webnovel

Chapter 15

Chapter 15. Raia menyatakan Cintanya dengan khas!

Di kekosongan yang gelap gulita, serangkaian badai petir yang bergemuruh menghiasi kegelapan.

Crakk!!

Badai petir berhenti, tetapi kekosongan menimbulkan bunyi pecah dan celah besar terbentuk disana.

Celah itu semakin lama semakin besar hingga akhirnya sebesar sebuah planet, bukan hanya itu, celah itu menarik segala sesuatu yang berada disekitarnya.

Semakin besar celahnya, semakin besar daya tariknya. Benda-benda yang mengambang di kekosongan segera tertarik kearahnya.

Sementara hal ini terjadi, Raia sedang menggendong Sany seperti seorang putri. Alasan kenapa Sany bisa berakhir seperti ini, hal itu karena ia terlalu memerah hingga pingsan.

Saat Raia tiba dikamarnya, ia mengendalikan bayangan dan memutar kenop pintu, pintu itu terbuka kemudian ia memasukinya.

Raia jarang menyalakan lampunya, hingga ruangan itu selalu gelap gulita di malam hari, tetapi Raia sudah terbiasa dan ia mampu melihat sejelas siang hari.

Ia meletakan Sany di tempat tidurnya dengan lembut, ia takut membangunkan dewi dipelukannya ini.

Raia memperhatikan masih ada beberapa tetes air ditubuh Sany, itu membuat Sany terlihat agak erotis.

Setiap lelaki akan merasa tergoda di dengan pemandangan di depannya, tetapi tidak dengan Raia. Ia setiap malam selalu tertidur bersama Sany dan ibunya, ia sekarang sudah terbiasa melihat tubuh wanita telanjang.

Harus di katakan, tubuh Sany memang menggoda. Tetapi payudaranya yang kecil dan tingginya yang hanya 163 cm membuatnya jauh dari kata dewasa, lebih tepat untuk dikatakan sebagai remaja.

Raia melepaskan handuk yang melilit tubuhnya, kemudian ia mengelap tetesan air yang masih tersisa dan mengeringkan bagian tubuh Sany yang masih basah atau lembab.

Semua bagian tubuhnya.

Setelah selesai, Raia menyelimuti tubuh Sany yang indah dengan selimut hangat.

Merasakan kehangatan yang melilit tubuhnya, Sany memperlihatkan senyum dan tangannya mencengkram selimut sementara yang satunya memegangi bantal.

Raia tersenyum, hatinya terasa hangat melihat ini, ia memberikan ciuman di dahi dan memakai piyama yang sudah tersedia.

Biasanya Raia jika akan tidur tidak akan mengenakan pakaian, tetapi saat ini ia tidak merasa mengantuk sama sekali, jadi ia memutuskan untuk berjalan-jalan atau membaca buku dilantai dua.

...

Ia tiba dilantai dua setelah menaiki tangga. Lantai dua jelas lebih mewah dibanding lantai satu dari berbagai aspek.

Ia kali ini tidak langsung menuju ke perpustakaan, melainkan melihat-lihat terlebih dahulu apa saja yang disediakan lantai dua.

Berbagai seni lukis indah terus terpajang di dinding lorong-lorong seolah-olah itu tidak berharga sama sekali.

Ia melihat lukisan itu indah tetapi sama sekali tidak mengerti apa maknanya.

"Mungkin aku harus sesekali membaca buku yang berkaitan dengan seni lebih serius."

Raia meyakinkan diri.

Ia terus mengagumi berbagai keindahan yang tersedia, hingga ia tanpa sadar berakhir diruangan yang terlihat luas.

Ia melihat sekeliling dan terkejut karena ia melihat banyak sekali peralatan mewah yang dipajang.

Tombak!

Pedang!

Perisai!

Zirah!

Semuanya barang-barang mewah yang digunakan saat perang ada disini!

Dari yang paling umum hingga yang paling unik bentuknya.

Raia terus berjalan saat ia tersesat dalam kekaguman, ia melihat pedang besar berwarna hitam yang mendominasinya.

Detak!

Pedang besar tersebut berdenyut dan ribuan garis retakan berwarna merah terlihat diseluruh mata pedangnya.

Lama kelamaan warna merah menghilang dan kembali hitam, tetapi itu segera berdenyut lagi dan garis retakan yang tak terhitung jumlahnya muncul kembali.

