webnovel

Chapter 24 : Promise

"Bosan~"

"Sst diam!"

Hah..

Naruto menghela nafasnya, sungguh saat ini dirinya merasa bosan sekali, entah sudah berapa lama dia dan Sakura menunggu kedatangan Gengo dari balik menara salah satu rumah di pedesaan.

"Sakura-chan, kenapa kau serius sekali sih?"

Berbeda dengan Naruto yang terlihat terus saja menggerutu, kali ini Sakura terlihat sangat serius memperhatikan jalanan desa yang berada di bawah mereka, tidak melepaskan pandangannya untuk sekilas melihat Naruto yang baru saja bertanya.

"Hei Sakura-chan, Kau dengar aku tidak?" Ucap Naruto sedikit kesal karena merasa diacuhkan.

"Sst jangan berisik! kalau ketahuan gimana?"

Sakura mendelik tajam ke arah Naruto, kesal kepada si pemuda yang terus saja dari tadi menggerutu tidak jelas, sementara Naruto hanya bisa berdecak lalu mulai menyamakan pandangannya sama seperti Sakura yang kembali melihat ke arah jalanan desa.

Sebuah seringai muncul di wajah Naruto, mendapatkan sebuah ide setelah melihat sosok yang ditunggu oleh mereka berdua sekarang tengah berjalan bersama bawahannya.

"Huh menyebalkan!" Naruto mulai melancarkan idenya, dan ide dibalik gerutuannya itu sukses membuat Sakura mendelik tajam ke arahnya.

"Siapa yang menyebalkan?!" kali ini Sakura sudah sangat kesal, dan lagi apa maksud Naruto dengan kata 'menyebalkan.'

"Kau menyebalkan!" Naruto memanyunkan bibirnya, membuat Sakura semakin kesal melihat tingkah Naruto yang kekanakan.

"Apa?! bukannya kau yang menyebalkan hah? dari tadi terus saja menggerutu!" Sakura setengah berteriak, membuat beberapa sosok yang berada di jalanan desa melihat ke arah tempat Naruto dan Sakura berada, menyadari suara Sakura yang sedikit terdengar dari arah menara.

Naruto yang melihatnya lantas tersenyum dan segera menutup mulut Sakura, membawa gadis itu bersembunyi di balik tembok menara.

"Sst jangan berisik, kalau ketahuan gimana?" Bisik Naruto di telinga Sakura, menampakan kembali seringai yang ditunjukkan untuk gadis yang saat ini sedang dipeluknya.

Blush.

Wajah Sakura merah padam, mendegar bisikan Naruto membuatnya malu seketika, apalagi melihat Naruto sekarang menyeringai kepadanya, dan Sakura menyadari Naruto baru saja membalikkan perkataannya barusan.

Naruto beberapa kali mengintip ke arah jendela menara sebelum akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Sakura.

Merasa sudah sedikit bebas, Sakura juga mulai mengintip ke arah luar menara, memastikan sosok Gengo dan bawahannya tidak menyadari keberadaan dirinya dan Naruto.

Fyuhh..

Sakura menghela nafas lega setelah merasa Gengo bergerak menjauh dari menara, dan bersamaan dengan itu kembali mendelik tajam ke arah sosok di sampingnya yang sedang tersenyum aneh, senyum mengejek lebih tepatnya.

Duak.

Sebuah pukulan mendarat di kepala Naruto, membuat si empunya meringis kesakitan.

"Naruto! Apa maksudmu tadi?!"

Sakura kesal sekali, melihat candaan Naruto tadi bisa berakibat sangat fatal bagi misi mereka.

"Apa maksudmu?" Naruto menaikkan alis kirinya, pura pura tidak paham dengan maksud perkataan Sakura.

"Kau! untuk apa itu tadi?! kita bisa ketahuan tau! berhentilah bercanda Naruto!"

Cukup Sakura sangat kesal, apalagi melihat Naruto yang pura-pura tidak tahu, ingin rasanya sekali lagi memukul kepala Naruto agar ingatan si pemuda muncul lagi.

