webnovel

Hal-hal yang bisa dibeli dengan uang...

Caspar berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau berlama-lama membahas tentang Katia dan berapa banyak perempuan yang sudah disakitinya selama ratusan tahun ini.

Pepatah bilang, action speaks louder than words (perbuatan lebih berarti daripada seribu perkataan), maka ia sudah bertekad untuk membuktikan bahwa ia mencintai Finland. Ia akan berhenti membicarakannya dan akan mulai menunjukkan cintanya.

"Aku bisa membeli banyak hal yang aku sukai," kata Caspar sambil mengangkat gelasnya yang kosong, dan seorang pelayan sigap menuangkan sampanye kembali, "Hotel Continental kubeli karena aku menyukai makanan di Restoran Moon ini. Sejauh ini return on investment-nya bagus."

"Oh ya? Pasti sangat menyenangkan bisa membeli apa pun yang kau inginkan," kata Finland iri. Ia ingat begitu banyak hal yang diinginkannya dalam hidup dan tak mampu ia beli, bahkan walaupun harganya murah. Ia teringat baju seragam sekolah yang sudah kekecilan, sepatu yang berlubang, tas yang terlampau tua untuk menampung banyak buku... semua hal yang menunjukkan kemiskinannya sewaktu masih sekolah dan membuatnya menjadi sasaran bully gadis-gadis kaya...

Ia hanya bisa menelan ludah dan mencoba melupakan pengalaman buruk masa lalunya.

"Tidak semua hal yang aku inginkan bisa dibeli..." kata Caspar. "Dan seringkali, hal-hal yang paling berharga dalam hidup ini tidak dapat dinilai dengan uang."

"Contohnya?" Finland tak bisa membayangkan ada hal yang tidak dapat dibeli dengan kekayaan Caspar.

Contohnya? Hatimu, kata Caspar dalam hati.

Namun Caspar tidak menjawab dan hanya menyimpan pemikiran itu dalam hatinya. Ia tidak mau terdengar gombal.

"Menurutmu keputusanku membeli hotel ini baik atau tidak?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Aku tidak tahu. Kau bilang return on investment-nya bagus, berarti keputusanmu membeli hotel itu adalah keputusan yang baik," jawab Finland. "Apakah kau pernah membeli sesuatu dan menyesalinya?"

Caspar mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan itu. "Hm... aku tidak pernah menyesal membeli sesuatu, tetapi memang tidak semua yang kubeli menghasilkan keuntungan. Misalnya aku pernah membeli sebuah rumah dengan harga yang terlalu mahal hanya karena aku kesal dengan orang yang tinggal di situ. Mereka pasangan menyebalkan yang sering memutar musik keras-keras di saat orang lain harus tidur."

"Oh..." Finland tersenyum mendengarnya. Orang kaya juga punya masalah, pikirnya, walaupun berbeda dari masalah orang miskin.

Memang benar, tidak ada orang yang hidupnya sempurna.

Ia baru akan meminta gelasnya diisi kembali ketika seorang laki-laki dari meja di ujung sana yang dari tadi mengamatinya tiba-tiba melambaikan tangan. Finland menyipitkan mata untuk melihat lebih baik dan menyadari bahwa itu adalah Noah dari Atlas Corp yang waktu itu berusaha menggodanya saat makan malam di De Lune. Ia dan kedua rekannya dari Atlas sedang makan malam di restoran ini rupanya. Finland menganggukkan kepala kepada mereka demi sopan-santun.

Ia tidak menyangka sama sekali bahwa Noah dan Jonathan akan datang menghampiri ke meja mereka.

"Hallo, selamat malam, Finland. Kebetulan sekali kita bertemu di sini," kata Noah, "Mungkin kita berjodoh ya, padahal besok kita juga akan ketemu untuk meeting terakhir dan menandatangani kontrak."

Udara di depan Finland tiba-tiba seakan menjadi lebih dingin beberapa derajat ketika Noah menyebutkan kata 'berjodoh', dan gadis itu melihat wajah Caspar yang menjadi kaku karena senyumnya menghilang.

