webnovel

Kenangan Pahit

"Pagi Liana," sapa Alwhin.

"Pagi juga Alwhin..." balas Liana, "Biasanya kau bersama Alphonso, kemana dia?" Liana celingak celinguk mencari Alphonso.

"Alphonso sedang menjalani terapi untuk matanya. Ayahku mendapat kabar kalau ada seseorang yang dapat mengobati dan menangkal jenis ilmu magis jahat. Semoga saja kali ini berhasil." Nampak pancaran harapan dari matanya tersebut.

"Kenapa kau tidak ikut?" tanya Liana.

"Kali ini aku ingin di sini dulu. Malah membawa dua orang yang menyusahkan hanya akan menambah beban untuk ayahku." Alwhin tertawa miris.

Liana sungguh sedih sekarang, Liana sangat berharap kalau dirinya bisa membantu. Liana sangat ingin melihat si kembar Handpull sembuh seperti sedia kala.

Liana mendekati Alwhin dan menepuk pelan pundak remaja tersebut. Lalu memeluk dan memberi semangat lewat hangatnya pelukannya. Si kembar Handpull sudah Liana anggap seperti adiknya sendiri. Liana menangkup pipi Alwhin lalu menyemangati Alwhin lewat kata-katanya. Meskipun tidak seberapa, Liana harap hal kecil yang ia lakukan kini bisa menyalakan api semangat dalam diri Alwhin.

Liana tahu betul bagaimana Alwhin. Dia adalah tipikal orang yang selalu menanggung semua perasaan sendiri. Membiarkan hatinya terjerat rantai rasa bersalah. Meskipun dia hanyalah korban, dan tidak tahu apa-apa.

Liana tahu kisah tentang kejadian mengerikan yang menimpa si kembar Handpull, dari Tuan Hurrold. Semua itu terjadi ketika si kembar masih berumur sepuluh tahun. Waktu itu mereka pergi ke sebuah acara tahunan di kota sebelah. Mereka tidak pergi berdua saja. Melainkan bersama teman-teman mereka. Pak Hurrold dan orang tua anak-anak yang lain kala itu juga ikut menemani. Acara yang di selenggarakan cukup meriah, tentunya si kembar sangat senang. Apalagi ketika itu ada pertunjukkan sirkus yang amat digemari mereka berdua.

Semuanya nampak aman-aman saja, sangat membahagiakan dan menyenangkan. Namun mereka semua tidak tahu bahwa ada bahaya yang mengintai nyawa mereka.

Banyak orang yang memutuskan untuk menginap di kota tersebut. Karena acara tersebut berlangsung selama empat hari. Bahkan Tuan Hurrold sengaja memberi libur pada karyawan kedai nya dan menutup kedainya selama beberapa hari. Karena beliau ingin fokus pada liburannya bersama kedua putra tercintanya.

Saat hari ke-dua dalam acara tahunan tersebut. tiba-tiba menjelang malam ketiga seluruh anak-anak yang berada dekat dengan lokasi acara tersebut menghilang. Seluruh orang tua termasuk Tuan Hurrold khawatir bukan main. Mereka bingung serta takut karena anak mereka hilang tanpa jejak.

Bersamaan dengan kehebohan tersebut, tiba-tiba satu rombongan sirkus yang juga melakukan pertunjukkan di sana sudah berkemas pergi. Tanpa ada bekas, pesan, ataupun jejak. Tentunya hal tersebut menuai kecurigaan para orang tua dari anak-anak yang hilang tersebut.

Para orang tua langsung melaporkan hal tersebut pada badan keamanan kota, para prajurit pun dikerahkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Namun nihil, karena sampai hampir seminggu tidak ada jejak sedikitpun yang didapat dalam pencarian tersebut.

Banyak dari mereka yang frustasi, karena buah hati mereka dalam bahaya dan tidak diketahui masih hidup atau tidak. Tuan Hurrold kala itu amat terpukul. Acara liburan yang semestinya menjadi memori kebahagiaan untuk dia dan anak-anaknya berubah menjadi ketakutan dan memori menyeramkan dalam hidup mereka. Sudah berbagai upaya di lakukan. Namun tetap saja tidak berhasil. Mulai dari para peramal, para prajurit, para ahli pendeteksi energi sihir tetap tidak ada yang dapat menemukan keberadaan anak-anak yang hilang tersebut.

Sampai suatu saat ketika enam belas hari setelah peristiwa penculikan itu tiba-tiba para prajurit menemukan seluruh anak yang hilang teraebut dalam kondisi tak sadarkan diri di dekat area terlarang kawasan lembah Cloudya. Tempat itu merupakan salah satu neo orama. Namun dilarang untuk dikunjungi karena banyaknya hewan magis yang buas dan ganas. Serta rumor akan roh-roh jahat yang mendiami kawasan tersebut.

