"Bagaimana?" tanya Finland.
"Perkenalkan pemilik Atlas Corp yang baru," Caspar mengulurkan tangannya dan menyalami Finland. Suaranya terdengar jenaka. "Besok Atlas Corp akan menandatangani kontrak kerja sama dengan LTX, kau tidak usah kuatir."
"Oh.... benarkah?"
"Apakah aku pernah berdusta kepadamu?"
"Tidak." Finland menggeleng. Ia kemudian tersenyum sedikit dan menghapus air mata yang kembali menitik di matanya, "Terima kasih."
"Aku melakukan ini untukku sendiri," Caspar menggenggam tangan Finland dan meremasnya pelan, "Orang yang menyakitimu sama dengan menyakitiku. Aku hanya melindungi diriku sendiri."
Caspar memberi tanda kepada pelayan dan mengatakan sesuatu. Pelayannya mengangguk lalu berjalan ke meja Noah dan teman-temannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Finland.
"Aku akan memecat laki-laki tadi di depanmu, biar dia tahu kenapa ia kehilangan pekerjaannya, dan belajar untuk menghormati wanita lain kali."
Noah, Jonathan dan William datang ke meja mereka dengan pandangan penuh tanya. Tadi pelayan mengatakan bahwa mereka dipanggil ke meja Caspar karena ada urusan penting yang harus dibicarakan.
Mereka tidak mengenal laki-laki di meja itu, maka mereka mengira Finland yang memanggil mereka. Wajah mereka bertiga tampak kurang senang karena merasa Finland bersikap kurang sopan dengan memanggil mereka ke mejanya seperti ini.
"Ada apa, Finland? Pelayan bilang kami harus ke meja sini?" tanya Noah sambil mendengus, "Kalau kau ada perlu seharusnya kau yang mendatangi kami."
Caspar mendeham dan memotong perkataan Noah.
"Siapa namamu?" tanyanya,
Noah menoleh ke arah Caspar dan mengerutkan kening, "Aku Noah Jannsen. Kenapa rupanya?"
"Kau manajer marketing Atlas Corp?" tanya Caspar lagi.
"Benar." Noah menatap Caspar dan Finland bergantian. "Ada apa ini?"
"Aku adalah pemilik Atlas Corp yang baru, dan aku tidak suka dengan caramu memperlakukan Finland." Caspar menatap Noah dengan tajam. "Kau harus belajar menghormati wanita. Sebagai pemilik perusahaan, aku tidak suka melihat karyawan yang melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan apalagi sampai mengancam membatalkan kontrak untuk memaksa klien menuruti keinginanmu."
Noah dan kedua temannya tampak terkejut sekali mendengarnya. Mereka saling pandang. Sesaat kemudian Noah menggeleng-geleng dan tertawa menghina.
"Aku tidak melakukan apa-apa, kau jangan percaya omongan perempuan ini begitu saja." Ia mengangkat bahu, "Lagipula kau bukan pemilik Atlas Corp. Aku kenal bosku. Jangan bicara sembarangan..."
Caspar tidak mempedulikan Noah. Ia menunjuk Jonathan dan menyuruhnya mendekat.
"Kau siapa? Asisten manajer marketing?"
Jonathan mengangguk. "Benar."
"Besok kau akan mewakili manajer marketing untuk menandatangani kontrak perjanjian kerja sama dengan LTX, karena aku memecat Noah. Sampai Stanis menunjuk manajer marketing yang baru kau harus mengurusi semua pekerjaannya."
Jonathan terkesima. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia dan William saling bertukar pandang. Memang kelihatannya gila, karena mereka tahu bahwa pemilik Atlas Corp, bos mereka, adalah seorang pengusaha separuh baya penggila teknologi bernama Sam Atlas. Ia tak mungkin menjual perusahaannya. Tetapi pemuda di depan mereka ini tampak sangat bersungguh-sungguh.
Noah tertawa terbahak-bahak.
"Lucu sekali..."
