"Persetan....."
****
Arif bergegas keluar dari rumahnya, mengambil kunci motor yang ada di atas meja ruang tengahnya, dan lari meninggalkan tempat itu.
Dia tidak peduli rumahnya terkunci atau tidak, bahkan ponselnya pun dia tinggalkan di kamarnya.
****
Tokktokk
Arif mengetok sebuah pintu berkali kali dan tidak ada jawaban. Ya, mungkin karna ini juga sudah tengah malam, dan mungkin penghuni rumahnya sudah tidur lelap.
Tokktokk
"Arif?" Ucap heran seseorang yang sedang mengintip lewat jendala rumahnya.
"Ngapain lo malem malem ke rumah gue?" Tanya Nana, tidak biasanya Arif datang ke rumahnya tengah malam seperti ini.
Arif masuk dengan terburu-buru, bahkan Nana saja belum menyuruhnya masuk. "Gua tidur di sini dulu ya, na" pinta Arif kebingungan.
"Rif, ga mungkin lah, mending lu pu..." Belum selesai Nana bicara, sudah Arif potong.
"Na..." Arif memegang pundak Nana sangat kuat dan memberikan tatapan sangat ketakutan. "Please, cuma Semalem ya"
Nana tidak mengerti apa yang terjadi dengan Arif, tapi melihatnya begitu ketakutan, bahkan dia juga terlihat sulit mengatur napasnya, Nana tidak tega untuk mengusirnya malam ini.
"Yaudah, lo bisa tidur di sini"
"Makasih ya na" Arif melepas pegangannya dan duduk di sofa
"Sebentar, gue ambilin bantal sama selimut dulu"
Arif hanya mengangguk dan tak berbicara lagi saat itu.
Beberapa saat kemudian, Nana kembali sambil membawa bantal dan selimut untuk Arif tidur.
"Nih" Sambil menyodorkannya ke Arif "kalo lo mau minum atau makan, ambil aja di dapur, gue masih ada sisa makanan tadi sore"
"Hmm" jawab Arif singkat
"Yaudah lo istirahat ya, gue juga mau tidur, ngantuk banget nih" suruh Nana dan pergi meninggalkan Arif di ruang tamunya.
****
Matahari pagi sudah menembus tirai rumah Nana, malam yang kelam berhasil Arif lalui meski masih menyisakan sedikit ketakutan.
"Jadi, tadi malem lo kenapa rif" tanya Nana sambil memberikan nasi goreng yang baru saja dia masak barusan.
"Gue bingung na, harus jelasin darimana" jelas Arif sambil memainkan sendok yang ada di tangannya.
"Rif, kalo lo ga cerita, gimana gue mau bantu lo?"
Arif terdiam cukup lama, dia melamun dan membayangkan kejadian tadi malam.
Dia menundukkan kepalanya dan menarik napas panjang, menenangkan dirinya sendiri agar bisa mengontrol detak jantungnya yang tidak jelas sejak dari malam kemarin.
"Buku yang lo ambil kemarin..." Arif mulai menjelaskan ke Nana "lo bener, itu bukan buku biasa"
Alis Nana terangkat, dia berhenti memakan nasi gorengnya dan mulai mendengarkan cerita Arif "Apa yang terjadi?"
"Buku itu...menggambarkan situasi yang udah gua alamin belakangan ini, Na"
"Maksudnya gimana?" Nana mencoba memahami kata-kata Arif
"Kejadian gue di hantui selama ini, semua itu ada di dalam bukunya, Na" Arif memperjelas kata-katanya
"Kok bisa?" Nana mengerutkan keningnya, heran.
"Seolah buku itu membaca gue na..." Arif mengangkat kepalanya, dan sekarang menatap lekat Nana yang ada di hadapannya "buku itu menentukan takdir gue na"
"Lo harus hadapi takdir lo"
"LO GA BISA DIEM AJA RIF, LO HARUS LAWAN!!!"
Tiba-tiba Nana mengingat perkataan Gema, Kakak Arif kemarin. Apakah ini yang dia maksud? Bagaimana dia bisa tau? Nana terus berpikir tanpa henti
"Kakak lo bener rif"
Arif menundukkan kembali kepalanya, dia sangat pusing memikirkannya.
"Dimana buku itu sekarang?" Tanya Nana
"Gue...tinggalin buku itu di rumah gue" jawab Arif dengan ragu
"Gue mau liat buku itu, ayo kita ambil!" Ajak Nana sambil berdiri meninggalkan Arif untuk bersiap siap
"Tapi na..." cegah Arif
"Apa?"
"Gue mau numpang mandi dulu"
"Gue kira lo udah mandi" kesal Nana dan pergi begitu saja tanpa memperdulikan Arif.
****
Siang itu, Arif dan Nana sampai di rumah Arif.
