webnovel

(In)Sanity

*(R-18)!!! Yuna Akari, Sejak kecil sudah sendiri. Dia selalu sendiri dan tidak pernah ada seorang pun yang ingin bersamanya. Dia selalu di nilai aneh dan sangat Misterius dengan perban yang membalut beberapa bagian tubuhnya. Dia di jauhi, Tidak dicintai, dan tidak di pedulikan. Kedua Orang tuanya mencampakkannya. Orang-orang menjauhinya. Membuatnya selalu..Menyendiri. Yuna Akari memiliki masalah Mental yang sudah ada di dalam dirinya semenjak kecil, Yaitu merasakan rasa bosan yang amat cepat. JikaYuna tidak melaksanakan Hobinya setiap waktu yang sudah ia tentukan, Maka Yuna akan..Menjadi…GILA! Dan jika ada yang berani untuk menyakitinya, Yuna juga akan menjadi…GILA! Dari kecil ia sudah memiliki hati yang Kosong, Hampa, yang tidak dapat di isi oleh siapa pun. Lalu, Dia bertemu dengan seorang Malaikat. Seseorang yang dapat mengisi hatinya yang kosong dan hampa. Seseorang yang dapat menenangkan dirinya dari masalah Mentalnya. Tapi jalan untuk mendapatkannya tidak lah mudah. Selalu saja ada seseorang yang ikut campur dengan Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang mendekati Malaikatnya. Selalu saja ada orang yang menghalangi jalannya untuk mendapatkan Malaikatnya. Dan orang-orang itu membuat Yuna Akari iritasi. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan Malaikatnya. Yuna akan melakukan berbagai macam cara untuk menghentikan orang-orang yang mencoba untuk mendekati Malaikatnya. Itupun jika dia harus.. MENYAKITI MEREKA SEMUA! Itupun jika Yuna harus… MEMBUNUH MEREKA SEMUA! ..Mereka tidak punya pilihan lain. ..Malaikatnya Harus menjadi miliknya. ..Menjadi milik Yuna Akari.

FHNorai · Horror
Zu wenig Bewertungen
41 Chs
avataravatar

Vol. 1 - CH. 3 - Part Two

Minggu, 14.00. Rumah sakit khusus hewan peliharaan.

Seharusnya aku mengambil, Shirou, Yang di rawat di rumah sakit hewan kemarin tapi aku menunda pengambilannya karena kendala teknis.

Sekarang, Aku sudah berada di rumah sakit untuk mengambil, Shirou kembali.

Jujur saja selama aku merawat dan memelihara, Shirou, Aku tidak pernah tahu jenis Anjing seperti apa, Shirou itu.

Dia besar, Berbulu putih, dan jika di lihat dia mirip seperti Serigala. Besar tubuhnya sampai ke perutku.

Aku menunggu di ruang tunggu rumah sakit…Sendirian.

Tidak ada seorang pun di samping dan di depanku selain suster yang berjaga di meja resepsionis.

Hari ini aku mengenakan pakaian biasa berupa Tank top hitam ketat, Jaket abu-abu dengan hoodie, Celana pendek jeans di atas paha, dan Kaos kaki hitam di atas lutut. Tentu saja masih ada perban di beberapa bagian tubuhku, Di kedua lengan dan tanganku tentunya.

"Yuna Akari"

Suster yang keluar dari ruang pemeriksaan memanggil namaku.

Aku berdiri dan mengucapkan "Ya" menjawab panggilannya.

Aku kemudian menuju ruangan tersebut dan memasukinya.

Di dalamnya ada satu dokter laki-laki tua yang sudah sejak dulu membantuku merawat, Shirou. Sejak Shirou kecil, Beliau sudah membantuku merawatnya dan sampai sekarangpun beliau masih mau merawat Shirou dengan penyakit aneh yang sering Shirou alami.

Aku melihat Shirou yang berbaring di atas kasur tempat pemeriksaan.

"Shirou~"

Shirou yang mendengar suara dan panggilanku, Sekejap menengok ke arah ku.