Raia meneguk ludah dengan keringat dingin, semakin ia mendekat semakin ia merasa bahwa nyawanya bisa direnggut kapan saja.

Tetapi sebagai orang yang sangat penasaran, rasa ingin tahu Raia melebihi ketakutannya akan kematian. Ia semakin dekat dan dekat, kemudian saat ia hanya berjarak sekitar 1 meter darinya, ia merasa terpana seolah-olah ia hidup di dunia yang berbeda.

Kilau jernih dari berbagai harta di ruangan ini meredup! Tetapi pedang ini berdenyut lebih cepat dengan warna retakan yang lebih cerah.

Melihat itu Raia merasa ingin bersujud di depannya, tetapi itu hanyalah sebuah sugesti yang dapat diabaikan dengan mudah. Ia menyentuh bilah pedang besar itu dengan jarinya, tetapi ia terkejut mengetahui betapa halusnya bilah itu.

Ia berniat mengelus bagian tajamnya tetapi ia mengernyitkan dahi karena ia merasa sesuatu menusuk jarinya.

Ia melihat jari-jarinya berdarah dan menjilatinya hingga darahnya hilang.

Tetapi, setetes darah merah di bilah pedangnya masih terlihat dan itu menyerap darahnya, Raia yang melihat itu merasa kagum dan ia menekan jarinya hingga setetes darah keluar lagi, kali ini menempelkan setetes darah tersebut ke pusat retakan berwarna merah tersebut yang berupa sebuah lingkaran.

Denyut-Denyut! Denyut-Denyut!

Pedang itu mengeluarkan detakan lebih rajin daripada sebelumnya. Warna merahnya lebih cerah tetapi Raia yang berada di dekatnya mengerutkan kening.

Pedang besar tersebut mengeluarkan energi merah crimson penuh kekejaman ke arah Raia, Raia merasa tertekan olehnya dan ia bahkan lebih merasa marah oleh pedang ini karena mengintimidasinya.

Menyelimuti kepalan tangannya dengan Diamond Body dan mengaktifkan skill Truth.

Skill Truth adalah tipe pendukung, skill ini akan membuat lawan yang terkena serangan langsung dari Raia mengalami Critical damage.

Ia meninju pusat retakan tersebut dengan keras dan suara ledakan yang teredam terdengar.

Bam!!

Seketika, pedang itu berhenti berdenyut selama 5 detik, tetapi berdenyut kembali seperti keadaan normalnya.

Pelan dan lembut.

Bahkan energi kekejaman yang dibuat untuk Raia berubah menjadi energi yang penuh kehangatan, Raia tidak segan-segan segera menyerap energi tersebut.

*Tepuk-tepuk! Tepuk-tepuk!*

Mendengar tepukan tangan seseorang, Raia penasaran dan melihat Rindou berjalan ke arahnya.

"Kerja bagus! Kamu lulus ujian!"

"Ujian? Ujian apa yang kamu mak—"

Raia penasaran dan bertanya pada Rindou, tetapi ia membeku karena ia melihat tepat di tengah-tengah dadanya, terdapat lingkaran merah kecil dan retakan yang tak terhitung jumlahnya menyebar ke seluruh tubuh Rindou.

"Rindou! Apa kamu baik-baik saja?!" Raia khawatir dan ia hendak berlari ke arah Rindou. Tetapi ia segera dihentikan oleh Rindou yang tiba-tiba muncul tepat di depannya.

"Hai, hai! Aku baik-baik saja, jangan khawatir~" Perkataan Rindou yang bernada unik terdengar dan itu membuat Raia merasa sedikit lebih baik.

"Tapi, apakah ini?"

Raia menyentuh tepat dipusat retakan tubuh Rindou dan ia merasa sakit hati.

Rindou terkikik melihat Raia seperti itu dan hatinya merasa senang karena Raia menghkawatirkannya.

"Ini ... Adalah itu." Rindou menyentuh pusat retakan di dadanya dengan tangannya, dan kemudian memindahkan tangannya ke bilah pedang besar itu.

Raia tidak bodoh dan ia memiliki pengetahuan yang baik mengenai ini, mungkin ini adalah untungnya untuk belajar.

"Ini adalah kamu?"

Raia memandang pedang besar dan Rindou secara bergantian.