"Tadi malem ga lo kunci?" Tanya Nana, menengok ke Arif yang sejak tadi di perjalanan dia saja.
"Ya, gue mana sempet na" jelas Arif "ayo masuk" ajak Arif dan masuk ke rumahnya
Arif mengajak Nana masuk ke kamarnya, dimana kejadian yang sangat aneh dan mengerikan baru saja terjadi tadi malam.
"Itu bukunya" Arif menunjuk buku tersebut yang ada di atas kasurnya.
Nana jalan menghampiri buku tersebut dan bergegas pergi. Arif pun mengambil beberapa barangnya, seperti ponsel dan dompetnya lalu pergi dari sana.
****
Tringg
Arif dan Nana masuk ke sebuah Cafe di daerah kota Bogor. Mereka harus mencari tempat yang nyaman untuk membahas masalah ini, yang tidak creepy dan suram tentunya.
Srttt...Srtttt...Srttt
Halaman demi halaman Nana membuka buku tersebut, keningnya mengerut terus menerus tanpa henti.
Brakkk
Nana membanting buku tersebut sangat keras di meja, Arif yang mendengarnya pun dibuat kaget tak karuan.
"Lo bercanda ya rif?" Tanya Nana
"kenapa sih na?" Arif balik tanya
"Lo baca aja sendiri tuh buku!" Nana menyodorkan buku tersebut ke Arif "ini tuh kosong! Ga ada apa apa di dalemnya" jelas nana
Arif menatap bingung Nana, dia pun segara mengambil buku tersebut dan melihatnya.
"Ini ada na, jelas banget, masa lo ga liat?" Arif menjelaskan ke Nana bahwa buku tersebut jelas sekali banyak gambar di dalamnya
"Kalo ada juga gue ga mungkin marah marah kaya gini rif!" Jawab Nana sambil melipat tangan di dadanya, menandakan dia kesal.
"Gua ga paham" Arif menopang kepalanya dengan tangan dan mengigit bibirnya "kenapa cuma gue yang bisa liat gambarnya"
Nana pun tersadar "iya, ini takdir lo rif, cuma lo yang bisa liat. Karna cuma lo juga yang bisa hadapi ini semua, bukan orang lain" Nana menjelaskan ke Arif
"Kenapa harus gue na..?!!" rengek arif
"Lo tuh ga bisa terus ngerengek kaya gini rif, lo tuh harus lawan"
"Gue udah buntu banget na, gue ga tau la..."
Drtttt...Drttt
Nada dering handphone Arif mengacaukan percakapan mereka. Arif melihatnya, dia dapat melihat jelas panggilan tersebut dari Joe. Teman dekat dari kakaknya Gema.
Tak pikir panjang Arif menjawab panggilan tersebut "bentar ya na, gue angkat dulu"
"Hmm" jawab Nana singkat
"Hallo, bang, ada apa?" Kata Arif menjawab panggilan dari Joe
Arif langsung menatap kaget ke arah Nana setelah mendapat panggilan tersebut. Panggilan barusan segera Arif matikan lalu mengajak Nana pergi.
"Kita pergi dari sini sekarang na" ajak Arif terburu-buru
"Hmm? Ada apa sih?" Tanya Nana bingung
"Kak Gema masuk rumah sakit, bang Joe bilang barusan"
"Kakak lo kenapa?"
"Gue jelasin di rumah sakit aja ya" Arif segera berdiri dan menarik Nana pergi dari Cafe tersebut
"ayo"
****
Jarak dari Cafe tadi ke rumah sakit yang menangani Kakak Arif cukup jauh, dia membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di sana.
Se sampainya Arif dan Nana di sana, mereka mulai mencari kamar kakaknya tersebut. Bang Joe mengirim pesan ke Arif, dia bilang kakaknya di rawat di gedung bugenvil.
Gedung itu ada di paling belakang rumah sakit, dan bukan ruangan VIP.
Karna Arif tidak mungkin bisa membayarnya, jadi kakaknya di rawat di ruangan umum bersama pasien yang lain.
Dari kejauhan, Arif dapat melihat jelas bang Joe sedang bersandar di depan pintu kamar kakaknya.
"Bang Joe!" Panggil Arif dari kejauhan
"Hei rif" sahut Joe sambil melambaikan tangannya.
"Kakak gue gimana?" Tanya Arif sambil mencoba mengatur napasnya yang terengah engah.
"Lo liat aja sendiri di dalem" Joe menunjuk ke arah ruangan yang merawat kakaknya
****
Arif masuk dan menemukan makanya dalam keadaan tidur terlelap. Dia juga bisa melihat dengan jelas, banyak sekali lebam di tubuhnya.
"Gue nemuin dia udah dalam keadaan pingsan di kamarnya" jelas Joe
"Lo tau dia kenapa bang?" Tanya Arif sambil duduk di samping kakaknya yang tertidur.