Dengan riang dan membuka kedua lenganku lebar, Aku berjalan cepat ke arah Shirou lalu memeluknya.

Dia kelihatan senang dan tidak dapat berhenti menggoyangkan ekornya.

Bulunya sangat tebal dan hangat. Tubuhnya sangat besar. Baunya juga sangat wangi, Sepertinya dia baru saja di mandikan.

"Bagaimana keadaan mu kawan?"

"Wooofff~"

"Begitukah..Sepertinya kau sudah membaik"

"Haha, Sejak di tinggal oleh mu 2 minggu yang lalu, Shirou selalu diam dan susah untuk makan. Padahal dia sudah mengenal ku 6 tahun lamanya..Tapi…Tidak ada yang lebih menyenangkan ketimbang melihat kamu dan Shirou senang"

"Terima kasih, Dok. Kau sudah merawat Shirou selama ini"

"Tidak tidak, Aku hanya menjalankan tugas ku. Itu saja"

"Selama 6 tahun ini. Hmmm, Dok, Kau terlalu merendah~"

"Haha, Segitu lamanya kah? Tidak terasa sudah 6 tahun aku merawat, Shirou untuk mu. Kau selalu datang kepada ku setiap kali, Shirou dalam kondisi yang tidak baik dan itu sudah terjadi semenjak 6 tahun yang lalu ya...Waktu berjalan sangat cepat, Tidak terasa sudah 6 tahun terlewat dan pasien tetapku selama 6 tahun hanya, Shirou"

"Fufu, Memangnya Dokter tidak memiliki pasien tetap lainnya?"

"Tentu ada tapi tidak selama, Shirou...6 tahun berturut-turut"

"Ahaha~ Anggap saja itu rekor untuk mu, Dok"

"Rekor ya...Benar juga, Aku bahkan hampir lupa bagaimana ini semua terjadi"

"Maksud anda?"

"Sejak kapan dan karena apa kau membawa Shirou padaku? Aku selalu lupa"

"Serius, Dok...6 tahun berlalu dan kau melupakan awal aku membawa Shirou padamu"

"Mmm- Yaa...Aku ini sudah tua Yuna, Ingatan ku tidak sehebat dirimu"

"Memangnya, Dokter sudah berumur lebih dari 60 tahun apa? Sepertinya tidak, Hahaha"

"Tentu aku 60"

"Heh???"

"Tepatnya 64 tahun...Itu berarti saat aku berumur 58 tahun, Kau membawa Shirou padaku"

"Bohong...Aku tidak dapat mempercayainya!"

"Apanya?"

"Dokter sudah tua!"

"Kemana saja kau selama ini, Yuna?! 6 tahun dan kau tidak pernah memerhatikan ku apa?"

"Yaa...Aku hanya tidak dapat mempercayai kalau, Dokter sudah berumur 60 tahun lebih. Karena, Dokter tidak terlihat tuanya sama sekali"

"Apanya yang tidak terlihat?! Coba lihat ini, Keriput di wajah, Tangan yang sudah mulai lembek, dan badan yang sudah mulai membungkuk, Rambut semuanya hampir tertutupi oleh uban dan kau masih bilang kalau aku tidak terlihat tua...Yuna..Bagaimana kalau aku membawa mu ke dokter mata, Hahaha"

"Tidak, Terima kasih~ Pengelihatan ku masih normal. Seharusnya dokter yang ke dokter mata"

"Kenapa?"

"Karena Dokter sudah tua~"

"Haha, Benar juga. Hahahaha~"

Tidak terasa selama 1 jam aku dan dokter hanya Berbincang-bincang, Tertawa berasama, Mengobrolkan yang tidak-tidak dan hampir lupa dengan tujuan ku kesini.

Setelah 1 jam terlalui, Akhirnya kami berdua kembali pada topiknya.

"Jadi, Bagaimana dengan kondisi Shirou, Dok?"

"Seperti biasa, Masalahnya ada pada lambungnya. Dia tidak memiliki masalah makan dan yang lainnya. Tidak demam dan alergi. Aku sampai bingung apa yang menyebabkannya. Omong-omong apa yang kau berikan pada, Shirou?"