"Eh.. iya, selamat malam, Pak." Finland mengangguk. "Kalian menginap di hotel ini?"

"Benar. Waktu kami melakukan reservasi hotel bulan lalu, aku membaca bahwa Restoran Moon ini cukup spesial, maka kami sekaligus memesan meja untuk makan malam terakhir di Singapura." Noah tampak memandang Finland dengan senyuman yang tidak menyenangkan. Ia melirik Caspar dan mengangguk sedikit, "Saya tidak akan mengganggu makan malam romantis kalian. Selamat malam."

Ia melempar senyuman menggoda ke arah Finland lalu kembali ke mejanya.

"Siapa itu?" tanya Caspar dengan nada tidak suka.

"Klien perusahaan," kata Finland. "Tidak usah dipedulikan."

Ia berusaha melanjutkan makan malam mereka, tetapi tiba-tiba ia merasa mual. Pandangan Noah tadi benar-benar menjijikkan. Finland menghabiskan sampanyenya lalu permisi ke toilet.

"Kau baik-baik saja?" tanya Caspar saat Finland berdiri dari kursinya.

"Aku tidak apa-apa... cuma sedikit mual. Aku ke toilet sebentar." Ia mengangkat tangannya untuk menenangkan Caspar, "Mungkin aku masuk angin. Makanan dan minuman di sini sempurna seperti biasa.... bukan restorannya yang membuatku mual."

Ia berjalan cepat-cepat ke toilet. Finland menyadari banyak pasang mata mengikuti gerak-geriknya dan ia menjadi tambah kesal. Kenapa orang-orang harus menghakimi orang lain seperti itu?

Ia melihat pantulannya di kaca dan merasa sedikit menyesal karena tadi setelah pulang dari kantor ia tidak cuci muka dan mengenakan makeup sama sekali. Wajahnya terlihat kusam karena menangis sepanjang jalan menuju ke apartemen Jean sebab ia sedih sahabatnya itu akan segera pulang ke Paris...

Tentu saja gadis-gadis di restoran ini menghakiminya karena tidak terlihat cukup cantik untuk makan bersama pria setampan dan sekaya Caspar.

Ia akhirnya mencuci muka dan memakai sedikit lipstik agar wajahnya terlihat lebih segar. Ugh... ia masih merasa mual karena cara Noah memandangnya tadi.

Finland ingat bahwa Jean berpura-pura menjadi kekasihnya saat ia makan di De Lune beberapa hari lalu, dan kini pasti Noah mengira ia sedang selingkuh dengan pria lain karena melihat Finland makan di Moon bersama Caspar. Pandangan dan senyumannya tadi terlihat seperti mengisyaratkan bahwa ia tahu Finland sedang selingkuh...

Ugh... seandainya Atlas Corp bukan calon klien yang penting bagi perusahaan, Finland tidak akan berusaha bersikap ramah kepadanya.

"Hallo Finland."

Finland sangat terkejut ketika ia keluar dari toilet wanita, ternyata Noah sudah menunggunya di lorong. Ia tersenyum sangat lebar, dan seketika rasa mual di kerongkongan Finland kembali.

"Hallo, Noah. Mau apa Anda ke sini? Toilet laki-laki di sebelah sana," kata Finland sambil menunjuk ke ujung lorong. "Saya permisi dulu."

Ia hendak berjalan pergi ketika Noah menarik tangannya.

"Besok setelah menandatangani kontrak proyek, aku akan terbang ke Bali selama akhir pekan dan menikmati weekend getaway di sana sebelum kembali ke Seattle." Noah tersenyum licik, "Aku perlu orang Indonesia untuk menemaniku di sana karena aku tidak mengerti bahasanya."

"Orang-orang di Bali semuanya jago bahasa Inggris," kata Finland berusaha menarik tangannya, tetapi Noah tidak melepaskannya.

"Aku tidak suka berputar-putar, aku mau kau yang menemaniku di Bali." kata Noah kemudian. "Kalau kau tidak bersedia, maka tidak akan ada kontrak untuk ditandatangani besok. Kami akan bekerja sama dengan perusahaan marketing lain."