"Hmm, bukannya seharusnya aku yang bilang seperti itu? teriakanmu kan yang membuat kita hampir ketahuan!" Sahut Naruto tidak terima.

Naruto sadar, dirinya memang salah bercanda di saat misi pengintaian seperti ini, tapi, ayolah! inikan karena Sakura terus saja mengacuhkannya dari tadi.

Wajah Sakura kembali merah padam, sadar dengan perkataan Naruto yang benar adanya, dia patut di salahkan karena terbawa emosi tadi, namun entah kenapa rasa kesal pada Naruto tidak kunjung hilang, merasa si pemuda juga bersalah karena menyulut emosinya.

"Baka!" Ucap Sakura kesal.

Dengan wajah yang memerah, Sakura meninggalkan Naruto yang masih mematung di dinding pembatas menara, membuat Naruto mendengus kesal, saat ini baik Naruto dan Sakura menyadari kesalahan mereka, tapi ego yang terlalu besar membuat keduanya mengurungkan niat untuk mengucapkan kata maaf.

-------

Tak.

Sebuah gerakan kaki terlihat diikuti dengan sebuah kerikil yang melayang di udara.

Huft.

Sosok yang baru saja menendang kerikil di depannya terlihat memanyunkan bibirnya, agaknya Naruto saat ini sepertinya masih terlihat kesal, dan mungkin masih belum berbaikkan dengan Sakura.

'Bagaimana ini? kalau Sakura-chan marah bagaimana dengan nasib ramenku~'

'Apa aku harus minta maaf ya?'

'Ck, dia kan juga salah!'

Tak.

Sebuah kerikil melayang kembali di udara, Naruto terlihat semakin kesal memikirkan kejadian saat di menara, walaupun ada juga rasa bersalah yang menghinggapi dirinya, merasa kalau Sakura juga sudah sepatutnya marah karena kelakuannya tadi.

Tapi ayolah, Naruto tidak senang jika diabaikan, apalagi saat itu dirinya sudah sangat bosan.

"Ah!" Naruto mengacak acak surai pirangnya, merasa kepalanya kembali lagi berdenyut tidak jelas.

-------------

Tuk. Tuk.

Sebuah sendok terus diketukkan ke arah mangkok berisi anmitsu yang sudah tidak terbentuk, agaknya seorang yang sedang memakannya terlihat sedang melapiaskan kekesalannya pada makanan di hadapannya itu.

Sakura terlihat mengunyah jelly itu dengan kasar, rasa manis anmitsu sepertinya tidak bisa mencairkan perasaanya yang masih terlampau kesal dengan Naruto.

Huft..

Sakura mendengus kesal diikuti dengan gerakan tangan yang semakin kasar mengetuk sendoknya ke arah mangkok, semakin membuat anmitsu-nya tidak berbentuk.

"Baka! baka! baka!" Sakura terus mendengus kesal, tidak mempedulikan pelayan cafe yang memandanginya dengan tatapan heran.

'Apa aku sudah kelewatan ya?'

'Tidak, dia yang kelewatan! bercanda di tengah misi adalah sesuatu yang sangat buruk!'

'Tapi aku juga salah, Ah! bagaimana ini? apa aku harus minta maaf ya?'

Sakura memejamkan matanya, menggunakan tangan bebasnya mencoba menopang dagunya, berusaha memikirkan solusi dan menurunkan egonya, ada misi yang lebih penting dari sekedar menjaga egonya untuk mengurungkan niat meminta maaf.

Ya sepertinya Sakura harus meminta maaf, mau bagaimana pun, Naruto tidak seharusnya disalahkan.

--------------

Hah...

Naruto menghela nafas berat, rasanya dia benar benar tidak bisa terlalu lama marah kepada gadis itu, bagaimana pun Sakura memang benar, mungkin bercanda di tengah misi memang ide yang sangat buruk,

Naruto mulai merutuki kepala bodohnya itu, bisa bisanya dia berpikiran bercanda di tengah misi, bukankah dirinya sudah berjanji kepada Sasuke akan menyelesaikan misi ini? ya walaupun bukan janji secara langsung sih.