William Chan, Direktur Engineering mengerutkan keningnya lalu menelepon ke Amerika. Suaranya terdengar agak kaget ketika mendengar jawaban dari ujung sana. Ia lalu menyerahkan ponselnya kepada Noah.
"Ini Bos Sam..." katanya lirih.
Noah menerima ponsel itu dengan kening berkerut. "Hallo Bos..."
Wajahnya seketika berubah menjadi pucat. Ia lalu menatap Caspar dengan pandangan ketakutan... dan ponsel itu terjatuh dari tangannya.
"Kau... kau..." Ia menggigit bibirnya dengan resah, "Siapa kau?"
Caspar memberi tanda dan pelayan kembali mengisi gelasnya dengan sampanye.
"Sudah kujelaskan aku adalah pemilik Atlas Corp yang baru, dan kau kupecat. Besok kau langsung pulang ke Amerika dan tidak usah kembali ke kantor. Uang pesangon dan surat pemecatan akan diurus oleh HRD."
Ia kemudian memberi tanda dengan tangannya mengusir ketiga orang itu. William dan Jonathan membungkuk hormat sebelum pergi sambil menarik Noah, hampir setengah menyeretnya, karena Noah masih terdiam di tempatnya seperti patung. Ia tidak menyangka hal ini akan terjadi...
Finland menyaksikan semua itu dengan pandangan mata penuh terima kasih kepada Caspar. Perbuatan Noah tadi sangat menyakiti hatinya, tetapi Caspar membuatnya merasa aman, dilindungi, dan dibela...
Ia pelan-pelan merasa tembok pertahanan hatinya mulai runtuh...
"Terima kasih...." bisiknya.
Caspar tersenyum jahil, "Apakah kau cukup berterima kasih untuk memberiku hadiah ciuman?"
Finland membalas senyumnya dan mengangguk.
"Iya..." Gadis itu buru-buru menambahkan, "tapi tidak di sini. Ini tempat umum dan banyak orang yang melihat."
Caspar tersenyum semakin lebar. Tadi Finland tidak keberatan menciumnya dengan cepat di depan banyak orang ketika ia menerjemahkan menu ke dalam bahasa Inggris. Kalau sekarang Finland tidak mau menciumnya di depan orang lain... itu berarti gadis ini akan memberinya ciuman yang istimewa, bukan hanya sekadar ciuman cepat seperti tadi.
Memikirkan ini perasaannya menjadi sangat senang dan tidak sabar. Ia segera menghabiskan sampanyenya.
"Kita tidak usah pesan dessert, ya? Langsung pulang saja," katanya.
Finland mengangguk. Ia juga merasa kenyang karena terlalu banyak minum sampanye hari ini. Ia berdiri mengikuti Caspar yang segera menggenggam tangannya dan mengajaknya keluar restoran.
Ia kembali merasakan puluhan pasang mata mengikuti mereka, tetapi Finland kini sudah tidak peduli.
Finland mengira Caspar akan meminta ciumannya begitu mereka masuk ke mobil. Ternyata ia hanya duduk sambil menggenggam tangan Finland dan tidak membahas ciuman yang dijanjikan Finland tadi. Gadis itu mulai bertanya-tanya apakah Caspar memang tidak akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menciumnya...
Padahal Finland dengan senang hati akan mencium Caspar kali ini... Ia masih merasa sangat senang karena melihat bagaimana tadi Caspar membelanya... Ia merasa dadanya penuh oleh perasaan bahagia dan ia merasa sangat aman karena Caspar ada di sisinya...
Sampai mereka tiba di Rose Mansion dan turun dari mobil Caspar masih tidak meminta ciumannya. Ia berjalan ke paviliun Finland sambil menggenggam tangan gadis itu. Finland mengikutinya dengan perasaan bingung.
Ia masih ingin memberikan hadiahnya karena Caspar tadi membelanya... Ia ingin mencium Caspar untuk menunjukkan rasa terima kasihnya... tapi Caspar sepertinya sudah lupa.
