webnovel

Skandal Lux Hemel Imanuel

Bagun dari tidur, aku mendengar Angela berdiskusi dengan Lux di ruang tamu. Aku segera bergegas bersiap.

"Selamat pagi." Sapaku pada mereka.

"Nona Vina, John akan datang sebentar lagi."

"Aku mengerti aku akan keluar jika kalian butuh waktu untuk bicara berdua."

Lux mencegahku keluar. "Tinggalah, John masih harus menempuh waktu setidaknya tiga puluh menit."

Aku mundur dan berniat kembali ke kamarku. Aku ingin memberi mereka ruang untuk bicara.

"Nona Vina, aku sudah memesan sarapan pagi. Tunggulah lima menit di sini." pinta Angela. "Diskusi ini sudah hamper berakhir"

Aku hanya menurut dan duduk di sofa.

Lima menit kemudian makanan datang dan pelayan yang menagatarkan meletakkan di meja. Aku menyantap salad dan minuman pagi berupa juice.

"Kami sedang berdiskusi mengenai skandal yang menimpa Tuan Imanuel. Apa Anda tertarik mendengarnya?"

Aku tak menjawab dan Angela menyalakan TV. Di berita aku melihat penjelasan mengenai tuduhan yang beberpa orang tuduhkan pada perusahaan Sleep and See. Mereka mengklaim bahwa perusahaan ini bertuajuan mengendalikan hidup orang banyak.

Juga perusahaan ini terlibat kasus dugaan pembunuhan terhadap beberapa tahanan penting. Jika Lux terbukti bersalah maka, ia harus menjalani hukuman seumur hidup.

"Inti dari masalah ini adalah Tuan Imanuel harus berhadapan dengan mereka yang neuntut tanggung jawab terhadap kematian beberapa orang. Syarat mengikuti program dua puluh tahun tidur adalah tidak terlibat dalam kasusu atau skandal apapaun.

Jika sampai satu bulan ke depan, Tuan Imanuel tak bisa membuktikan dirinya bersalah maka pihak perusahaan akan memasukkan Tuan Imanuel ke dalam daftar hitam. Yang artinya ia tak akan bisa mengikuti program di perusahaan ini.

Aku sudah mencoba mencari tahu, tapi sepertinya mereka bersi keras tidak akan menandatangi surat pernytaan persetujuaan atas program yang akan di amabil oleh Tuan Imanuael. Mereka inginkan bukti bahwa Tuan Imanuel tidak memanfaatkan program tidur dua puluh tahun sebagai tindakan melarikan diri dari jeratan hukum." Kata Angela mengakhiri penjelasannya.

"Jika Nona Vina ingin tau lebih lanjut, aku bersedia menjelaskannya secara detail"

"Tidak terimakasih Angela. Aku hargai tawaranmu. Tapi aku bukan orang yang berhak mengetahui rahasia Seseorang secara rinci."

Aku menarik tanganku dan melanjutkan makan. Keheningan melanda ruangan ini.

"Tuan Imanuel, apa anda benar-benar tak mengetahui akan beberapa kabar meninggalnya semua orang yang ada di daftar tuntutan kepada Anda?"

Lux menggeleng.

"Aku sudah tak lagi mengerti seluk beluk Sleep and See sejak aku mengundurkan diri."

Mendengar kata pembunuhan mengingatkan ku pada orang yang aku temui di pesawat. Tuan Chao. Putranya meninggal dalam program yang Sleep and See tawarkan.

"Boleh aku tahu, Apa yang mereka inginkan darimu?"

"Mereka menggungat Sleep dan See. Mereka melayangkan tuduhan pada beberapa orang berpengaruh pada perusahaan ini. Salah satunya adalah Tuan Lux Hemel Imanuel. Saat Tuan Imanual masih berstatus sebagi saksi.

Tapi, tentu saja ada kemungkinan aku akan menjadi tersangka. Hal itu, membuat Sleep and See tak bisa megabulkan permohonanku sebagai sukarelawan program yang Tuan Imanuel ikuti."

Aku menyela. "Lux, Bukankah progam ini juga ditawarkan untuk para napi? Apa masalahnya? Katakanlah kau bersalah dan dihukum. Kau tetap bisa menjalani hukuma sambil ikut prigram ini bukan?"

"Nona Vina…" saat Angela hendak menjawab Lux memberi kode untuk diam.

"Itu bernar. Jika aku terbukti bersalah aku bisa saja mengikuti program ini untuk rehabilitasi. Yang menggungguku bukanlah hukuman yang aku akan terima, melainkan dampak besar bagi semua orang yang terlibat.

Jika kami terbukti bersalah, maka perusahaan ini akan di tutup dan semua orang akan kehilangan pekerjaan. Banyak mereka yang sudah mengikuti program mengalamai kerusakan otak karena penghentian paksa program. Belum lagi kami harus mengganti semua biaya yang dikeluakan oleh pihak konsumen dan investor. Dampaknya cukup membuat dunia ini mengalamai pergolakan."

Mendengar penjelasan Lux lebih dramatis dari penjelasn Angela membuatku hilang selera makan. Aku teringat kesepakatanku dengan Sleep and See belum lama ini, Jika mereka terbukti bersalah, maka aku akan menjadi orang bodoh yang kehilangan semua pemasukakanku.

"Aku mengerti sekarang. Terimaksih atas penjelasannya."

Aku bangkit dan membuka pintu untuk John. Aku mencoba sebisa mungkin menghindarkan diriku dari konflik yang ada pada mereka.

"Vina?" Johan tiba-tiba memelukku. "Aku membawakanmu jadwal hari ini. Dan seikat bunga."

Aku menerima bunga itu dan menyuruh John masuk.

"Kita akan pergi ke beberapa temapt indah di sini. Kita anak menikmati liburan di pantai. Makan siang akan disediakan oleh chef Katta. Ia ahli masakan China.

"Oh Angela dan Tuan Imanuel ada masih ada di sini rupanya." Sapa John.

"Selamat pagi John, kami sedang mendiskusikan sesuatu hal yang penting." Terang Angela. Namun kali ini ia tak menjelaskan secara terperinci samaseperti saat ia menjelaskan kepadaku.

"Jangan takut, kami akan segera menikmati pantai dan beberapa tempat yang indah. Ambilah waktu kalian."

Aku meletakkan jadwalku di meja makan. Lux mengambil jadwal itu. Saat aku berpamitan akan berganti pakaian yang sesuai, Lux memanggilku.

"Tunggu, jadwalnya bentrok dengan jadwal undangan dari TV. Vina, kau ikut kami ke studio TV. Kita berangkat dalam lima menit. Satu lagi jangan berganti pakaian"

Mendengar ucapan Lux John hanya bisa pasrah dan tak bisa berargumen apapun. Sementara Lux menarik tanganku dan Angela mengikuti dari belakang.

"Angela, acara apa? Undangan apa?" tanya John sepanjang perjalanan.

Angela hanya membisu. Ia focus dengan mengemudi. Lux dan aku duduk di belakang. Ia tampak tak tertarik menjawab pertanyaan John sedikitpun.

"Nona Vina? Mengapa tidak mengonfirmasi mengenai undangan kepadaku?"

Aku tak punya pilihan lain selain berbohong, "Maafkan aku. Aku kira kau sudah diberitahu sebelumnya."

"Iya baiklah, tapi bisa kau jelaskan ini undangan apa? Dan di mana?"

Angela menarik tangan John seakan memberinya saran agar diam dan berhenti bertanya.

Nächstes Kapitel