webnovel

Silent Mature

realistisch
Laufend · 59.6K Ansichten
  • 5 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • N/A
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Gila...! mungkin Aku sudah gila, mengabaikan seorang wanita yang Aku cintai, di mana para lelaki di luar sana menginginkan untuk dapat memilikinya, tubuhnya,Cintanya. Semua karena penyimpangan seks yang sering Aku lakukan dengan Imajinasi ku dan ketakutan yang menghantui Ku sejak kecil. Kenapa Orang dewasa itu selalu senang mengambil keputusan secara sepihak, sehingga masa kecil ku menjadi korban Akibat perceraian kedua Orang tua ku. Maafkan Aku Ara, bantu Aku menghilangkan trauma ku ini, bantu Aku dengan Cinta mu, agar Aku dapat memenuhi kebutuhan Biologis mu. *Thanks For My Friend yang sudah mau berbagi kisah ini sebagai pelajaran untuk dituangkan dalam tulisan.

Tags
1 tags
Chapter 1Awal Kisah Ku.

1. Awal Kisah ku

Namaku adalah Jun Dante Barata teman-teman kuliah ku biasa memanggil ku dengan sebutan Jun yang singkat.

Aku berumur 21 tahun dan masih menjalani kuliah mengambil jurusan program IT.

Aku memiliki trauma yang sulit Aku lupakan dan mungkin ini sudah menjadi penyakit ku sebagai pria dewasa.

Aku mengalami penyimpangan Seks yang menjadi suatu Aib bagi beberapa Orang yang menafsirkannya.

Aku memiliki kebiasaan melakukan Onani atau Masturbasi dalam keseharian ku.

Yaitu kesenangan melalui hayalan dan melakukannya pada tubuh sendiri tanpa lawan jenis atau semacamnya, kalian pasti paham lah maksud ku.

Semua berawal saat Aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 5.

Ayah ku bercerai dengan Ibuku sejak Aku berumur 7 tahun dan kakak perempuan ku berumur 12 tahun, jarak umur ku dan kakak perempuan ku sangat terpaut jauh 5 tahun.

Ayah ku menikah lagi dengan wanita lain yang lebih muda darinya yang adalah sekretarisnya sendiri dan Ibuku pun menikah lagi di tahun berikutnya dengan Pria yang lebih muda umurnya dari nya.

Pria itu boleh di katatakan bertubuh sempurna sebagai laki-laki dengan wajah yang cukup tampan, kedua orang tuaku selalu memutuskan segala kehendak mereka tanpa memikirkan perasaan Aku dan Kakak Perempuan ku yang bernama Reva Aprilia Barata.

Aku akui kalau kedua orang tuaku memiliki kehidupan yang sangat mapan semua adalah hasil dari jerih payah mereka bekerja, Papaku memiliki Perusahaan dan Mama ku memiliki jabatan yang cukup lumayan di sebuah perusahaan I.T terbesar.

Ayah tiri ku yang bernama Ando tidak pernah sekalipun memberikan nafkah kepada Mama, kehidupannya selalu tenang berkecukupan dan tanpa susah payah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Aku di asuh oleh Mama dan Kak Reva di asuh oleh Papa, benar-benar bagi ku kalau keluarga ku ini bukan lagi keluarga yang utuh semua sudah hancur seperti serpihan

gelas yang pecah.

Sampai suatu ketika Mama harus pergi dinas keluar Kota dan menitipkan Aku kepada Ayah tiriku, yang menurut ku dia selalu mengurusku bukan seperti layak nya seorang Ayah melainkan seperti orang suruhan Mama ku untuk menjaga ku sementara, lalu mendapatkan bayaran atau upah karena sudah menjaga ku dengan baik.

Ketika Itu Papa Ando sudah memberikan ku makan malam dengan memesan makanan secara online dan membuatkan ku susu sebelum tidur seperti yang selalu Mama perintahkan kepadanya.

"Pa..,Jun susah mengerjakan soal ini." tanya ku saat Aku merasa kesulitan akan PR yang sedang Aku kerjakan.

"eh..! Jun Kamu fikir Papa itu pintar dalam pelajaran, Papa hanya pintar merayu wanita di tempat tidur termasuk Mama kamu." Jawabnya dengan bangganya dan kalian bisa membayangkan Anak seumur Aku mendengar pernyataan seperti itu yang sama sekali tidak paham akan arti dari perkataanya merayu wanita di tempat tidur.

Aku lalu menutup buku ku dan memasukkan semua alat tulisku dengan kecewa, seandainya kakak ku Reva ada di sini pastilah dia sudah mengajari ku belajar.

Papa Ando menyuruhku untuk mengambil ponselnya yang terletak di atas meja dan sangat dekat jaraknya dengan ku.

"Jun Ambil ponsel Papa Sini.!." Pintanya ketus dan tidak pernah ada lembutnya sama sekali seperti inilah sikapnya jika Mama sedang tidak di rumah.