Naruto mulai menunjukkan senyumnya, ya dia harus mencari Sakura sekarang, mungkin tidak ada salahnya meminta maaf duluan, dia harus menurunkan egonya sekarang.

Tap. Tap. Tap.

Dengan begitu, Naruto mempercepat langkahnya, menelusuri jalanan desa yang dipenuhi anak kecil, berusaha mencari keberadaan Sakura, dia harus berbaikkan dengan gadis itu.

------------

Tep.

Langkah Naruto terhenti, tepat di depan sebuah cafe, di sana dia melihatnya, di balik kaca, Sakura sedang menikmati anmitsu-nya Sendirian, tidak menyadari Naruto yang sedang memandangnya dari balik kaca, terus fokus menikmati rasa manis anmitsu.

Tring.

Suara lonceng pintu berbunyi, diikuti dengan langkah Naruto yang mulai memasuki cafe tempat Sakura berada.

Sakura tidak menyadarinya, seorang pemuda berambut pirang baru saja memasuki cafe tempatnya berada, memesan semangkuk anmitsu, lalu bergerak ke arah Sakura yang masih mencoba menikmati anmitsu yang terlanjur sudah tidak terbentuk dan entah kenapa rasanya hal itu membuat nafsu makannya berkurang.

Srek..

Sakura mendongkakkan wajahnya, menyadari kursi di hadapannya baru saja ditarik oleh seseorang, tanpa melihat sosok itu, Sakura melambai lambai kan tangannya, bermaksud membiarkan sosok itu mengambil kursi itu, toh dia saat ini sedang ingin menyendiri, tidak mau ada sosok asing ikut bersamanya duduk di satu meja, bisa bisa nafsu makannya semakin berkurang.

"Apa kursi ini tidak dipakai?" Sosok itu bertanya, memastikan agar gadis yang ada di hadapannya tidak tersinggung saat dirinya mencoba meminjam kursi itu.

"Tidak, Silahkan saja!" Sakura menjawab, tanpa sekali lagi melihat ke arah sosok itu.

"Ohh baiklah kalau begi-"

"Ada yang pakai."

Sosok itu menghentikan gerakannya, setelah seorang pria berambut pirang memegangi lengannya yang sedang berusaha menarik kursi itu, sosok itu segera melepaskan pegangannya setelah pemuda yang memegang lengannya mulai menatap tajam kearahnya, membuat sosok itu berdecak dan memilih menjauh untuk mencari kursi yang baru.

Sementara itu Sakura ikut berdecak kaget, hampir tersedak oleh jelly yang ada di mulutnya kalau saja dia tidak tiba-tiba mendengar suara Naruto, ya Naruto sekarang sedang berdiri di hadapannya, tatapan Mata Safir-nya begitu tajam, ditunjukkan kepada sosok yang sebelumnya berusaha meminjam kursi dihadapan Sakura.

Sakura mengangkat alis kirinya, heran dengan Naruto yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapannya, mau apa Naruto kesini? apakah dia mulai menyukai anmitsu? entahlah, Sakura hanya bisa tersenyum simpul melihatnya, sepertinya dia mulai mengerti dengan tujuan Naruto datang ke sini.

Tep.

Setelah melihat sosok itu menjauh, akhirnya Naruto memutuskan duduk di kursi itu, masih dengan wajah yang terlihat menahan sebuah amarah.

"Hah.." Naruto menghela nafasnya gusar.

Rasanya Naruto menjadi kesal sendiri, entah kenapa saat melihat seorang pria tadi membuatnya sangat kesal, apalagi dia menyadari senyum aneh pria itu, dan Naruto bisa lihat senyum itu ditunjukkan kepada Sakura.

Ya walaupun, sepertinya Sakura tidak menyadari hal itu.

Naruto jadi pusing sendiri, niatnya kesini kan hanya meminta maaf, bukan malah melihat seorang pria berusaha menggoda Sakura, dan entah kenapa rasa kesal di hatinya semakin memuncak.

