webnovel

Part 22

Selesai sholat maghrib, Felix ke dapur untuk masak. Sebelumnya, Calvin sudah pulang. Felix sholat maghrib di mushola rumah, sedangkan Ivi di kamar. Felix belum menemui Ivi. Ia hanya sekedar melihat Ivi dari pintu kamar.

Flashback on

Felix membuka pintu kamar dengan kunci cadangan, ia menatap lurus pada objek yang ia tuju. Ya, Ivi. Ivi tertidur dengan kondisi memeluk foto wedding mereka, kemudian Felix berdiri di belakang Ivi. Fyi, posisi tidur Ivi itu miring ya jadi dia membelakangi Felix. Felix bisa melihat dengan jelas bekas air mata Ivi yang membasahi sarung bantal. Matanya bengkak. Ia tahu bahwa Ivi sedang terluka sekarang. Wanitanya akan mengurung diri dan diam pada saat ia benar-benar kecewa.

Perlahan tapi pasti, air mata Felix jatuh. Ia merasa gagal dalam menjaga Ivi. Bahkan ia sudah membuat wanitanya menangis dengan kondisi berbadan dua. Ia tak kuasa melihat kepedihan Ivi.

"Maaf... Aku bener-bener gak maksud buat nyakitin kamu.." Setelah mengucapkan itu pelan, ia langsung keluar dan mengunci kembali pintu kamar itu.

Flashback off

Felix memasak sup dan ayam goreng Kalasan. Saat sedang sibuk menggoreng ayam, Ivi ke dapur untuk minum. Ivi tak menghiraukan keberadaan Felix. Ia minum dengan santai. Felix menegur.

"Aku lagi masak. Nanti kita makan bareng ya.." ucap Felix lembut.

"Gausah. Aku gak laper." Ivi melenggang pergi ke ruang tv.

Felix menghela nafas. Ia mengangkat ayam gorengnya sebelum menyusul Ivi. Felix duduk di samping Ivi.

"Kamu makan ya... Kasihan baby di dalam.." bujuk Felix.

"Masih peduli?" ketus Ivi.

"Kok kamu gitu?"

"Kirain sudah lupa.."

"Jangan gitu sayang.. Aku gak maksud buat nyakitin kamu... "

"Iyaiya.. Sudah kamu aja yang makan. Aku gak laper sama sekali."

"Aku mohon kamu makan ya.. Aku sudah masak lho buat kamu."

"Aku gak nyuruh kamu buat masak."

"Tapi aku mau masak buat kamu. Demi kamu dan bayi kita.."

"Aku gak butuh.. Aku bisa ngelakuin apapun sendiri. Tanpa kamu bahkan.."

Felix menunduk lesu. Ia tahu bahwa Ivi menyindir dirinya yang jarang di rumah karena berlayar. Bahkan Ivi harus melakukan semuanya sendiri di saat tak ada seorang pun di rumah.

"Aku minta maaf sudah buat kamu susah selama aku pergi.."

"Oh"

"Tapi ini semua-" ucapan Felix terpotong.

"Demi kita.. Haha basi tahu gak? Kamu kerja bukan buat kita. Tapi buat kesenangan kamu dan bitch itu! Gausah munafik! Aku tahu semuanya!" Ivi menahan air matanya.

"Maksud kamu?"

"Sudahlah gausah ngelak.. aku tahu kok apa yang kamu lakuin di sana. Kamu KHIANATI AKU FELIX!!" Bentak Ivi.

"Aku gak pernah khianati kamu sayang.." Felix menggenggam tangan Ivi. Ivi menepisnya.

"Masih mau bohong?!! Iya?!"

"Aku gak bohong vi.."

"Sudahlah.. Tega ya kamu! Di saat aku lagi ngandung anak kamu, kamu malah enak-enakan selingkuh! Aku di sini nungguin kabar dari kamu tapi kamu? Kamu gak peduli! Kamu malah senang-senang dengan wanita lain! Salah aku apa??!! Kamu minta aku jaga hati buat kamu tapi kamu sendiri umbar hati kamu ke orang lain!! Menjijikkan!" Ivi membuang muka.

"Aku gak seperti itu vi.. Aku dijebak Shena!"

"Aku gak peduli! Dijebak atau enggaknya kamu, tetap aja kamu salah! Kamu kasih dia respon sampai dia bisa gitu sama kamu!"

"Aku punya alasan untuk ngelakuin semua ini.. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa.."

"Aku kenapa? Aku itu gapapa disini Lix!"

"Shena dan Alfi mau jahatin kamu!"

