sungkan Pak Tua Dourk menerima niat baik tersebut sambil berkata.
"Saya tidak keberatan, tapi saya ragu saya bisa membeli Amur Beer. Keuntungan kedai ini tidaklah besar. Saya bahkan tidak bisa menyewa pekerja dan hanya bisa mengandalkan istri saya untuk membantu di dapur sementara dua anak perempuan saya menjadi pelayan."
Letkol. Slane menoleh ke arah anak laki-laki di sudut kedai sebelum berkata.
"Bagaimana dengannya?"
"Sambil memulihkan diri Sturk bekerja di sini, tapi selain makanan dan tempat tinggal saya tidak bisa menggajinya dengan layak. Jadi saya tidak tahu berapa lama ia akan bertahan."
Setelah termenung untuk sesaat Letkol. Slane berkata.
"Harga Amur Beer tidaklah mahal, hanya 6 coins/gelas. Selain itu, untuk tahun pertama Anda cukup membayar seharga 48 liter untuk setiap barrel kapasitas 50 liter."
Pak Tua Dourk menatap Letkol. Slane dengan mata terbelalak dan mulut ternganga sebelum akhirnya ia bertanya dengan penuh keraguan.
"Anda yakin dengan penawaran tersebut?"
"Tentu saja."
"Berapa banyak yang Anda bawa?"
"32 barrel, setelah segel dibuka setiap barrel harus dikonsumsi dalam waktu 12 hari sebelum rasa bir di dalamnya menjadi semakin lembut. Untuk barrel yang belum dibuka, rasa bir di dalamnya bisa bertahan hingga 3-4 tahun asal disimpan dengan baik."
Setelah membuat kalkulasi singkat Pak Tua Dourk berkata.
"Saya akan mengambil 15 barrel kalau begitu."
"Bisakah Anda mengambil semuanya?"
"Maaf, saya memiliki tempat penyimpanan yang memadai, tapi uang yang ada masih harus saya gunakan untuk membeli sayur, buah, telur, daging dan bahan makanan lainnya."
"Tuan Dourk, saat ini Anda cukup membayar uang muka dan bulan depan saya akan datang untuk mengambil sisanya. Anda juga bisa mengembalikan bir yang tidak terjual asal kondisinya masih seperti semula, atau justru menambah pesanan."
Pak Tua Dourk menatap Letkol. Slane dalam-dalam sebelum berkata.
"Tuan Slane, Anda memiliki cara berdagang yang aneh."
"Anda bisa menyebutnya sebagai terobosan dalam dunia pemasaran."
Pak Tua Dourk tersenyum kecil sebelum berkata.
"Bagaimana dengan pemilik bar lainnya? Kebanyakkan dari mereka adalah orang menyebalkan, tapi mereka bukan orang tolol yang tidak bisa melihat peluang. Jadi saya yakin mereka akan langsung menyambar tawaran Anda tanpa ragu."
"Sayangnya kami tidak berhasil menemui mereka dan saya sudah capek berkeliling."
Pak Tua Dourk mengangguk kecil sementara di dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Letkol. Slane tidak menunggu hingga ia bertemu dengan pemilik bar kelas menengah demi mendapat harga yang lebih baik, tapi pada akhirnya ia memilih untuk tidak mengungkapkan isi hatinya.
Transaksi dengan Pak Tua Dourk kemudian ditutup setelah orang tua tersebut dengan senang hati menawarkan gerobak miliknya untuk memindahkan Amur Beer.
- - - - -
Area pertanian dan peternakan di sebelah selatan Walluo City
Dari ratusan keluarga petani di Region Kandez, Keluarga Jarac hanyalah pemain kelas menengah. Saat Region Tuscan ada pada masa jayanya, Keluarga Jarac hanya menerima order berupa remah-remah kecil. Namun saat Region Tuscan ada pada masa terpuruk, Keluarga Jarac adalah satu-satunya Keluarga Petani di Region Kandez yang tidak memalingkan muka ketika mereka meminta keringanan harga.
Keluarga Jarac bahkan beberapa kali menjual bahan pangan ke Region Tuscan dengan harga nyaris tanpa keuntungan.
Dengan membaiknya kondisi Region Tuscan, maka petinggi Region Tuscan memutuskan sudah waktunya untuk membalas budi kepada Keluarga Jarac.
Dengan luwes Kapten Rumus memarkir M1152 ke depan sebuah rumah berukuran besar berdinding kayu dan beratap ilalang, dan begitu ia turun seorang pria tua segera menghampirinya sementara puluhan anak dan remaja memandang belasan kereta besi yang baru saja memasuki halaman rumah mereka.
"Kau lama tidak berkunjung, dan kini ketika datang kau mengendarai kereta besi yang aneh."
"Paman Jarac, senang melihat Anda segar dan bugar."
Pak Tua Jarac mengangguk kecil sebelum berkata dengan kasual.
"Masuklah, kami memiliki banyak kelebihan sayur yang tidak terjual selama beberapa hari ini."