Jika saja ini bukan di cafe, mungkin Naruto akan melemparkan bogem mentah ke arah pria itu, cukup agar rasa kesalnya bisa terlampiaskan, ya tapi mungkin akan terjadi pertengkaran lagi antara dirinya dan Sakura, dan Naruto tidak mau hal itu terjadi lagi.

Setelah cukup lama memejamkan matanya, Naruto akhirnya membuka mata, mendapati Sakura sedang tersenyum sambil menopang dagunya, dan senyumnya lebih aneh dari pria tadi!

"Hei! apa apaan senyummu itu!"

Naruto sedikit kesal melihat senyum Sakura, ayolah niatnya kesini kan untuk meminta maaf dan mendinginkan kepala, bukan malah memperkeruh suasana.

"Hmm? kenapa kau kesini, Naruto?"

Sakura mempertahankan senyumnya, membuat Naruto membuang mukanya, menghela nafas kembali, berusaha untuk tidak terpancing dengan godaan Sakura tadi.

Tep.

Sebuah mangkuk anmitsu baru saja di letakan di meja, membuat Naruto perlahan menunjukkan senyumnya, mengalihkan padangannya ke arah Sakura yang terlihat melongo, tidak percaya seorang Naruto yang baru saja memesan anmitsu, makanan kesukannya.

"Kenapa kau bertanya? sudah jelas aku ingin memakan anmitsu ini." Jelas Naruto dengan sebuah seringai.

Perkataan Naruto sukses membuat wajah Sakura merah padam, merutuki dirinya yang baru saja menanyakan hal bodoh kepada Naruto, dan lihat akibatnya!

Naruto yang sekarang malah menggodanya.

Sakura kembali memfokuskan pandangannya ke arah mangkuk di meja, berusaha bersembunyi dari tatapan menggoda milik Naruto, sungguh candaan Naruto membuat niatnya meminta maaf menjadi hilang seketika.

Naruto sedikit puas, melihat tingkah Sakura yang gelagapan tadi cukup untuk membuat tensi darahnya mulai menurun, ya mungkin mencicipi anmitsu tidak ada salahnya, mungkin dia harus mulai mencoba makanan baru selain ramen.

————————

Hening.

Baik Naruto dan Sakura tidak ada yang berbicara, bukan masalah sedang sibuk mengunyah anmitsu, melainkan suasana canggung yang menyeruak di antara mereka, baik keduanya masih memikirkan bagaimana memulai percakapan, sama-sama tidak nyaman dengan suasana canggung ini.

Hah...

Keduanya menghela nafas, diikuti dengan memejamkan mata sebentar, dengan satu hentakan keduanya berbicara bersamaan.

"Naruto/Sakura-Chan" Emerald dan Safir bertemu, membuat kedua pasang mata itu seketika membulat.

"Kau dulu." Kembali lagi keduanya serempak mengatakan hal yang sama, membuat semburat merah kecil muncul di kedua pipi shinobi Konoha itu.

Hening.

Lagi lagi tidak ada yang berbicara, baik Naruto dan Sakura kembali merasakan canggung, membut bibir mereka kelu untuk berbicara, Sakura yang memainkan jari jarinya di bawah meja, dan Naruto yang memejamkan kedua matanya.

"Hah..." Naruto menghela nafasnya, membuka kedua matanya dan perlahan menatap lekat Sakura yang terlihat sedang gugup.

"Aku minta maaf, tidak seharusnya aku bercanda seperti tadi." Terkesan mengalah, namun tidak bisa ditampik dari nada suaranya, Naruto tulus mengatakan hal itu.

"Eh?" Kedua mata Sakura membulat seketika, tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar tadi.

Sakura memang pantas kaget, dilihat bagaimana pun ini bukan seperti Naruto, bukankah pemuda pirang ini orang yang keras kepala? Ya itu kira Sakura, sebelum akhirnya dia mendengar sebuah permintaan maaf dari Naruto, sesuatu yang sepertinya memang langka bagi Sakura, melihat Naruto meminta maaf terlebih dahulu.

Sakura tersenyum, tidak lagi memasang senyum yang menurut mata Naruto 'aneh', melainkan sebuah senyum lembut, sepertinya Sakura menerima permohonan maafnya.