"Lalu, apa kamu gak bisa jagain aku sampai kamu nurut sama dia?! Kamu bodoh?! Dengan cara itu, berarti kamu sudah ngerusak pernikahan kita! Kamu bisa buat aku hindari kejahatan mereka tapi bukan dengan cara seperti itu! Pihak berwajib itu ada! Apa yang kamu takutkan?!"

"Maaf... Aku memang bodoh.. Maaf.." Felix menunduk.

Tiba-tiba, Calvin datang.

"Gue sudah selidiki sedikit. Kalian tenang aja. Lo gak pernah nyentuh dia kak. Dia hanya memanipulasi semua ini. Gue yang bakal urus.. Sans.." Calvin menengahi.

"Vin??" Felix terkejut atas ungkapan Calvin.

"Gue sudah janji sama lo kalau gue bakal bantuin lo keluar dari masalah ini. Perlahan, gue pasti bisa selesain semua ini. Sabar.." Calvin.

"Thanks vin.. Gue gak tahu harus bilang apa ke lo.." Felix

"Santai lah kak.. Kita kan sodara.."

"Makasih vin.." Ivi

"Sama-sama kak... Yaudah, kalian jangan berantem lagi, kalau kalian berantem, tentu mereka akan senang donk. Ayo baikan ya.." Bujuk Calvin.

"Sayang, maafin aku ya..." Felix

"Yaudah.."

Felix memeluk Ivi.

"Makasih..."

"Hm"

"Yaudah ayo makan.. Laper gue. Gue denger tadi Kapten masak ya?" ledek Calvin.

"Hahah iya vin.. Ayo ayo makan bareng.." Felix tertawa.

"Jangan cemburu lagi.." ingat Ivi.

"Siap sayang... Heheh"

"Hahah..." Calvin.

Mereka pun dinner. Setelah itu, Felix dan Ivi mencuci piring.

"Eh, kak,biar gue aja deh yang nyupir.. Nyuci piring heheh.. Kan gue sudah dikasih makan di sini." Calvin.

"Oh yaudah.. Biar dia aja yang cuci sayang. Kita santai-santai aja depan tv. Ayo.." ledek Felix.

"Eh, sialan lo kak.. Padahal gue cuma pura-pura tadi wkwk..." Calvin

"Hahah... Yaudah vin tolong cuciin ya heheh.." Ivi.

"Siap deh.. Sekalian gue belajar jadi suamiable wkwk..."

"Hahahha..." tawa mereka.

Di lain sisi, Aksa sedang bingung mencari waktu yang tepat untuk menghubungi Ivi.

"Gue telpon sekarang aja kali ya? Semoga gak ganggu deh.." Aksa pun menghubungi Ivi.

Drrrtttt....

Hp Ivi berdering,menandakan panggilan masuk. Tertera nama Aksa disitu.

"Aksa siapa?" tanya Felix.

"Ha?" Ivi terkejut saat Felix ikut menatap layar ponselnya.

"Kok kaget gitu? Selingkuhan kamu?"

"Kok tahu sih?" Canda Ivi.

"Oh.." Felix langsung membuang muka.

"Halo.. Assalamualaikum.." ucap Ivi lembut.

"Waalaikumsalam miss... Miss apa kabar?"

"Alhamdulillah baik kok. Kamu?"

"Baik juga. Miss, besok ada waktu luang gak?"

"Waktu luang ya? Hmm ada.." Ivi sengaja. Ia melirik suaminya yang sudah emosi.

"Bisa ketemu gak miss?"

"Ketemu? Dimana nih?"

"Dimana aja miss..."

"Di hati saya aja ya wkwk..."

"Heheh miss bisa aja. Nanti melting lho saya miss heheh..."

"Heheh..  Di rumah saya boleh, di cafe juga boleh.. Terserah.."

"Rumah miss aja ya? Selesai zuhur miss.."

"Oh gitu. Ok.. "

"See you miss.."

"See you too.."

Panggilan end.

Calvin pun ikut duduk dengan mereka.

"Nyupir itu capek juga ya...." keluh Calvin.

Mereka hanya diam. Sementara Ivi melirik Felix yang sudah sangat kesal. Ivi menahan tawanya.

"Kalian kenapa?" tanya Calvin heran.

"Selirnya banyak.. Payah.." Ketus Felix.

"Selir? Kenapa sih?" heran Calvin.

"Kakak ipar lo banyak banget fans nya.."

"Iyalah.. Aku kan cantik..." Ivi menahan tawa.

"Bener juga sih... Gue juga mau donk jadi selir lo kak.." Felix menatap horor Calvin.

"Eh santai kak santai... Wkwk.."