Rindou mengangguk, kemudian ia mulai bercerita tentang masa lalunya yang sama sekali tidak diketahui Raia.

Mulai dari Rindou yang suka berpetualang hingga ia akhirnya bertemu cinta pertamanya.

Jujur dibagian ini Raia merasakan sakit, tetapi ia terus mendengarkan Rindou yang terus bercerita dengan ceria.

Menjadi yang terkuat di dunia? Itulah yang Rindou dan cinta pertamanya lakukan di dunia sebelumnya.

Mencari harta yang tidak terhitung jumlahnya dan saat mereka sudah mencapai usia paruh baya, sekitar 25 tahun, mereka menikah.

"Kamu menikah? Siapa pria itu?"

"Kamu bisa mengenalnya sebagai leluhur pertama."

"Ohhh~"

Meninggalkan kekaisaran yang mereka ciptakan dan mencari sebuah lahan kosong yang tenang untuk menikmati hubungan mereka.

Hingga akhirnya mereka menemukan pulau idaman mereka, tetapi sayang sekali, pulau idaman mereka adalah bencana untuk keturunan mereka.

Raia paham itu.

Tetapi ia terkejut saat Rindou mengatakan bahwa pulau ini memiliki luas sekitar 11 juta kilometer².

Anda bercanda?

Tetapi melihat Ekspresi Rindou, jelas bahwa ia tidak bercanda sama sekali.

"Ngomong-ngomong Rindou, berapa luas kekaisaran mu?"

"128 Juta km²" mendengar Perkataan Rindou, Raia terdiam, apa-apaan?!

Itu jelas-jelas 3 kali lebih besar dibanding benua amerika!  Seperti yang diharapkan dari seorang yang terkuat di dunia.

Raia tersenyum kecut.

Tetapi ia memiliki pemikiran di benaknya.

Raia saat ini sekitar level 49, dan jika Raia perkirakan level Rindou, maka ia jelas berada di sekitar level 70-80.

Yang berarti, Rindou belumlah menyentuh batasnya.

Raia merinding, ia akhirnya mengerti mengapa ia hanya menang 18 kali saja, sebenarnya Rindou sama sekali tidak serius.

Saat Raia berargumen dalam benaknya, Rindou masih lanjut bercerita. Raia tersadar kembali setelah cerita Rindou telah mencapai tahap penting.

"Kami sudah tua saat itu, bahkan anak kami sudah berusia 20 tahun ... Dia mulai menunjukan sakit-sakitan begitu juga denganku. Kabar gembira yang terakhir kita terima adalah anak kami kembali kepulau ini bersama istrinya dan kami memiliki cucu kembar. Huh~ kemudian malamnya adalah berita buruk."

Rindou menunjukan ekspresi sedih, penyakit suaminya semakin keras dan keras, tidak ada potion atau doktor yang mampu untuk menyembuhkannya hingga akhirnya suaminya putus asa.

Tetapi tidak seperti orang normal yang berkata, "ahh~ aku akan mati~" Suami Rindou ini menggunakan cara terakhir sekali untuk terakhir kalinya.

Membunuh Rindou.

Suaminya menggunakan senjata yang ia buat dengan darah dagingnya sendiri, dan menusukannya kepada tubuh Rindou.

Cerdasnya, ia memindahkan jiwa Rindou yang sedang koma ke dalam pedang besar ini selama 3 hari berturut-turut dengan di dukung anak lelakinya.

"Hahaha~ bodoh sekali bukan? Dia benar aku abadi sekarang ... Tetapi melihatnya mati di ranjang yang dingin sementara aku hanya bisa melihatnya adalah hal lucu! Lucu sekali hingga aku ingin tertawa!!!"

Rindou tertawa, tetapi ia menangis mengingat kejadian itu. Tertawa sambil menangis adalah hal aneh.

Raia membayangkan dirinya berada di posisi Rindou dan ia diserbu oleh gelombang emosi yang membuatnya sakit hati.

"3 minggu berikutnya, aku saat itu sudah dapat menggunakan energi ku. Dan aku mengendalikan gravitasi agar pulau ini berubah menjadi pulau apung. Membawa anak dan cucuku untuk melihat keindahan dunia dari atas, tetapi kami justru terperangkap disini. Di kekosongan yang sialan ini!

Melihat cucuku dewasa memang menyenangkan, tetapi anakku dan istrinya tewas disaat berikutnya.