"Aku juga minta maaf, tidak seharusnya aku menyalahkanmu tadi." Sakura mulai berbicara, suaranya sangat lembut, sampai membuat Naruto tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Naruto dibuat melongo, walaupun tatapannya terlihat kosong, tidak bisa ditampik saat ini Naruto tidak mengalihkan pandangannya dari Sakura, Sakura yang sedang bersemu merah.

Naruto terus menatap Sakura selama beberapa menit, tidak berniat untuk membalas perkataan Sakura tadi, otaknya masih mencoba mencerna hal yang baru saja dia dengar tadi.

Sakura menyadari tatapan 'aneh' Naruto, membuat semburat merah tipis kembali menghiasi pipinya, menggunakan kedua tangannya mencoba meraba raba wajahnya, takut jika ada sesuatu yang aneh di wajahnya.

Sakura menaikkan alisnya, diikuti dengan gerakan tangannya yang mulai terhenti, tidak ada yang salah dengan wajahnya, lalu? Kenapa Naruto melihatnya seperti itu?

"Hei Naruto, apa ada sesuatu di wajahku?"

Naruto mengerejapkan matanya beberapa kali, dia baru saja melamun, dan perkataan Sakura berhasil menyadarkannya kembali.

"Hei Naruto!" Sakura sedikit kesal, Naruto sama sekali tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Ah S-Sakura-Chan, Tidak ada apa apa kok, aku hanya.... sedang mengagumimu saja" Jawab Naruto sedikit kikuk, salah satu tangannya menggaruk belakang kepalanya, tersenyum canggung, menutupi perasaan gugupnya tertangkap basah memperhatikan Sakura.

"Baka!"

Sakura mengalihkan pandangannya, berusaha menutupi wajahnya yang kembali memanas, Naruto benar benar pintar membuat perasaan Sakura campur aduk, tentunya perasaan hangat kali ini lebih dominan dirasakan Sakura.

"Jadi?" Naruto bertanya kembali, mengharapkan sebuah jawaban jelas dari Sakura.

Sakura kembali menatap Naruto, menaikkan alis kirinya, tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Naruto.

"Maksudmu?"

"Apa kita baikkan sekarang?" Tanya Naruto dengan menunjukkan cengirannya.

Sakura yang melihatnya ikut tersenyum lebar, sebelum akhirnya kembali berbicara.

"Tentu saja!"

——————-

"Hei Sakura-Chan." Naruto memanggil, membuat gadis yang berjalan di sampingnya mulai menoleh ke arahnya.

"Ya?"

"Bagaimana kalau hari ini kita kencan saja? lagipula sebentar lagi malam kan? misi mungkin masih bisa menunggu~" Ucap Naruto seraya mengalihkan pandangannya ke arah langit yang berwarna orange, matahari bahkan sudah hampir tenggelam setengahnya.

"Hmm... baiklah, kita mau kencan kemana?" Sebentar Sakura memejamkan mata, sebelum kembali bertanya kepada Naruto yang berada di sampingnya.

"Hmm... kemana yaa? disini tidak ada cafe yang menyediakan ramen sih, apa kau punya saran Sakura-Chan?"

Sakura sweatdrop mendengarnya, agak menyesal melontarkan pertanyaan tadi, ramen lagi kan yang dibahas, tau gitu dia pasti memilih melanjutkan misi yang sudah pasti, bukan malah ikut memutar otaknya untuk menemukan tempat bagus untuk berkencan dengan Naruto.

"Ah! Bagaimana kalau kita latihan saja? aku masih ingin mempelajari teknik yang kau ajarkan tempo hari lalu!"

"Hmm? yang mana, Naruto?" Ucap Sakura seraya menaikkan alis kirinya, agaknya Sakura juga mencoba mengingat ingat apa teknik yang dia ajarkan pada Naruto.

"Ck, kau ini, ituloh, teknik yang kau gunakan untuk memperbaiki kalung ini!" Ucap Naruto seraya mengeluarkan sebuah kalung kristal berwarna hijau dari balik jaket orange-nya.