"Cemburuan banget.." Ivi

"Itu artinya aku cinta banget sama kamu. Kamunya aja yang gak.." Kesel Felix.

"Sembarangan... Aku tuh juga cinta kok.."

"Cinta apaan? Kamu aja respon semua lelaki. Siapa aja direspon. Pakai kontekan sama mantan lagi.." Felix kembali ketus.

"Lah, mantan kan bukan berarti musuh.."

"Serah.."

Felix jengah.

"Emang siapa yang nelpon kak?" tanya Calvin.

"Mahasiswa aku vin. Relator kelas tepatnya."

"Gak ada urusannya lagi sama kamu. Kamu kan sudah resign."

"Siapa bilang?"

Felix menatap kesal istrinya itu.

"Kamu ngajak ribut?"

"Enggak tuh.."

"Terus maksud kamu apa?"

"Aku kan emang belum resign.. Aku tetap ngajar tapi via online heheh..."

"Oh.. Jadi kamu bohongin aku?"

"Sesekali juga gapapa.. Kan kamu lebih sering bohong nya."

"Capek aku tuh ngomong sama kamu."

"Yaudah pakai bahasa isyarat aja.."

"Ya Allah Ivi.. Kamu tuh ngeselin ya.."

"Ngangenin kok. Yakan vin?"

"Iya donk" timpal Calvin.

"Stress!"

"Heheh... Aku sudah resign beneran kok. Cuma mahasiswa aku tuh masih sering hubungi aku. Tanya-tanya kabar atau apalah. Ya maklum, aku kan dosen favorit heheh..."

"Iyain aja.."Felix.

"Sa ae lo kak wkwk..."

"Tadi ngapain dia telpon?"

"Mau ke rumah.." jawab Ivi enteng.

"Aku gak izinin!"

"Lho, suka-suka akulah.. Kan rumah aku.." Ivi terus memancing emosi Felix. Sebenarnya Ivi tuh tipe istri yang moodyan guys. Kalau dia kesel, dia bakal diam seribu bahasa. Tapi kalau dia lagi seneng, jiwa ngeselin nya itu keluar.

"Oh jadi gitu? Kayak gitu?" kesel Felix

"Enggak sayang enggak heheh..  Maaf..." Ivi merapalkan tangannya ke dada minta maaf.

"hmm..."

"Ihhh lucu deh kalian.. Jadi pengen nikah juga gue" ucap Calvin.

"Tapi istri kamu gak bakal selucu aku vin heheh" ucap Ivi dengan PD.

"Dan gak akan senyebelin Ivi.." Timpal Felix.

"Enak aja.. Aku gak nyebelin keles."

"Iya kakak iya... Kakak yang terbaik."

"Betul sekaliii..."

"Jam berapa dia ke sini?"

"Habis zuhur.."

"Oh.."

"Sayang,besok kamu yang masak ya.. Agak banyakan.."

"Enggak.. Kan tamu kamu bukan aku."

"Kok kamu gitu sih?"

"Biarin.."

"Ish.. Jahat.. Yaudah gausah. Gausah tidur di kamar aku!" Sebel Ivi.

"Ish! Tega banget sih.."

"Biar!"

"Yaudah iya aku masak. Dia doank yang datang?"

"Kayaknya enggak deh.. Kayaknya bakal ramai. Tapi dia perwakilan yang telpon aku."

"Oh.. Kirain.."

"Makanya jangan seudzon mulu.."

"Iyaiya.. Yaudah besok kita ke swalayan dulu ya.."

"Siap.. Aku juga mau belanja keperluan baby. Ke mall aja deh sekalian."

"Ok.. Eh vin, lo gak pulang?"

"Males.. Di rumah sepi."

"Mau nginap vin?" tanya Ivi.

"Boleh kan kak?"

"Boleh kok.. Yang penting besok bantuin aku beresin rumah heheh.."

"Dasar lo kak wkwk..."

"Hahah binik gue emang bisa aja... Yaudah vin tidur deh.. Besok lo kerja lho.."

"Lah, lo gak?"

"Gue ntar aja deh mulai ngantor setelah Ivi lahiran."

"Eh tunggu deh.. Kamu sudah resign?"

"Sudahlah... Demi kamu tahu.."

"Uluhhh sweet nya... Maciw sayang.." Ivi mengecup pipi kanan Felix.

"Sayang deh..." Felix memeluknya.

"Tidur ah tidurrrr...." sindir Calvin sambil berjalan.

..

..

..

Mau next part nih?? Ayo donk guys komen. Kasih saran yaa heheh...

Nächstes Kapitel