Seperti biasa, Pak Tua Jarac akan mengatakan ia memiliki banyak kelebihan sayur dan akan menjualnya dengan harga murah. Namun tidak pernah sekalipun ia menjual sayur atau buah yang tidak layak ke Region Tuscan. Karena itu hati Kapten Rumus terasa hangat sementara tatapannya terpaku kepada petani tua di hadapannya tersebut.
"Ummm. . . Paman sebaiknya kita bicara terlebih dahulu, pesanan kami kali ini lebih besar dari biasanya."
Pak Tua Jarac terhenyak untuk beberapa lama sebelum berkata.
"Sepertinya kabar kalau Region Tuscan memenangkan konflik dengan Koalisi Utara bukan kabar burung."
"Yeah, dan sekarang kondisi ekonomi Region Tuscan juga sudah membaik."
Tanpa basa-basi Pak Tua Jarac kemudian membawa rombongan dari Magwurt City duduk di teras, dan tidak lama berselang beberapa wanita keluar sambil membawa jagung rebus, apel merah, pear, jeruk dan ketela bakar.
"Aku harap kau masih doyan makanan para petani."
"Tentu saja, bagi saya dan seluruh warga Region Tuscan setiap makanan dari ladang Keluarga Jarac adalah berkah yang tidak ternilai."
Tanpa sungkan Kapten Rumus mengambil sebuah ketela bakar dan melahapnya dengan riang, sementara Letkol. Slane dan para pengawalnya mengambil berbagai buah.
Sebagai petani yang merawat setiap tanaman di ladangnya layaknya anaknya sendiri, ekspresi keras di wajah Pak Tua Jarac seketika melembut ketika ia melihat para tamunya dengan riang melahap hasil ladangnya.
Setelah memasukkan sesuap ketela bakar ke mulutnya, Kapten Rumus lalu menyodorkan selembar daftar kepada Pak Tua Jarac, yang menerimanya sambil membelalakan mata.
Seumur hidup ia tidak pernah melihat kertas yang begitu putih dan tulisan yang begitu rapi, jadi wajar kalau ia terbengong untuk beberapa lama, dan saat ia membaca daftar yang tertulis di kertas tersebut Pak Tua Jarac menjadi semakin terbengong.
Selain gandum, barley, kedelai dan rhey, ia bisa menyediakan semua sayur, buah dan umbi-umbian di daftar tersebut. Hanya saja daftar tersebut secara spesifik menyebutkan produk harus di sortir berdasarkan kualitas dan ukuran dengan kode A, B, C sedangkan sisanya diberi kode D.
Ditambah lagi, tingkat kematangan buah dibagi ke dalam dua kategori, ⅘ matang untuk kode A dan ⅗ matang untuk kode lainnya.
Sedangkan untuk produk hewani seperti daging, susu dan telur kondisinya harus sesegar mungkin.
"Masalah sortir akan sangat melelahkan, tapi masih bisa kulakukan. Masalahnya kuantitas yang kalian minta terlalu besar. Aku harus melibatkan keluarga petani dan peternak lain, dan tentunya mereka tidak akan memberi potongan harga sepertiku."
Dengan kasual Kapten Rumus mengangguk.
"Kami mengerti dan siap membayar dengan harga normal, hanya saja kami hanya akan bicara dengan Paman Jarac."
Sebagai perwakilan tunggal, Keluarga Jarac akan mendapat komisi dari petani atau peternak lain sebesar 2% dari harga pokok penjualan. Namun Pak Tua Jarac tidak buru-buru merayakannya.
"Kau yakin ingin menunjukku sebagai perwakilan tunggal? Karena untuk order sebesar ini biasanya 6-8 pemain terbesarlah yang akan ditunjuk sebagai perwakilan."
"Sepenuhnya yakin."
"Baiklah kalau begitu, tapi kau pasti sadar aku tidak bisa meyakinkan petani dan peternak lainnya hanya dengan omongan."
"Tentu saja."
Kapten Rumus lalu mengeluarkan 20 lembar banknote yang terbuat dari kulit domba berukuran 30x20 cm, dan masing-masing bernilai 10.000 koin, lengkap dengan sebuah tanda terima.
Pak Tua Jarac memandang banknote di hadapannya untuk sesaat sebelum memanggil istrinya.
Dengan penuh ketelitian istri Pak Tua Jarac memeriksa banknote yang disodorkan Kapten Rumus satu per satu sebelum akhirnya ia menarik nafas dalam-dalam.
"Semuanya banknote asli dari Bank Sentral Kingdom Makai, darimana kau mendapatkannya?"
Dengan riang Kapten Rumus menjawab.
"Dari brankas bawah tanah di Benteng Cambia."
Pak Tua Jarac dan istrinya seketika menghela nafas dalam-dalam, sementara di dalam hati mereka bergumam.
'Sepertinya Dewa-Dewa di langit kembali berpihak kepada Region Tuscan.'
*****
Jika Anda menyukai karya ini, mohon dukung author dengan membacanya di:
https://webnovel.com/book/daftar-operasi-tf-amethyst_18237552306968405
Terima kasih.