"Na...gue titip kak Gema sebentar ya" pinta Arif, Nana terdiam heran dengan kata Arif barusan.
****
Waktu sudah menunjukan pukul 19.45 malam, entah berapa lagi Arif sanggup menunggu kedatangan Joe di tempat itu.
"Bang Joe, lo dimana sih?" Tanya dalam hati Arif, tidak mungkin Arif salah tempat. Di samping jembatan ini adalah tempat biasa bang Joe dan dirinya serta kakaknya sering kumpul.
"Udah lama lo di sini?" Itu suara Joe
"Iya bang" kaget Arif yang tak menyangka Joe akan ada berapa di sampingnya
"Ayo ikut gue" ajak Joe
Arif mengikutinya dari belakang, hanya punggung Joe yang dapat ia lihat saat itu.
Joe membawa jauh Arif ke dalam hutan, lebih tepatnya ke tempat kami biasa kumpul.
****
"Ngapain bang kita ke sini?" Tanya Arif dan mengambil posisi duduk di sebuah sofa rusak di sana
"Lo beneran ga di kasih tau apa-apa?"
"Kasih tau apa?" Heran Arif, Joe terus memandangnya datar sedari tadi
"Semua yang lo alami selama ini"
"Seandainya aja gue di kasih tau, nggak akan gue sampe seperti ini"
"Lo lahir di keluarga itu, dan lo nggak tau apa-apa?"
Untuk kedua kalinya, Joe menanyakan hal yang sama sekali Arif tidak tau.
"Keluarga gimana maksud lo bang?" Bingung Arif.
"Lo itu bener-bener anak kandung mereka atau bukan sih?"
"Bang, bokap gue meninggal, nyokap gue sakit, dan sekarang kakak gue di rawat, lo mau bantu gue apa nggak sih?" Kesabaran Arif sudah tidak bisa dibendung
Bibir Joe mulai terangkat, senyum sinis dilemparkan ke arah Arif. Di memajukan posisi duduknya, dan sekarang tepat lurus menatap Arif.
"Gue akan kasih lo petunjuk, tapi satu demi satu"
"Apa lagi sih?" Emosi Arif mulai tak tertahan.
"Ini nggak akan seru kalai harus gue kasih tah langsung"
"Gue nggak tau kenapa gue masih tetep di sini, nggak ada gunanya, gue tetep ga nemu jawaban yang gue mau" Arif berdiri, mencoba pergi dari sana.
"Mau kemana lo?
"Gue mau jagain kak Gema, dan nunggu dia bangun, mungkin dia bisa jelasin setelah ini"
"Lo nggak ada dapet apa-apa"
"Kenapa?"
"Karna lo bodoh!"
"Gimana bang?" Mata mereka kali ini saling menatap benci, amarah yang memuncak.
"Suatu saat lo akan kaya gue, menerima semuanya"
"Gue nggak akan mau kaya lo"
"Dulu Kaka lo juga bilang gitu"
Perhatian Arif mulai kembali, apa yang dia lakukan terhadap kakaknya? Pasti ada hubungannya dengan dia.
"Kakak lo juga nggak percaya kaya lo awalnya" lanjut Joe bercerita.
"Maksudnya?"
"Tentang semua yang gue peringati sama dia"
"Apa yang akhirnya kakak gua percaya dari diri lo?"
"Kalo kita bisa bersatu" jelas Joe berjalan mendekati Arif "dan berhenti melawan"
"Siapa?"
Tangan Joe perlahan memegang wajahnya sendiri, menarik kuat wajahnya sendiri. "INI!"
Suara Joe berubah menjadi berat, wajahnya terbelah menjadi dua. Merobek wajahnya sendiri dari samping dan menunjukan tulang wajahnya yang aneh.
Dia tidak terlihat kesakitan sama sekali, dan saat ini dia menujukan wajah aslinya. Seperti seorang iblis, hanya tulang dan tanduk.