"Apa maksudmu?" Finland menjadi marah. "Aku bukan perempuan seperti itu!"

"Jangan berpura-pura suci," kata Noah dengan nada mengejek. "Kau pacaran dengan Jean, tapi tadi mencium laki-laki lain. Aku juga pernah mendengar gosip bahwa kau adalah simpanan pengusaha kaya. Jadi pasti kau sudah biasa melayani banyak laki-laki."

"Lepaskan tanganku!" Finland menarik tangannya dengan sekuat tenaga dan menampar Noah. "Jangan kurang ajar!"

Noah memegang pipinya yang barusan ditampar Finland dan seketika wajahnya menjadi terlihat murka.

"Kau...! Beraninya kau menamparku! Lihat saja, besok Atlas Corp tidak akan menandangatangi kontrak kerja sama dengan LTX International. Aku yang menjadi penentu keputusan untuk proyek ini. Seharusnya kau berbaik-baik untuk mengambil hatiku." Ia berbalik pergi dengan mendengus keras.

Finland tertegun. Ia harus berpegangan ke tembok untuk menenangkan diri. Kurang ajar sekali Noah tadi menuduhnya sebagai perempuan simpanan dan memintanya menemani liburan ke Bali... Tanpa terasa air mata menetes pelan-pelan ke pipinya. Ia paling benci orang yang menggunakan kekuasaannya untuk menindas orang lain.

Finland tahu besok ia akan dimarahi di kantor kalau kontrak dengan Atlas Corp dibatalkan... walaupun itu bukanlah kesalahannya.

Dengan sedih ia kembali ke mejanya, berusaha menghilangkan jejak-jejak air matanya.

Caspar melihatnya kembali dan seketika menyipitkan matanya untuk melihat Finland lebih baik. Ia segera berdiri dan memegang tangan gadis itu.

"Kau menangis? Ada apa?"

"Ti.. tidak kok..." jawab Finland.

"Aku tahu wajah menangismu seperti apa. Walaupun kau menghapus air matamu, aku tahu kau habis menangis. Matamu tidak bisa bohong."

Caspar kembali melihat sepasang mata paling sedih di dunia, yang pertama kali menarik perhatiannya pada gadis itu. Ia benci melihat Finland sedih.

"Aku benci orang yang menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindas orang lain..." jawab Finland akhirnya setelah Caspar mendesak lagi.

"Siapa yang menyalahgunakan kekuasaannya? Siapa yang menyakitimu?" tanya Caspar.

Finland mencuri pandang ke meja Noah, dan ia melihat laki-laki itu mengangkat gelas wine-nya sambil mengangguk ke arah mereka. Caspar mengikuti pandangan Finland dan melihat ke arah yang sama.

"Dia? Apa yang dia lakukan?"

Finland mengerucutkan bibirnya dan menjawab, "Dia itu manajer marketing Atlas Corp. Perusahaan kami berusaha mendapatkan kontrak dengan mereka. Beberapa hari yang lalu aku dan beberapa orang dari departemen marketing bertemu orang-orang Atlas untuk makan malam, dan ia berusaha menggodaku sepanjang malam. Akhirnya aku meminta Jean untuk datang dan berpura-pura menjadi kekasihku."

Caspar mulai mengerti apa yang terjadi.

"Lalu?"

"Ketika Jean datang, ia berhenti menggodaku. Tapi tadi ia melihat kita datang bersama, dan aku menciummu, ia mengira aku perempuan semacam itu. Katanya ia mendengar aku ini simpanan pengusaha kaya dan pasti sudah terbiasa melayani banyak laki-laki. Maka dari itu ia memintaku menemaninya liburan di Bali weekend ini... kalau tidak ia akan membatalkan kontrak dengan LTX.. " Finland menghabiskan semua wine di gelasnya sebelum menghantamkan gelasnya ke meja, "Aku benci sekali sama orang yang suka menindas orang lain seperti itu..."

Caspar mendekapnya dan mengusap-usap kepalanya.

"Aku mengerti..."

