"Jika kau masih berat untuk mengatakannya, tak apa. Aku mengerti!" ujar Devano pada Khanza.
"Dia… Dia laki-laki brengsek yang membuatku sampai saat ini enggan untuk menyebut namanya saja," jawab Khanza sekenanya.
Devano diam saja menyimak apa yang Khanza sampaikan, dari raut wajah Khanza dan suaranya yang seakan terasa gemetar membuat Devano langsng saja menepis rasa penasarannya yang membludak sejak tadi. Dia tak ingin membuat Khanza terbebani jika terus mendesaknya untuk melanjutkan cerita.
"Jangan di lanjutkan, aku tidak akan bertanya lagi. Aku cukup tahu, jika dia bukan sainganku!" cakap Devano menenangkan.
Khanza menatapnya dengan sendu, dia mulai berpikir untuk lebih berhati-hati saat ini. Karena sepertinya Devano adalah typikal orang yang benci suatu persaingan. Lalu kemudian Devano pergi menuju mobilnya, Khanza masih berdiri menatap laju mobil Devano yang berlalu pergi dari halaman rumahnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com