Seluruh orang tua dari anak-anak tersebut termasuk Tuan Hurrold tentunya sangat bahagia dan lega mengetahui kalau anak-anak mereka masih hidup dan selamat. Tetapi kebahagiaan tersebut tak berlangsung lama. Setelah anak-anak tersebut sadar, mereka langsung menangis dan ketakutan. Kekuatan dan keahlian magis mereka hilang, tak hanya itu, bahkan ada beberapa yang mengalami kehilangan fungsi dari indera dan anggota tubuh mereka. Dan salah satunya adalah si kembar Handpull. Ini semua menjadi tamparan keras bagi semua orang yang ada di situ. Bahkan untuk kebanyakan orang peristiwa itu dikenang sebagai peristiwa Amitto Ridere, yang artinya kehilangan tawa.

Sepulangnya dari sana Tuan Hurrold kesana kemari mencari solusi untuk mengembalikan keadaan si kembar seperti semula. Namun semuanya tak membuahkan hasil. Dan jawaban yang di dapat pun selalu sama.

'Hak mereka telah direbut secara paksa oleh kekuatan magis jahat.'

Tuan Hurrold tahu itu. Namun bukan hal itu yang ingin ia dengar. Ia ingin mendengar kata 'Anak mu bisa disembuhkan sepertu sedia kala.' Tuan Hurrold tidak sanggup melihat ketidakberdayaan buah hatinya sekarang.

Namun secara perlahan si kembar mampu menerima kenyataan tersebut. Mereka berusaha kuat dan tidak mengingat-ngingat hal perih tersebut. Namun jauh dalam hati kecil mereka, mereka selalu berharap Tuhan memberkati mereka dan memberikan jalan keluar untuk kesembuhan mereka.

Kembali pada Liana dan Alwhin sekarang. Alwhin sekarang tengah mengaduh kesakitan karena pipinya dicubit Liana. Liana tidak suka melihat Alwhin memasang wajah sedih, maka dari itu ia sedikit mengusili Alwhin.

Liana berharap orang yang diberitakan itu memang benar-benar bisa mengembalukan keadaan si kembar seperti semula.

"Ah, tak terasa sudah sore. Jam kerjamu sudah habis Liana, kau boleh pulang. Karena sekarang aku hendak menutup kedai ini," ujar Alwhin.

Hari ini Liana dapat jam kerja sampai sore, dan ia memutuskan untuk tidak belajar privat dulu. Karena orang yang mendapat jam kerja sore menggantikannya rupanya wedang sakit. Jadi Liana kebagian beberapa jam kerja tambahan.

"Baiklah, aku akan membantumu dulu sebelum pulang." Liana mulai mengelap meja, "Ngomong-ngomong...tumben tutup jam segini."

"Iya, ayahku berpesan untuk menutup kedai lebih awal. Malam ini aku juga bermalam di rumah teman ayahku. Kebetulan anak beliau juga mengalami hal yang sama dengan aku dan Alphonso," ujar Lysander seraya menghitung uang yang ada di meja kasir.

"Begitu ya? kalau ada sesuatu hubungi saja aku. Aku pasti akan membantumu Alwhin," ujar Liana seraya tersenyum.

"Terima kasih Liana. Kau sangat baik dan selalu membantu kami." Alwhin menatap Liana dan tersenyum lembut.

"Itu ku lakukan karena kalian sudah ku anggap seperti keluarga ku sendiri."

Setelah semua sudah selesai, seluruh karyawan kedai termasuk Liana pulang dari kedai tersebut. Tersisa Alwhin yang masih mencatat pendapatan kedai hari ini. Ia sangat luwes dan handal.

Ketika terfokus dalam kegiatannya, bunyi bel pintu kedai berbunyi. Menandakan ada yang masuk ke dalam kedai tersebut.

"Maaf, namun kedai sudah tutup Tuan." Alwhin berbalik ke arah datangnya suara.

"Astaga, sayang sekali. Tidak apa-apa, besok saya akan datang ke sini lagi. Saya dengar pelayanan di sini ramah, dan makanannya enak-enak," ujar orang yang memasuki kedai tersebut.

"Sekali lagi maaf Tuan, dan selamat malam." balas Alwhin.

Sosok orang itu membalas dengan senyuman lalu menghilang di balik pintu kedai. Dia nampak celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang. Namun nihil, orang yang ia cari tidak ada di sekitaran situ.

'Aku merasakannya di sini, persis dengan energi dari jimat itu. Perempuan itu pasti tadi berada di sini,' batin orang tersebut kesal.

Merasa apa yang ia cari tidak ada di situ, pria itu memutuskan pergi ke tempat lain.

Di sisi lain, Liana masih berada di perjalanan pulang. Sesekali ia melihat pantulan dirinya yang ada di cermin sakunya. Oh, betapa indahnya kalung yang ia dapatkan di Tanah Intacta beberapa waktu kemarin. Permata hitam itu amat ia sukai. Berkilau bila terkena pantulan cahaya dan warnanya sangat elegan. Alwhin pun penasaran di mana Liana membeli kalung miliknya tersebut, dan Liana memberi tahu kalau ia menemukannya ketika sedang berlatih. Liana harap kalungnya ini tidak akan membawa Liana pada sesuatu yang buruk. Tapi Liana yakin kalau keindahan tampilan kalungnya juga membawa keindahan pada kehidupannya Liana. Ya, semoga saja.

Nächstes Kapitel