webnovel

Tidak Ingin Terlibat dengan Lu Jingchen

Redakteur: Wave Literature

Setelah mendengar kabar gembira temannya itu, Yan Xiruo akhirnya bersedia memeriksakan dirinya ke klinik bersama dengan Xia Wanqing. Setelah itu mereka berdua kembali ke kampus.

Sesuai budaya keluarga, hari ketiga setelah hari pernikahan, ia harus pulang ke rumah keluarga pengantin perempuan. Yan Xiruo mengira kalau Lu Jingchen tidak akan hadir, namun nyatanya ia datang lebih awal darinya.

Kediaman keluarga Yan sekarang adalah sebuah rumah baru sebesar 200 meter persegi, rumah itu disediakan oleh Kakek Lu kepada orang tuanya sebelum acara pernikahan Lu Jingchen. Sewaktu Yan Xiruo mengetahui hal ini, ayahnya sudah mengambil sertifikat rumah ini. Padahal Yan Xiruo ingin mengembalikannya kepada Kakek Lu, namun ayahnya dan Kakek Lu malah menyalahkannya dan memarahinya.

Kalau bukan karena hutang keluarga Yan yang begitu banyak kepada keluarga Lu, Yan Xiruo pasti sudah meminta untuk bercerai dengan Lu Jingchen.

Selain itu, dalam lubuk hatinya lebih menyayangi Kakek Lu daripada orang tuanya sendiri.

Yan Xiruo ingat pada hari pernikahan. Saat itu Kakek Lu menggenggam tangannya dan dengan wajahnya yang ramah memberitahu untuk menjalankan kehidupan yang baik dengan Lu Jingchen. Mereka berdua harus melahirkan cucu-cucu yang lucu dan tidak boleh membuatnya kecewa.

Sayangnya kenyataan selalu begitu menyakitkan… 

"Jingchen, lihatlah kamu. Setiap datang ke rumah, selalu membawakan uang untukku…" Ayah Yan adalah seorang penjudi dan suka mabuk. Setiap kali Lu Jingchen pulang ke rumahnya, ia selalu membawakan dua botol minuman keras dan memberikan cek yang berisi angka hingga lima puluh ribu.

"Ayah, kita ini sekarang adalah keluarga, tidak usah merasa sungkan seperti itu. Uangnya tidak banyak, kamu pakai saja dulu. Bila tidak cukup, tinggal telepon aku lagi." Di mata orang tua Yan Xiruo, Lu Jingchen sudah jelas adalah menantu yang sangat baik. Walaupun ia tidak setia kepadanya, namun setiap ada acara keluarga, ia pasti akan hadir membawa hadiah.

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Lu Jingchen, hati Yan Xiruo terasa sakit.

Lu Jingchen pasti sengaja! Saat di belakang, ia pasti menertawakan keluarganya karena hanya bisa meminta hartanya saja. Saat di depan keluarganya, ia malah memberikan harta yang melimpah.

Yan Xirou mengambil napas dalam-dalam, lalu melangkah ke ruang tamu. Ia langsung menarik kembali cek yang ada di tangan ayahnya.

"Sret!" Suara dirobeknya cek itu pun terdengar.

Gerakan Yan Xiruo begitu cepat hingga ayahnya belum sempat menyentuh cek itu. Cek yang sudah dirobek itu telah dibuang ke tong sampah oleh Yan Xiruo.

"Xiruo, apa yang telah kamu lakukan?" Melihat uangnya yang telah terbang ke tong sampah, seketika ayah Yan langsung melompat dari sofanya dan menatap Yan Xiruo dengan penuh amarah.

"Ayah, Setelah ini bila kamu berani menerima uang dari keluarga Lu, berarti kamu tidak menganggapku sebagai anak perempuanmu lagi!"

"Apa salahnya aku menerima cek dari Jingchen, dia itu menantuku. Selain itu dia juga sudah menjadi bagian dari keluarga Yan. Dasar anak gadis sialan, jangan kamu kira kamu ini sudah menikah maka kamu sudah bisa berbuat seenaknya. Kalau dulu bukan karena aku…"

Kata-kata Ayah Yan belum selesai sudah dipotong oleh ibu Yan yang baru saja keluar dari dapur. Ibu Yan telah menyiapkan makan siang untuk mereka, "Ayah Yan, hari ini adalah hari pertama menantu kita pulang ke rumah, janganlah kamu emosi seperti itu."

Ayah Yan dengan tidak senang menatap ibu Yan dengan hatinya yang sakit ini, "ini semua karena kamu memanjakannya, lihat gadis sialan ini, makin besar semakin besar juga amarahnya. Cek yang Jingchen buat untuk menghormati aku langsung disobeknya begitu saja!"

"Cek, cek, apa kamu masih mau membawa cek ini pergi untuk berjudi? Umurmu sekarang juga sudah 45 tahun. Untungnya, kamu tidak cacat ataupun sakit. Kenapa tidak mau menghasilkan uang dengan kemampuanmu sendiri?" Tiba-tiba Yan Xiruo meneteskan air mata. Sebenarnya ia sangat mencintai keluarganya, ia tidak ingin Lu Jingchen meremehkan keluarganya.

Walaupun miskin, tapi harga diri keluarga tetap harus dijaga, kan!

"Yan Xiruo, aku adalah Ayahmu, kamu berani mengajariku seperti itu?" Apalagi di hadapan Lu Jingchen, ayah Yan merasa sangat malu.

Ibu Yan menarik tangan Yan Xiruo, menggelengkan kepalanya dan menatap ke matanya dalam-dalam. Ibu Yan seakan memintanya untuk tidak melanjutkannya lagi.

Pada saat ini, terdengar ada suara di depan pintu, ternyata Yan Lichuan dan Chu Keren telah sampai di rumah ini juga.

Yan Xiruo pun memperhatikan suasana ruangan ini. Dari sorot matanya, Lu Jingchen yang dari tadi duduk di sofa akhirnya berdiri setelah melihat kedatangan kedua orang itu.

Nächstes Kapitel