Atau..
Mereka tiba di paviliun Finland. Caspar kemudian melepaskan pegangannya dari tangan Finland.
"Aku mau ciumannya sekarang...." katanya dengan senyuman nakal, "Aku menunggu sampai kita mendapatkan privasi..."
Tumben, pikir Finland. Seingatnya Caspar tak pernah ragu menciumnya di depan Ben dan Jadeith. Ia tak mengerti mengapa ia harus menunggu hingga mereka hanya berdua.
Baiklah....
Finland memejamkan matanya dan memajukan wajahnya ke wajah pemuda itu, dan segera saja bibir Caspar yang basah telah menyambut bibirnya dengan penuh kehangatan.
Caspar menciumnya dengan sangat lembut, lalu pelan-pelan mulai melumat bibirnya dengan rakus, dan kemudian lidahnya masuk ke mulut Finland dan menjelajahinya dengan penuh semangat.
Tangannya yang memegang bahu Finland pelan-pelan turun ke punggungnya, membuat Finland menggeliat kegelian, tetapi tidak protes. Ia sangat menikmati ciuman Caspar dan mendesah saat Caspar mendekapnya erat sekali dan melanjutkan ciumannya dengan lebih bernafsu.
"Aku mencintaimu Finland, aku belum pernah merasakan ini dengan perempuan mana pun..." bisiknya. Ia menghentikan ciuman dan menatap Finland dalam-dalam. Mata gadis itu terbuka dan menatapnya lama sekali, Caspar menggeleng-geleng, "Aku tak tahu bagaimana lagi supaya aku dapat meyakinkanmu..."
Tanpa disangka-sangka, Finland kembali mencium Caspar, membuat pemuda itu terkesiap, Ia tak menyangka Finland akan menciumnya lagi.
Caspar lalu membalas ciuman Finland dengan penuh gairah, dan setelah berpagutan beberapa lama, ia merasakan tubuh Finland yang semakin relax dalam pelukannya. Ia kemudian membopong gadis itu masuk ke dalam paviliun dan Finland tidak protes sama sekali.
Ketika Caspar menurunkannya di tempat tidur dan kembali mencumbunya, Finland tidak menolak. Ia juga balas mencium Caspar dan menerima pelukannya dengan wajah bersemu merah. Ketika Caspar pelan-pelan menanggalkan pakaiannya dan menciumi Finland di bagian-bagian yang selama ini tertutup pakaian, ia juga tidak protes.
Ia menikmati semua curahan cinta pemuda itu kepadanya dengan wajah tersipu kemerahan, tanpa penolakan. Caspar yang melihat gadis yang dicintainya itu sudah bersedia menyerahkan diri, kemudian menjadi sangat terharu.
Ia menciumi Finland tanpa henti dan membelai tubuhnya dengan penuh rasa sayang, sebelum kemudian menanggalkan pakaiannya juga dan memasuki gadis itu dengan sangat hati-hati.
"Aku akan membahagiakanmu..." bisiknya dengan suara parau, "Selama ratusan tahun ini aku sudah berlatih, dan semua itu sekarang hanya untuk membuatmu bahagia..."
Sekarang barulah Finland mengerti apa maksud Caspar waktu itu, saat mengatakan bahwa selama ratusan tahun ini ia telah melatih suatu kemampuan, dan Finland yang akan menikmati manfaatnya....
Karena ini adalah yang pertama kali baginya, Finland tidak tahu apakah hubungan intim memang demikian indah dan nikmat, atau ini karena Caspar sudah pernah tidur dengan ribuan wanita sebelumnya dan menyempurnakan tekniknya selama ratusan tahun, sehingga ia bisa memberi Finland kenikmatan luar biasa ketika mereka bercinta.
Yeay... akhirnya Finland yakin pada cinta Caspar?
.
Bonus chapter karena pembaca sudah sangat sabar menunggu.
I love you, Readers!!