"Sayangnya gue juga ga tau dia kenapa"
Arif memang sering sekali bertengkar dengan kakaknya. tapi bagaimana pun juga, Gema tetap lah kakaknya satu satunya yang dia punya.
"Beberapa hari yang lalu kita ke rumah Kak Gema, kak, dan dia terlihat baik-baik aja" Ucap Nana sambil menjelaskan ke Joe
"Oh iya bang, ini temen gue Nana" Arif memperkenalkan Nana ke Joe "dan iya, kita baru aja ketemu sama Kak Gema"
"Kalian, ngapain ketemu Gema?" Tanya Joe
Untuk sesaat tidak ada jawaban dari Arif maupun Nana, sampai akhirnya Nana pun memberanikan diri menjawabnya
"Arif di hantui sesuatu kak" jelas Nana "dan kita pikir, kak Gema bisa bantu apa yang terjadi sama Arif"
Joe tak langsung menjawab, dia mencerna baik-baik perkataan Nana barusan.
"Dia emang tau" jawab Joe dengan tatapan datar mengarah ke Gema "dan dia mengambil risiko besar"
Arif dan Nana tercengang, mereka tidak bisa berkata kata. Belakangan ini, mereka selalu di buat bingung.
"Kalo gitu, gue tau kenapa Gema bisa sampai kaya gini" lanjut Joe
"udah yang keberapa rif?" Tanya Joe, kali ini tatapan dia sangat tajam ke arah Arif
"Apanya bang?" Bingung Arif
"Gambar itu"
Degh! Bagaimana bisa? sampai Joe pun tau akan hal itu? Ini sangat aneh.
"Gimana bang Joe bisa tau?" Tanya Arif untuk memastikan
"Jawab aja, udah gambar keberapa!" Ucap Joe mulai sedikit menaikan nada bicaranya
"Ke tiga bang" jawab Arif sambil menundukkan kepalanya. Bahkan Nana pun yang selalu terlihat jutek, seketika melunak tanpa kata.
Joe tidak berbicara lagi sejak saat itu, dia membalikan tubuhnya dan memilih keluar dari kamar tersebut.
Arif dan Nana saling memandang, ada apa ini? Mereka benar benar heran.
"Lo keluar aja rif temuin kak Joe, biar gue yang jagain kak Gema" suruh Nana
****
Arif keluar dari ruangan kakaknya di rawat dan mengikuti Joe. Dia menemukan Joe sedang duduk di bangku panjang rumah sakit yang tepat di depan pintu kamar rawat kakaknya.
"Bang, sebenernya ada apa sih?" Tanya Arif, duduk perlahan di samping Joe dan tidak berani untuk menatap wajah Joe secara langsung
"Lo pernah baca seluruh isi bukunya?" Jawab Joe setelah diam beberapa saat
"Sekali bang, dan gue nggak ngerti"
Senyum sinis terlihat dari ujung bibir Joe "gimana rasanya?"
"Maksudnya bang?" Tanya Arif memberanikan diri menengok ke arah Joe
Joe menengok perlahan ke arah Arif dengan tatapan datar dan berkata "Gimana rasanya di temanin para makhluk itu?"
Degh! Jantung Arif seolah berhenti saat itu juga, bulu kudug nya pun berdiri merinding mendengar kata barusan.
"Nikmat?" Senyum yang menyeramkan muncul di wajah Joe.
Arif hanya diam ketakutan, dia menutup matanya agar tidak bisa melihat wajah Joe yang berubah menyeramkan.
Wajah Joe perlahan mendekat ke kuping Arif dan membisikkan sesuatu
"Dia sedang bersenang senang...kamu selanjutnya"
Mata Arif terbuka lebar, menatap lurus penuh ketakutan. Kenapa Joe bisa berkata seperti itu.
Arif mencoba menengok ke arah Joe, dia sudah beranjak pergi dari sana.
Hanya beberapa langkah dari Arif, Joe membalikan tubuhnya dan menatap Arif dari kejauhan
"Kalo mau tau cara mengontrolnya, lo tau harus kemana nyari gue" kata Joe dan langsung pergi menjauh
Nana keluar untuk memastikan keadaan Arif, dia melihat Arif terduduk diam. Tatapannya kosong, entah apa yang baru saja terjadi, Nana benar benar tidak tau.
"Rif lo nggak apa-apa" tanya Nana yang menyadarkan Arif
Hanya senyuman tipis yang di berikan Arif ke arah Nana.
Arif tidak bisa terus seperti ini, terus larut dalam ketakutan. Dia harus mencari jawabannya.
"Na...gue titip kak Gema sebentar ya" pinta Arif, Nana terdiam heran dengan kata Arif barusan.