Setiap kali memasuki rumah itu hati Jeha selalu merasa senang dan nyaman , halaman rumah di tumbuhi aneka macam bunga yang cantik dan indah di rawat oleh tangan terampil, rumah itu juga jauh dari jalan raya jadi udaranya sangat bersih.
"Sayang kenapa tidak langsung masuk saja? " tiba-tiba perempuan paruh baya keluar dari rumah dan melihat pemuda kesayanganya berdiri di depan rumah sambil menutup mata, mendengar suara itu Jeha membuka matanya.
"Oumma aku merindukanmu" Jeha tersenyum lebar melihat wanita yang berdiri di teras sambil memandangnya dengan penuh kasih sayang.
Wanita itu langsung mendekat dan memeluk anak lelaki satu-satu nya itu. "Mmm sayang kenapa kamu baru datang sekarang? Oumma sangat merindukanmu"
Jeha melepas pelukannya dan menatap ibunya. "Maafkan aku !"
"Iya, yang penting kamu sudah di sini, oh ya kamu bawa apa itu? " Ny Jaehi melirik kresek yang di tenteng Jeha.
Jeha mengangkat kresek itu. "Aku ingin membuat masakan lesat buat Oumma, jadi ayo kita masuk! "
Ny Jaehi mengangguk dan langsung membawa Jeha masuk ke dalam rumah, setelah sampai di dapur, Jeha memakai celemeknya dan memulai untuk mengeksekusi bahan makanan yang di bawanya.
"Apa kamu butuh bantuan? " tanya Ny Jaehi.
Jeha menggoyangkan jari telunjuknya. "Tidak perlu karena pangeran Jeha akan memasak sendiri buat Ratu Jaehi".
Mendengar perkataan Jeha, Ny Jaehi tersenyum geli, dia bersyukur memiliki Jeha meskipun suami tercintanya meninggalkanya semasa Jeha baru berumur 10 tahun dan lebih memilih tinggal dengan istri barunya, tapi dia tetap bahagia karena Jeha tidak pernah mengeluh dan selalu menghiburnya.
"Penyedap rasanya Oumma taruh di mana? "Jeha berteriak sambil membuka laci satu persatu. Ny Jaehi menengok kearah Jeha. "Ada di laci paling tengah"
"Udah ketemu" setelah itu Jeha langsung mencampurkan penyedap rasa ke masakannya.
Sesaat kemudian semua masakan telah matang dengan sempurna, baunya benar-benar mengoda. Ny Jaehi langsung mencicipi semua masakan Jeha "Mmmm lezat"
"Benarkah? " tanya Jeha. Ny Jaehi mengangguk, "Tentu saja, anak ku memang terbaik dalam hal masak memasak"
"Terimakasih Oumma! " ucap Jeha.
Jeha dan ibunya langsung membawa semua masakan itu ke atas meja makan dan menyantapnya bersama.
"Apa kamu sudah mengunjungi ayahmu? " tanya Ny Jaehi sambil mengunyah makananya. Jeha mengehentikan makannya dan menatap ibunya tanpa ekspresi.
"Bagaimana masakanku Oumma? " tanya Jeha. Ny Jaehi menarik nafas.
"Enak kok, malah enak banget makasih ya sayang! "
Jeha menganggguk dan menyimpan kekesalannya dibalik senyum di wajahnya.
"Um, apa Oumma boleh bertanya sesuatu? " tanya Ny Jaehi dengan ragu. Jeha mengangguk sambil mengunyah makananya.
"Kamu sudah dewasa sekarang, tidakkah kamu ingin berumah tangga? " tanya Ny Jaehi.
"Umurku masih 28 tahun, untuk ukuran pemuda Korea itu masih sangat muda jadi bisakah Oumma tidak membahas itu? " ucap Jeha.
Ny Jaehi menarik nafas dalam, sebenarnya dia sangat ingin melihat Jeha menikah dan memiliki anak, akan tetapi dia tidak bisa memaksa Jeha untuk mengujutkan keinginanya.
"Oh baiklah, kalau begitu ayo lanjutkan makannya! " ucap Ny Jaehi dengan sedikit kecewa.
Sebenarnya Jeha tau keinginan ibunya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena yang di fikirannya adalah bagaimana dia bisa mengambil hak ibunya yang masih sah sebagai istri dari ayahnya sekaligus melepaskan ibunya dari ikatan ayahnya.
Selain itu dia juga masih bingung dengan perasaannya , jadi bagaimana bisa dia mengambil istri sementara hatinya masih bingung, tidakkah iti terlalu kejam buat si wanitanya?.
Malam itu Jeha menghabiskan waktunya menemani ibunya.
»Rumah Lion«
Di depan cermin di salah satu kamar yang ada di rumah Lion. Seseorang tertentu sedang sibuk berdandan.
Tiba-tiba suara pintu terbuka, Nana sedikit terkejut namun setelah itu dia kembali tenang setelah melihat sosok tinggi dan tampan muncul dari balik pintu.
"Ada apa?" tanya Nana sambil jaga-jaga siapa tau Lion akan menyerangnya.
Lion menarik nafas dalam, tanpa mengatakan apapun dia berjongkok di hadapan Nana dan melihat kaki mungil dan imut Nana yang tampak mulus meskipun kulitnya berwarna sao matang, Nana semakin waspada.
"Apakah kakimu sudah baikan setelah di urut? " tanya Lion sambil mendongak menatap ekspresi Nana yang waspada.
Nana sedikit grogi melihat tatapan dan rasa perduli Lion, "Um " jawab Nana. "Kalau begitu apa kamu bisa jalan? " lanjut Lion.
"Memangnya kamu mau bawa aku ke mana?" tanya Nana. Sambil berdiri Lion menjulurkan tanganya, " Nanti kamu akan tau, sekarang sudah waktunya, ayo kita pergi! "
Nana menatap tangan kekar Lion setelah itu menatap wajahnya, "Aku bisa berdiri dan berjalan sendiri"
"Oke" ucap Lion seraya berbalik meninggalkan Nana.
Meski penasaran tapi Nana tetap mengikuti Lion dengan patuh tanpa banyak bicara, dari depan terlihat Lion melirik ke belakangnya berulang kali sambil tersenyum.
'Gadis ular ini terlihat manis kalau manyun begitu'. Gumam Lion.
Sebelum sampai di depan pintu keluar, Nana mendapat panggilan dari kakaknya, segera dia memberitahu Lion.
"Bisakah kamu menungguku di luar? "tanya Nana. Lion mengerutkan keningnya, "Ada apa? "
"Aku ingin bicara sebentar dengan kakakaku" jawab Nana. Untuk sesaat Lion terdiam, setelah berfikir lama dia mencoba mempercayai Nana.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama ingat itu. Aku akan menunggumu di sini " ucap Lion
"Oky" sahut Nana
Setelah mendapat ijin dari Lion, Nana langsung bergegas kembali ke kamar dan segera mengangkat panggilan dari kakaknya si penggila drakor.