Arif memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit menjauhi Joe.
"KAKAK LO MENOLAK KEINDAHAN INI"
"DAN LO SEBENTAR LAGI AKAN MENERIMANYA"
"SEBUAH ANUGRAH"
Arif lari menjauh dari Joe, mencari jalan kembali di dalam kegelapan. Seharusnya jarak dari tempat Arif ke motornya sangat dekat, tapi ini sangat berbeda.
"Stop!!!" Pekik Arif
Arif terus berlari tanpa arah, napasnya pun sulit dia atur. Di pikirannya, dia hanya harus pergi dari tempat ini dan menjauh dari Joe.
Langkahnya terhenti, dia sadar di tidak pergi kemana mana. Hanya berlari memutar.
Arif terdiam, di hadapannya ternyata sudah ada Joe yang menatapnya sedari tadi.
"Astaga, makhluk apa itu?"
Wajah tengkoraknya menusuk tajam ke bola mata Arif, dapat terlihat jelas juga setitik cahaya di lobang mata tengkorak itu.
Arif sangat ketakutan, keringat terus membasahi tubuhnya. Dia membalikan badan dari lari ke arah yang berlawanan.
"Gi...gimana caranya dia?"
Dan sekali lagi langkahnya terhenti, sejak kapan Joe sudah ada di sana? Joe hanya diam dan menatapnya, dan entah bagaimana tengkorak itu seolah memberikan senyuman membunuh ke arah Arif.
Arif mencoba berlari ke arah lain, ke arah kanannya. Kali ini Joe pun sudah tepat berapa di depan Arif, tapi lebih dekat.
"Pergi!!!" Teriak Arif, tubuhnya sudah hampir terjatuh saat melihatnya.
Arif terus membalikan tubuhnya lagi dan berlari dengan napas terengah engah.
Joe pun sudah menunggunya di sana, dia kali ini berjalan mendekat ke arah Arif.
"Nggak mungkin"
Arif terjebak, setiap sudut sudah ada Joe yang menunggunya dengan wajah tengkorak mengerikannya.
Arif terduduk diam dan menunduk, ketakutannya benar benar membunuh secara perlahan.
Joe sudah sangat dekat saat itu, makhluk itu menunduk dan diam di hadapan Arif.
Hawa panas terasa di sekitar, Arif sadar makhluk itu sudah ada di depannya.
"ARGHHHH!!!" Teriak makhluk itu keras, membuat Arif tak sadarkan diri di sana.
****
Sinar matahari menerobos kelopak mata Arif, dia perlahan bangun dan berusaha duduk.
Arif dibuat kaget bukan main, dia terbangun di sebuah rumah dan di depannya sudah ada sosok pria duduk menunggunya.
"Sudah enakan?" Tanya pria itu, di lihat dari wajahnya sepertinya dia sudah berusia 30 tahunan.
"Arghhhh!" Kaget Arif lalu berusaha duduk.
"Tenang, tenang kamu baik-baik aja di sini"
"Hrrrmmm" Arif masih tak bisa berkata kata, dia masih sangat ketakutan dan menggeram.
Tubuhnya ia pojokan ke sudut tembok agar orang asing itu tidak bisa mendekati dirinya.
"Kamu nggak perlu takut lagi"
"Maaf saya harus segera pergi dari sini" Arif bergegas berdiri dan pamit dari sana
Arif mencari pintu keluar, dan saat dia menemukannya. "Di....dmana ini?"
Tubuh Arif mematung melihatnya, matanya pun terbuka sempurna saat menyadari dirinya ada di tengah hutan.
"Ya, rumah saya di tengah hutan. Tadi malam saya nemuin kamu pingsan di sana" ucap orang asing itu.
Arif hanya mengerutkan keningnya tidak bisa berkata kata. Napasnya pun sedikit sulit ia atur saat itu.