Sakura tersenyum, entah kenapa walaupun Naruto masih setia memakai syal hijau-yang entah siapa yang memberikannya-di lehernya, Naruto selalu memakai Kalung pemberiannya itu, kadang dia bersyukur ternyata kalung yang sudah dia perbaiki masih Naruto anggap sebagai barang yang berharga.

Kadang Sakura terus berpikir, terlintas di benaknya ingin menanyakan kepada Naruto perihal siapa yang memberikannya syal itu, Hinata? tidak mungkin, Sakura sendiri yang melihatnya, Hinata masih memegang kantung kertas berisi syal saat Naruto sudah memakai syal hijau itu.

Mungkin dia akan bertanya saat waktu yang tepat, ada kencan yang harus dia selesaikan terlebih dahulu.

Tunggu dulu!

Sakura juga belum tahu kenapa Naruto sangat bersemangat mempelajari teknik itu darinya, sebuah rasa penasaran mulai mencuat, Naruto masih belum memberitahunya kenapa pemuda itu ingin sekali mempelajari teknik itu.

"Aku jadi semakin penasaran, melihatmu bersemangat seperti ini, mengapa kau begitu tertarik dengan teknik itu? bahkan teknik itu bisa dibilang hal yang tidak terlalu berguna bagi shinobi-"

"Tidak." Sela Naruto cepat, membuat Sakura mengalihkan atensinya ke arah si pemuda berambut pirang yang baru saja menyela perkataannya.

"Menurutku itu sangat berguna! karena teknikmu itu, aku masih bisa memakai kalung ini, Sungguh aku sangat berterima kasih karena kau sudah memperbaikinya."

Naruto tersenyum lembut, menatap kristal hijau yang sedikit meredup karena langit yang perlahan mulai semakin gelap, membuat mata Sakura membulat diikuti dengan rona merah tipis di kedua pipi-nya.

"Kau tahu? kalung ini mempunyai kenangan tersendiri untukku, mengingatkanku tentang janji yang harus kutepati pada seseorang, janjiku pada Baa-chan."

"Janji? kepada shishou?" Sakura masih menatap lekat lekat Naruto yang sedang tersenyum.

"Iya janjiku untuk tidak mati sebelum menjadi hokage."

Deg.

Sakura tediam, mendengar perkataan Naruto barusan seolah mengingatkannya pada janji Naruto kepada dirinya dulu, berapa banyak janji yang dipegang Naruto? Naruto tidak pernah membahas janjinya, apa dia kuat memegang janji besar seperti itu? Naruto ternyata pintar dalam menyembunyikan perasaannya sendiri, atau mungkin dia memang tidak sadar menyembunyikan perasaannya sendiri?

"Kalau diingat ingat lagi, saat  melawan Sasuke dua tahun lalu, sepertinya aku hampir mati, dan hal yang pertama kali aku sesali saat itu, aku tak bisa menepati janjiku pada Baa-Chan." Naruto masih tersenyum, tapi nada bicaranya berkata lain, ada perasaan kelu disana.

Sakura kembali terdiam, membuat Naruto juga ikut menghentikan langkahnya, mata Sakura mulai berkaca-kaca, menyadari dirinya hampir merusak impian dan janji Naruto.

Grep..

Lengan jaketnya dicengkram dengan erat, Naruto merasakan hal itu, di tatapnya Sakura sedang menundukkan kepalanya sambil mencengkeram lengan jaket Naruto kuat-kuat, dan Naruto agak bingung dengan perilaku Sakura yang seperti ini.

"Ada apa Sakura-Chan?"

"Jangan..." Lirih Sakura, dan bisa dilihat tetesan air mata sudah turun ke jalanan desa, walaupun Naruto belum sepenuhnya sadar akan hal itu.

Naruto terdiam, kali ini juga ikut mematung, menunggu Sakura untuk menyelesaikan untaian katanya.

"Jangan lagi berjanji Naruto!" Sakura mendongkakan kepalanya, membuat Naruto berdecak, dilihatnya mata Emerald Sakura sudah di penuhi air mata, mulai menetes ke arah lengan Sakura yang masih mencengkram lengan jaket Naruto kuat kuat.