"Hanya makanan anjing biasa yang kau rekomendasikan"

"Yang lainnya?"

"Hmmm? Daging sisa dariku...Lalu beberapa Daging lainnya dan Tulang...Itu saja..Tidak ada yang lain"

"Kelihatan Normal untuk ku. Lalu apa yang menyebabkannya sampai seperti ini?"

"Apa dia keracunan?"

"Tidak. Tidak sama sekali"

"Syukurlah"

"Tapi aku tidak dapat menemukan masalahnya sama sekali. Apa penyebabnya sampai seperti ini, Apa yang sudah dia telan..Anehnya aku tidak mendapatkan jawabannya, Padahal kalau aku memeriksa pasien yang lainnya, Aku selalu mendapat jawaban dari masalahnya. Tapi untuk Shirou, Sudah 6 tahun ini aku tidak dapat mengetahuinya..Penyebabnya"

"Tapi dia baik-baik saja, Kan"

"Ehh?"

"Dia baik-baik saja, Bukan?"

"Maksud..Mu?"

"Makanan yang ku berikan. Tidak menyakitinya, Kan...Hanya masalah lambung saja, Kan. Itu tidak meracuninya, Kan. Itu tidak membunuhnya, Kan. Apa aku benar? Apa Shirou baik-baik saja dengan Makanan yang ku berikan?"

"Eee...Yaa...Kalau itu...Sepertinya...Iya..Baik-baik saja"

"Syukurlah~"

"Tapi...Kau kelihatannya sangat mempedulikan apa yang Shirou makan. Apa benar kau memberikan makanan yang dapat Shirou makan?"

"...Ya...Tentu..."

"Benar kah?!"

"Ya...Tentu saja..."

"Hmmm...Kau terlihat seperti tahu penyebab dari semua ini...Benar kan?"

"...Tidak."

"Hooo..."

"Aku hanya menebak saja. Lagi pula, Kebanyakan makhluk hidup terutama Hewan terkena penyakit akibat apa yang mereka makan, Benar kan. Aku hanya takut kalau selama ini makanan yang ku berikan pada Shirou ternyata tidak baik untuknya...Itu saja"

"Hooo...Itu masuk akal"

"Benar kan-"

"Tapi!"

"Heh?"

"...."

"Dokter...?"

Dokter menatap ku dengan tatapannya yang tajam dan penuh penilaian di baliknya.

Kelihatanya dia berusaha untuk membaca pikiranku secara Psikologis.

Raut wajahnya sangat serius. Tatapannya sangat tajam. Tarikan nafasnya sangat dalam. Dia terlihat sangat tenang dan memiliki konsentrasi yang amat kuat.

Aku tidak akan bisa seperti dirinya, Bahkan tatapan dan raut wajahnya yang serius..Menakutkan ku..Membuatku merinding dan jantung ku berdebar.

Walaupunaku sudah sering di Bully, Di sakiti, Di hina, dan di takut-takuti..Aku tidak pernah merasa takut pada hal seperti itu.

Aku juga sudah menyakiti dan membunuh banyak orang dan untuk waktu selama itu, Aku tidak pernah merasa takut dan bergemetar.

Ada apa ini?

Kenapa ini?

Apa penyebabnya?

Aku tidak terlalu takut sih...Hanya saja...Wajah dan perilaku Dokter yang jarang ku lihat seperti ini..Mengejutkan ku. Mungkin karena itu...Ya..Mungkin karena itu.

Untuk apa aku takut dengan tatapan dan raut wajah Dokter yang serius. Aku sudah menjalani hidup ini penuh dengan siksaan dan rintangan dan tidak ada satupun dari mereka yang menakuti sama sekali...Bahkan menghentikan ku.

Terkhusus untuk mu juga, Dok. Kita mungkin sudah saling kenal selama ini, Tapi..Jika kau berusaha untuk mengetahui ku lebih dalam...Hubungan kita akan berakhir di waktu itu juga. Kau akan melihat diriku yang sebenarnya.