Papa Ando hendak menelepon seseorang.

"honey..kita bermain di sini saja yah.. aman kok."

"Ah..., sebentar lagi juga dia tidur sekalian kamu beli tiga bungkus biar aman yah beb, Aku bosen sama yang kendor-kendor mendingan yang padat kenyal seperti kamu."

entah kepada siapa Papa Ando berbicara di telepon yang pasti Aku tidak mau ambil pusing dan itu urusan orang tua pikir ku, lagi pula Aku tidak mengerti pembicaraanya.

Mama selalu mengajarkan ku untuk selalu hormat dan sopan kepada Papa Ando, karena bagaimana pun juga Papa Ando adalah Papa tiri ku.

"Jun..,sudah kamu tidur sana besok harus sekolah kan." Papa Ando selalu mengingatkan layaknya seorang Ayah yang perhatian walau nadanya selalu terdengar ketus dan seolah di paksakan.

"Iya Pa Jun tidur dulu." Jawab ku sambil membawa tas sekolah ku ke kamar.

"ingat Cuci kaki dan gosok gigi dulu sebelum tidur." teriaknya lagi mengingatkan.

Biasanya sewaktu keluarga ku masih utuh Papa selalu mengantarku sampai ke kamar merapihkan letak selimut ku dan mengucapkan selamat tidur untuk ku, Aku rindu suasana seperti 2 tahun lalu dimana keluarga ku masih utuh tetapi semua berantakan dan hancur seperti serpihan gelas yang pecah.

Tepat saat Ayah ku selingkuh dengan sekertarisnya lalu menikahinya, sementara Ibu ku seolah mencoba membalas dendam kepada Ayah ku dengan melakukan hal yang sama untuk membuktikan bahwa Mama ku juga mampu seperti Papa ku.

Tinggalah Aku dan kakak ku yang menjadi Korban keegoisan orang dewasa yaitu Orang Tua kami sendiri.

Hari sudah larut malam, Aku terbangun karena ingin buang Air kecil, Aku melirik pada jam waker di meja dekat tempat tidur Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam tepat.

Sebenarnya Aku takut sekali ingin kekamar mandi, tetapi rasa ingin membuang air kecilku lebih tidak dapat Aku tahan ketimbang rasa takut ku, lalu aku memberanikan diri berjalan sendiri menuju toilet yang terletak dekat dengan dapur.

Aku harus melewati beberapa kamar juga ruang tamu.

Rumah Mama sangat besar rumah yang di berikan Papa kepada Mama dan nanti kelak akan menjadi Milik ku, Papa dulu pernah mengatakannya kepada Mama di hadapan ku.

Aku merinding membayangkan harus melewati beberapa ruangan yang terlihat redup hanya untuk menuju ke kamar Mandi, sebenarnya Aku bisa saja menggunakan kamar mandi yang ada di kamar Mama tetapi Aku takut kalau nanti tidur Papa tiriku terusik lalu dia akan marah kepada ku.

Saat Aku berjalan hendak melewati ruang tamu yang terdiri dari 2 set sofa yang panjang dan besar pada sudut kanan dan kiri serta lantai yang di lapisi karpet permadani berbahan surfur yang ukurannya cukup lebar.

Aku menghentikan langkah ku saat Aku mendengar sebuah desahan lirih dari suara seorang wanita yang membuat ku semakin takut, kalau-kalau itu bukan suara manusia tetapi makhluk asing yang tak kasat mata.

rasa ingin buang air kecil juga rasa penasaran mengalahkan rasa takut ku dan Aku semakin melajukan langkah ku mendekati suara itu, lalu aku membelakak kan Mata ku saat Aku di suguhkan dengan tontonan berupa hal yang tidak pernah Aku lihat sebelumnya bahkan Anak kecil seperti Aku pada umumnya.

Aku melihat posisi Papa tiriku sedang berada diatas tubuh seorang wanita yang tidak ku kenal dan mereka keduanya tanpa busana sehelai pun, wanita itu terus mengeluarkan suara desahan lirih seolah merasa kesakitan tetapi menikmatinya.

Sementara papa Ando sibuk menggoyangkan tubuhnya layaknya seorang pria yang sedang menunggangi seekor kuda dan memegang dua gundukan pada wanita itu sebagai pegangannya dan sesekali menempelkan bibir nya kepada bibir wanita itu.

Aku menyaksikan nya dan tak bergeming sedikit pun, Aku seolah merasakan kenikmatan tersendiri dari dalam diriku dan merasuk ke otak ku, bahkan Aku tidak dapat menjabarkan yang kurasakan saat itu.