Naruto kembali diam, bibirnya kelu, tidak bisa melontarkan kata kata yang ada di benaknya.

"Jangan.. tolong jangan berjanji lagi." Sakura masih melontarkan perkataan ditengah isak tangisnya.

"Sakura-Chan..." Hanya itu yang terlempar dari mulut Naruto, lidahnya kelu lagi, mencoba memutar otaknya, berharap bisa membuat Sakura berhenti menangis.

"Tolong berhenti Naruto...janji itu, janji yang membuatmu hampir mati, menghancurkan impianmu, bahkan sampai membuatmu mengingkari janji orang lain."

Sakura masih terus menangis, bahkan kali ini memejamkan kedua matanya, mencoba menahan air mata yang terus keluar.

"Apa maksudmu?" Naruto kali ini mengangkat alisnya, mulai tidak mengerti dengan maksud perkataan Sakura tadi.

"Karena aku... karena janjimu padaku, kau hampir mati, aku adalah gadis yang hampir menghancurkan mimpi seseorang, aku benar benar gadis yang buruk."

Mata Naruto melebar, mulai memahami maksud dari perkataan Sakura, Naruto baru saja membuat gadis itu mengingat masa lalunya, masa lalu dimana gadis itu mengikat janji seumur hidup dengannya.

Naruto merasa bodoh, tidak seharusnya dia membahas janji itu, bukan ini yang jadi tujuannya, melihat Sakura menangis tentu lebih menyakitkan dibanding harus mengingat kejadian hampir matinya itu.

"Sakura-Chan, aku tidak bermaksud-"

"Maafkan aku Naruto.... aku adalah gadis yang buruk, pasti memegang semua janji seperti itu adalah hal yang berat, maafkan aku, aku tidak pernah sama sekali memikirkan perasaanmu saat itu..."

Sakura mungkin tidak akan berhenti menangis, saat ini dirinya begitu merasa bersalah dan bodoh, Sakura benar benar merasa jahat sekarang.

Sungguh Sakura tidak mengerti mengapa Naruto masih bisa seceria itu, padahal ada beban berat yang dipikulnya, Naruto benar benar hebat dalam menyembunyikan perasaannya sendiri, dan Sakura mengakui hal itu.

"Tidak! kau bukan gadis yang buruk, kau adalah gadis terbaik yang pernah kutemui! sungguh! janji itu adalah masa lalu Sakura-Chan, lagipula aku masih hidup bukan?" Naruto menyengir seperti biasanya, berharap bisa mencairkan suasana yang entah terasa tegang tadi.

Sakura segera membuka matanya, menatap lekat lekat Naruto yang terlihat ceria, sungguh Sakura tidak tahu apa yang akan terjadi padanya jika dia harus kehilangan senyum sehangat matahari itu.

"Kau tidak perlu takut Sakura-Chan, aku tidak akan mati semudah itu!"

Sakura perlahan tersenyum, hatinya kembali hangat, isak tangisnya sudah berhenti, Naruto benar benar pintar dalam urusan membuat hati-nya tenang.

"Lagipula, bukankah ada Sakura-Chan di sisiku?" Naruto kembali tersenyum ceria.

Mata Sakura membulat, namun segera mengukir senyum, merasa perkataan Naruto ada benarnya, Sakura akan selalu berada di sisi Naruto.

"Jangan lagi membahayakan dirimu oke!" Sakura tersenyum lembut kepada Naruto, membuat Naruto kembali tersenyum sambil memejamkan matanya.

Naruto mengarahkan acungan jempolnya kepada Sakura.

"Tentu saja, ini janji seumur hidupku!"

Ups.

Naruto langsung menutup rapat mulutnya dengan kedua tangannya, dia baru saja keceplosan, lagi lagi membuat janji.

Sakura yang mendengarnya hanya tertawa kecil, menyadari sesuatu, sepertinya Naruto akan kesulitan menghilangkan kebiasaannya itu, dasar Naruto!

"Baka!"

To Be Continued.

Nächstes Kapitel