Setelah berpikir dalam dan mencoba untuk menenangkan diriku, Aku menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan pelan lalu menatap balik Dokter dengan raut wajah dan tatapan yang santai dan tenang.

Memasang wajah demikian, Reaksi Dokter sedikit terkejut dan merusak sedikit konsentrasinya.

"Hmmm?"

"Apa yang berusaha kau lakukan, Dok?"

"Hmmmm..."

"Aku berani bertaruh kalau aku tidak menyembunyikan apapun darimu. Kita sudah saling mengenal selama 6 tahun dan kau sudah sering..Tidak, Bahkan selalu merawat, Shirou. Lalu kenapa sekarang kau merasa dan berpikir kalau aku menyakiti Shirou"

"...Tidak, Bukan itu maksud ku"

"Lalu apa?"

"Itu..."

"Dok...Aku menghormati mu dan sangat berterima kasih padamu. Tapi, Jika kau mulai mencurigai ku...Aku tidak akan tinggal diam"

"Eee...Itu...Ehem...Yuna, Aku tidak berpikir buruk terhadap mu"

"Lalu?"

"Aku hanya berpikir apa kau selama ini hanya menjadikan Shirou sebagai pelampiasan. Itu saja"

".....?"

"Maksud ku...Aku tahu seberapa berat hidup dan keseharian yang kau alami dan jalani, Yuna. Aku sangat tahu"

"...Itu..."

"Kau di Bully, Di sakiti, Di rendahkan, dan di jauhi. Aku tahu betul bagaimana rasanya...Lagi pula dia...Juga mengalaminya..."

"....Dokter..."

Raut wajah dokter seketika berubah menjadi suram dan terkesan sedih.

Dokter seketika mengingat kembali tentang Dia yang special untuknya.

"Aku hanya tidak ingin...Kau jatuh sepertinya dan berakhir sepertinya...Itu saja"

"Dokter..."

Sepertinya aku sudah berpikiran buruk terhadap dokter. Aku bahkan hampir menunjukkan sisi buruk atau jati diriku yang sebenarnya di hadapannya. Sepertinya kali ini aku yang salah.

"...Haaahhh...Ternyata hanya itu.."

"Kenapa?"

"Fufufu~ Kau tidak perlu cemas, Dok. Jika aku menjadikan Shirou sebagai pelampiasan, Shirou pastinya sudah lama mati"

"Itu...Terdengar cukup seram..."

"Benar kan. Lagi pula, Aku ini bukan lah perempuan yang lemah. Aku ini kuat dan bagiku keseharian seperti ini sudah biasa. Sangat biasa"

"...Yuna..."

"Di bully, Di sakiti, Di jauhi, Tidak di cintai dan sendirian. Aku sudah terbiasa dengan ini semua. Seluruh perasaanku...Sudah mati untuk ini semua...Seluruhnya"

"...Yuna..."

"Jadi, Kau boleh merasa tenang, Dok. Aku tidak akan mengecewakan mu. Aku tidak akan berakhir sepertinya. Aku ini...Lebih tangguh dari perkiraan mu"

Untuk mencerahkan dan mendinginkan pikiran dokter juga menghangatkan hatinya, Aku tersenyum lebar dan manis ke arahnya penuh dengan rasa nyaman dan yakin.

Melihat senyumanku, Mata dokter terbuka lebar dan berkaca-kaca.

Dokter kemudian melepas kacamatanya dan mengelap sedikit air mata yang berjatuh sedikit. Lalu dia memasang kembali kacamatanya.

"Benar juga ya...Ya, Itu benar. Kalau kau lemah...Aku mungkin tidak dapat melihatmu lagi..Sama sepertinya"

"Hmmm, Dokter...Itu tadi terdengar menyeramkan tahu~ Hmpf~"

"Eeee...Eeee...Maaf, Maaf...Aku tidak bermaksud"

"Ehehe, Tenang saja aku tahu itu~"

"Maaf ya..."