Mataku terus mempertontonkan yang mereka lakukan dan sesekali aku menelan saliva ku, dan saat Papa Ando layaknya seperti kuda yang sedang mengejar sesuatu dan juga mengeluarkan suara yang seolah seperti anak kecil sedang meneriakkan kata Serbu lalu, menembakkan sesuatu ke arah lawan saat bermain perang-perangan, Aku tak sadar seolah Aku juga sedang merasakan hal yang sama dan tanpa sadar Air seniku telah keluar dan tak dapat Aku tahan.

Sadar akan apa yang kulakukan juga tontonan yang di pertunjukkan Papa Ando pun telah selesai Aku segera berlari kekamar mandi menuntaskan buang Air kecil ku yang masih tersisa dan Aku mengganti kembali celanaku dengan yang bersih.

Aku mencoba memejamkan mata kembali dan sama sekali sulit sebab setiap Aku akan memejamkan Mata Aku selalu terbayang akan apa yang di lakukan Papa tiriku dan teman wanitanya itu.

Dan yang Anehnya juniorku bereaksi saat Aku mengingat kejadian barusan.

Aku mencoba menidurkannya tetapi juniorku semakin keatas terlebih saat bersentuhan dengan tangaku dan Aku merasakan kenikmatan saat benda sensitive ku tersentuh tangaku sendiri.

Dari sini lah Aku memiliki kebiasaan yang menyimpang dan Aku tutupi sampai dewasa, karena setelah Aku mengerti dan paham semua yang kulakukan adalah hal penyimpangan Seksual.

Setelah Aku beranjak remaja hal ini semakin menjadikan ku sebuah hobbi atau Kebiasaan dan juga kebutuhan bahkan penghilang stress saat Aku sedang mengalami sesuatu masalah apapun itu yang membuat mood ku tidak bagus.

*Bersambung*

hai..Readers Lope-lope mungkin kalian berfikir judul tulisan ku ini sangat Konyol dengan isi ceritanya, Author memang seorang perempuan yang mencoba menuliskan Kisah Sahabatnya (Pria) yang ingin dia bagikan.

terlebih kepada Orang yang juga menjadi Korban perceraian dari Orang Tuannya, jangan melihat ketabuan nya yah, tetapi Ambil pelajaran dari tulisan ini bahwa Masa Kanak-kanak itu haruslah Indah & menyenangkan sebab ini membentuk kepribadian Mereka nantinya, Kita semua adalah Orang Dewasa dan sudah sepatutnya menjadi Contoh bagi Kaum Anak-anak, memberikan Contoh yang Baik dan Moral yang Baik.

Semoga kalian terhibur dengan kisah seorang sahabat Author ini yah.

Nama tokoh bukan nama sebenarnya.

Semoga hari kalian selalu menyenangkan, Aku sayang Kalian.

Das könnte Ihnen auch gefallen

DEWASA: Cita, Cinta dan Perselingkuhan.

Sinopsis Cerita 18+ yaa.. Bocah nyingkir dulu. Masa SMAku sudah diujung tanduk. Tinggal menghitung hari saja menjelang tamat. Melihat teman-teman sepermainan kini sudah mulai terasa jauh. Teman-teman yang dulunya setara denganku, tiba-tiba sudah berada di level yang berbeda. Omongan mereka praktis tidak lepas dari kuliah, kuliah dan kuliah. Setiap kali aku menyamperi teman-teman, dimana saja di setiap sudut sekolah, pasti ada saja yang menanyakan soal dimana aku akan kuliah. Cuma bisa aku jawab, "belum tau lagi. Lihat nanti saja." Ekonomi keluargaku terlalu sulit. Tidak mungkin rasanya bisa kuliah. Adikku saja bertiga, dan masih sekolah semuanya. Mamakku bekerja serabutan saja ke ladang orang yang digaji perhari. Meski begitu, jika hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, kami tidak pernah kekurangan. Di belakang rumahku ada sawah, ada sungai kecil juga. Sawah itu selalu kami tanam sepanjang tahun. Jadi, kami tidak pernah membeli beras. Kadang kalau tidak ada uang sama sekali, berasnya bisa kami jual sedikit. Sungai kecil di belakang rumah itu juga banyak ikannya, yang aku tangkap pakai perangkap setiap hari. Sementara untuk sayur-sayuran, di belakang rumah kami itu juga banyak ditanam sama Mamakku. Cuma ya yang satu itu yang sulit bagi kami. Memperoleh uang tunai. Aku sebagai anak tertua tentu menyadari juga posisiku. Setelah tamat SMA, harusnya aku bisa membantu Mamakku mencari nafkah untuk keluarga. Hanya saja, posisiku menjadi sulit saat ini, karena aku memiliki pacar yang terus mendesakku untuk kuliah. Dia bahkan manawarkan uang tabungannya untuk aku pinjam, agar aku tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Apakah Cinta tulus ini bisa bertahan sampai akhir...???

Alan_caz13 · realistisch
Zu wenig Bewertungen
5 Chs