"Oh iya, saya Wardi" pria itu memperkenalkan dirinya "kalo kamu mau pulang, saya bisa tunjukin jalannya"
"Terima kasih"
****
Setelah Arif menenangkan dirinya, akhirnya dia bisa segera pulang dengan di antar oleh Wardi menuju motornya, agar dia tak tersesat di tengah hutan.
"Ternyata kamu spesial ya" tanya Wardi saat di perjalanan mengantar Arif keluar dari hutan
"Apanya?"
"Kemampuan yang kamu miliki"
"Saya nggak ngerti"
"Ya. Kamu bisa melihat hal hal yang seharusnya tidak kita lihat" jelas Wardi, kali ini Arif mengerti kemana arahnya pembicaraan ini
"Saya nggak tau kalo itu sesuatu yang spesial, justru membuat saya menderita"
"Baru awal saja, kalo sudah terbiasa, kamu pasti bisa menguasainya seperti saya"
Kepala Arif berbelok sempurna menatap Wardi, di bilang apa barusan? Seperti dia?
"Kamu juga pernah merasakan ini semua" bingung Arif
"Bukan merasakan, tapi sudah seperti makanan sehari hari"
"Bagaimana kamu bisa se tenang ini?" Heran Arif, pria itu terlihat santai setiap harinya.
"Saya menerimanya, tidak di lawan"
Mata Arif terbuka sempurna, kata kata itu seperti yang Joe dan kak Gema bilang
"Ada iblis dalam diri kamu?" Arif menatapnya ketakutan sekarang.
"Ah...bukan seperti itu tenang saja" Wardi mencoba menenangkan Arif, sudah jelas sekali dia trauma tentang peristiwa tadi malam.
Ya, Wardi mengetahui kejadian tadi malam. Karena bakatnya itu, dia selalu tau jika ada kehadiran makhluk dari dimensi lain.
"Saya taat akan tuhan saya, makhluk seperti itu tidak akan ada dalam diri saya" jelas Wardi
"Tapi bagaimana bisa?"
"Sepertinya kamu terlahir dari keluarga yang spesial juga"
"Saya tidak tau"
"Seperti saya juga, keluarga saya yang menurunkan bakat ini kepada saya, dan mau tidak mau, saya harus menerimanya lalu mengontrolnya"
Arif benar benar tidak memikirkan sejauh itu, bakat? Turun menurun? Bagaimana mungkin, dia terlahir dari keluarga yang biasa saja.
"Jangan terlalu dipikirkan, terkadang ada hal yang tidak perlu di pikirkan, hanya perlu di pahami dan jalani" kata Wardi
Ucapan Wardi benar benar membuka pemikiran Arif, sangat. Dia jadi tau harus berbuat apa selanjutnya.
****
Tanpa sadar mereka sudah berjalan keluar dari hutan. Percakapannya dengan Wardi sedikit membuat Arif tenang.
"Terima kasih ya sudah mau menolong saya tadi malam" sambil menaiki motornya Arif berpamitan
"nama saya Arif, tadi kita belum sempat kenalan"
"Sama sama, oh iya ada satu hal lagi yang mau saya bicarakan" ucap Wardi, kalo ini dia sangat terlihat serius
"Apa?"
"Yang tadi malam, tubuhnya memang teman kamu, tapi jiwanya tidak, dia kehilangan kendali dan di kuasai makhluk lain"
"Saat kamu bertemu lagi dengannya, buat dia sadar" lanjut Wardi
"Bagaimana?"
"Kamu tau bagaimana caranya, sebentar lagi"
Semakin hari semakin aneh, dia selalu di kelilingi orang aneh yang menyembunyikan rahasianya.
"Kalo gitu saya pamit" Arif berpamitan kembali, lalu pulang mengendarai motornya itu dan meninggalkan Wardi sendirian.
Semakin sedikit yang kita ketahui, membuka jalan yang lebar untuk kita mencari kebenarannya sendiri.
****