"Itu tidak apa, Dok. Lagi pula hanya Dokter saja yang masih memerhatikan ku selama ini. Terima kasih, Dok. Karena sudah mencemaskan ku"

Dokter tersenyum dengan lega dan hangat.

"Tidak, Itu bukan apa-apa. Lagi pula...Aku juga punya seorang anak...Dulu...Aku dulu juga punya seorang anak dan aku..Sudah menganggap mu sendiri..Sebagai anakku"

"Ya...Aku tahu itu...Aku sangat tahu itu..."

Setelah kondisi mulai kondusif kembali dan aku mengambil Shirou kembali padaku, Kita berdua memutuskan untuk mengakhiri perjumpaan pada hari ini.

Setelah berbincang-bincang dengan Dokter, Aku menuju meja resepsionis dan membayar harga perawatan Shirou selama 2 minggu lalu setelah itu aku pergi keluar dari rumah sakit.

.

.

.

.

Haaaaahhhhh...Itu hampir saja.

Tidak ku sangka, Dokter dapat membuatku marah juga.

Jika aku tidak berusaha mengontrol emosiku...Dokter mungkin sudah masuk ke dalam Target ku yang selanjutnya.

Tapi...Hari ini tidak biasa.

Tidak biasanya aku berbincang-bincang dengan normal, Membicarakan sesuatu dengan seseorang dengan tenangnya dan lain-lain.

Tidak ada kekerasan.

Tidak ada orang yang mengganggu.

Dan tidak ada rasa bosan yang keluar dari dalam diriku.

Apa mungkin Dokter itu...

Tidak.

Tidak mungkin.

Itu tidak mungkin.

Apa yang ku pikrkan lagi pula, Dasar aku ini.

Omong-omong, Orang special yang Dokter maksud barusan adalah Anak perempuannya.

Dia lebih tua dari ku beberapa tahun.

Dia memiliki nasib hidup yang hampir sama dengan ku. Pembullyan, Kekerasan, Pengucilan, dan yang lain-lainnya segala hal yang buruk. Dia mengalaminya sama sepertiku.

Dulu, Dokter dan anaknya memiliki seekor anjing kecil dan mereka berdua sangat menyayanginya. Tapi, Karena anak dari dokter yang begitu lemah dan tidak dapat mengendalikan emosinya, Dia selalu melampiaskan ke sedihan dan amarahnya kepada anjing peliharaan mereka.

Memukulnya, Menendangnya, Membantingnya, Bahkan yang paling buruk menenggelamkannya. Anjing pelihiaraan mereka harus meregang nyawa akibat luka yang di alaminya. Dokter tidak dapat menolongnya dan harus pasrah menerima kenyataan.

Lalu...Beberapa tahun yang lalu.

Anak perempuan dokter..Bunuh diri dengan cara gantung diri di dalam kamarnya.

Diketahui melalu surat sebelum kematiannya, Dia menuliskan kalau dia tidak dapat menahan segala Bullyan dan hinaan yang dia alami selama ini dan lebih memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung dirinya sendiri.

Yaa, Dia perempuan yang lemah lagi pula.

Tidak seperti aku yang dapat menahan segala rasa sakit dari penyiksaan ini.

Hmm...Mungkin karena aku yang sejak kecil sudah tidak memiliki hati atau perasaan yang membuatku dapat bertahan selama ini.

Ya, Lagi pula aku juga tidak akan bunuh diri dan aku selalu mendapatkan solusi dari penyelesaian masalah ku kalau aku merasa bosan.

Aku hanya tinggal menyakiti atau bahkan membunuh seseorang saja...Itu saja dan semuanya selesai.

Tidak perlu repot-repot...Yaa, Menangkap seseorang dan membunuhnya sudah lumayan repot sih...Tapi ya sudah lah.

Lagi pula ini aku.

Aku adalah aku.

Dan memang seperti ini aku.

Aku bukan lah seorang perempuan yang lemah dan jika kalian berusaha macam-macam denganku...

Kalian akan tahu akibatnya.