Diperlakukan dengan demikian lembut membuat Finland tak kuasa menahan tangis yang dari tadi berusaha disimpannya. Ia sangat benci pada orang-orang yang memiliki kuasa atas orang lain dan menindas yang lemah. Ia sudah bosan diperlakukan buruk oleh orang-orang seumur hidupnya...

"Aku... aku benci selalu ditindas orang lain..." Finland menangis tersedu-sedu, "bukan salahku kalau aku miskin atau lemah... Kalau aku bisa melawan, aku pasti melawan. Tapi kadang-kadang aku hanya bisa menangis saat orang lain melakukan apa pun yang mereka inginkan atas diriku... "

Caspar ingat bahwa Finland pernah diseret ke belakang sekolah, diikat di pohon dan dipukuli oleh gadis-gadis yang membencinya karena ia cantik... Sebenarnya mereka tidak menyiksa Finland karena ia cantik, tetapi karena ia lemah, miskin, dan tidak sanggup membela dirinya sendiri. Finland adalah target yang mudah...

"Sayang... aku tak dapat menyelamatkanmu dari tindasan teman-teman sekolahmu dulu, tetapi sekarang, siapa pun yang menyakitimu, harus berhadapan denganku." Caspar berbisik lembut menenangkan Finland yang banjir airmata. Ia tampak sangat tenang, tidak mempedulikan sekeliling mereka yang memperhatikan dan berbisik-bisik, "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menindasmu lagi."

Finland berusaha menenangkan diri dan menghapus air matanya, tetapi Caspar lebih cepat. Ia telah mengeluarkan sapu tangannya dan menyeka air mata di mata dan pipi Finland dengan sikap penuh kasih sayang yang membuat iri semua wanita di ruangan itu.

Setelah Finland tenang dan kembali duduk. Caspar memencet sebuah nomor telepon di ponselnya.

"Stanis, aku mau kau beli Atlas Corporation. Di Amerika masih pagi, telepon pemiliknya sekarang juga dan tawarkan nilai uang yang tidak bisa ditolaknya. Aku mau jawaban dalam setengah jam."

Finland terkesima mendengarnya. Ia menatap Caspar dengan pandangan penuh kagum.

Segampang itu...

Pasti enak jadi orang sangat kaya dan berkuasa yang bisa membeli perusahaan tanpa pikir panjang...

"Kau mau sampanye lagi?" tanya Caspar seolah ia tidak baru membeli sebuah perusahaan senilai jutaan dolar.

Finland mengangguk. Pelayan dengan sigap mengisi kembali gelasnya tanpa diminta.

"Apakah menurutmu membeli Atlas Corp adalah keputusan yang baik?" tanya Finland pelan, "Pemiliknya pasti akan meminta harga yang terlalu tinggi karena dia sebenarnya tidak mau menjual. Perusahaannya sangat menguntungkan."

"Aku tahu," jawab Caspar dengan santai, "tetapi seperti yang kubilang tadi, ada hal-hal yang tidak bisa dinilai dengan uang. Air matamu terlalu mahal untuk mengalir sia-sia seperti itu. Aku benci melihat gadis yang kucintai disakiti, maka aku akan membeli Atlas Corp dan memecat laki-laki brengsek tadi. Supaya dia mendapat ganjarannya."

"Oh..." Finland terdiam. Ia menatap Caspar dengan mata yang mulai dipenuhi cinta. Pria ini sungguh selalu membuatnya merasa dimanjakan...

Ia menyesap sampanyenya dengan perasaan yang lebih ringan. Ia tidak mengeluhkan keberadaan Caspar di sisinya. Kali ini, untuk pertama kalinya, ia bisa membalas orang yang berusaha menindasnya...

Ponsel Caspar menyala dan ia segera mengangkat telepon yang sepertinya berasal dari Stanis. Wah.. cepat sekali, pikir Finland. Ini baru 15 menit.

"Sudah selesai? Baiklah. Kau yang urus semuanya untuk proses transfer dan cari manajer marketing yang baru."

Ia meletakkan ponselnya, dan tersenyum kepada Finland.

Nächstes Kapitel