Cucuku tidak bodoh, mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Pernikahan saudara.

Walaupun itu terlihat menyimpang tetapi demi melanjutkan garis keturunan adalah yang paling  penting.

Seribu tahun kemudian, aku sudah dapat memanipulasi energi untuk membentuk tubuhku semau ku dan inilah hasilnya."

Raia terdiam, ia mencoba perlahan mencerna informasi besar ini.

"Bukankah itu ..." Raia tidak melanjutkan tetapi Rindou mengangguk.

"Semua yang ada dirumah ini adalah saudara kandung."

"Bagaimana dengan Sany dan Nita? Kenapa mereka jadi pembantu?"

"Mereka bukan saudaramu, mereka adalah ciptaanku saat aku pertama kali membentuk tubuh."

!!

Raia terkejut, tetapi menjaga wajahnya tetap tenang.

"Lalu saat ayah bilang tubuh Nita aman dari Radiasi Void, inikah maksudnya?"

"Ya. Inilah alasan lain kenapa mereka tidak diperbolehkan ke lantai 2, mereka tidak boleh mengetahui kebenarannya.

"Dimana tubuh utama mereka?" Raia mengabaikan Rindou dan bertanya padanya.

Raia bertanya dengan penuh harap pada Rindou.

"Disitu." Rindou menunjuk ke sepasang belati yang dipajang di dinding.

Satu dengan bilah berwarna merah muda, dan satu berwarna biru muda. Belati tu tidak berdenyut seperti pedang besar Rindou, tetapi belati itu mengeluarkan suara yang unik.

Sany mengeluarkan suara air yang mengalir dengan tenang, tetapi Nita mengeluarkan suara seperti api membakar sesuatu.

Tidak perlu dipertanyakan lebih jauh, sudah jelas warna rambut mereka adalah lambang identitas mereka. Sany adalah biru muda dan Nita adalah merah muda.

"Kamu begitu perhatian untuk anak itu."

Raia menatap Rindou disampingnya dan ia mengucapkan kata-kata dengan santai, "itu sudah jelas, karena aku mencintainya."

Rindou tidak tergerak, tetapi Raia sensitif terhadap perubahan suasana, ia melirik Rindou dan melihat jejak kesedihan bersembunyi.

"Rindou, aku yakin suamimu bahagia melihatmu begitu cantik saat ini."

Rindou menatap Raia, "Kuharap begitu ..."

"Tidak, tidak, tidak. Bukan itu yang kumaksud. Yang kumaksud adalah ... Ini." Raia tiba-tiba mencium bibir Rindou yang tipis dan lembab itu.

Nghh!

Rindou mencoba mendorong Raia, tetapi Raia semakin mengencangkan pelukannya. Lagipula, Rindou hanya sedikit mendorong dengan lemah sebelum ia menerimanya seolah-olah ia ditaklukan.

Kemudian suara ciuman yang basah memenuhi ruangan. Dan jejak kesedihan terakhir yang disembunyikan Rindou perlahan digantikan dengan sesuati yang baru.

Perasaan Cinta yang Raia berikan padanya, membuatnya seolah-olah dipenuhi dengan perasaan ini di seluruh tubuhnya.

Mereka menyelesaikan ciuman mereka dengan sensual, nafas mereka yang panas saling bertemu dan saling memandang dengan kelaparan akan nafsu.

"Yang kumaksud adalah, suamimu di depanmu ini akan bahagia jika kamu terus tersenyum seperti itu."

Rindou tercengang, terkikik dan mengejek Raia. "Kamu lemah untuk menjadi suamiku."

"Tapi yang lemah inilah yang mengalahkanmu hari ini."

"Dibandingkan kemenangan mu yang hanya 15 kali, kekalahanmu sudah 2540 kali."

"Kalau begitu, aku akan meminta pertolonganmu untuk membuat suamimu ini menjadi kuat, begitu kan? Rindou~"

"Huhu~ tidak ada pilihan lain, ini untuk suamiku yang lemah." walaupun kata-katanya melambangkan kekecewaan, senyum manis dan ekspresi kebahagiaan diwajahnya adalah asli.

Saling memandang dengan penuh cinta, kemudian mereka melanjutkan ciuman mereka dengan lebih menggoda dan basah.

Nächstes Kapitel