webnovel

Chp-2

Cahaya mentari menerobos masuk ke dalam sebuah kamar yang dimana di dalamnya terdapat seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpinya.

Seorang gadis yang terlihat tertidur dengan nyenyak tiba-tiba saja membuka kedua matanya yang sedari tadi tertutup rapat. Merasa terganggu dengan cahaya yang masuk ke kamarnya itu.

Gadis tersebut, Adrhea, terlihat mengerjapkan kedua matanya. Mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya.

Perlahan matanya bergulir ke samping ranjangnya. Ia menatap lekat jam weker yang menunjukkan pukul 08.00 am.

Setelah dirinya sadar sepenuhnya, ia segera berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selang beberapa menit terlihat bahwa penampilan Rhea jauh lebih segar dari sebelumnya.

Saat ini ia perlahan berjalan menuju balkon di kamarnya. Terlihat jelas pemandangan di luar. Keadaan sekitarnya tidak terlalu ramai dan cukup membuatnya nyaman.

Rhea terlihat termenung sejenak. Pikirannya berkelana pada saat dirinya pertama kali datang ke dunia ini. Terlihat jelas ekspresi kekesalan di wajah cantiknya itu.

Rhea menghela nafas sejenak. Ia menatap sekelilingnya dengan bosan.

"Haruskah aku bersenang-senang di dunia ini? Sepertinya akan menyenangkan untuk menonton secara langsung alur cerita novel yang akan segera berjalan." Gumam Rhea sembari memikirkan sesuatu.

Tidak lama sebuah senyuman manis terbit di wajah cantiknya itu. Membuat pesona dirinya menjadi lebih meningkat.

"Karena alur novelnya berjalan sekitar 1 bulan lagi, mari kita buat rencana untuk bersenang-senang bersama para tokoh fiksi itu."

Saat ini Rhea memutuskan pergi berbelanja terlebih dahulu untuk kebutuhan sehari-hari. Pertama-tama ia akan membeli ponsel, lalu setelahnya ia akan membeli pakaian dan beberapa barang yang akan ia butuhkan.

Rhea membutuhkan waktu beberapa jam untuk berbelanja keperluannya. Setelahnya ia langsung kembali ke apartemennya dan mulai membereskan belanjaannya itu.

Setelah membereskan belanjaannya ia segera berbaring di sofa berukuran besar yang ada di ruang tamu. Ia membuka ponsel barunya. Rhea fokus mengutak-atik ponselnya itu.

Tanpa terasa hari sudah kembali gelap. Rhea yang baru saja sadar akan waktu tiba-tiba merasa lapar. Ia segera bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur.

Rhea memilih untuk memasak makanan sendiri. Ia sedang malas untuk memesan makanan.

Selang beberapa menit masakan yang dibuatnya telah selesai. Ia membuat masakan nasi goreng pedas.

Rhea membawa makanannya menuju ruang tamu. Ia menyalakan televisi di depannya itu namun tidak ia tonton sama sekali. Saat ini ia sedang fokus makan dengan pikirannya yang entah melayang kemana.

Setelah menghabiskan makanannya, Rhea segera pergi mencuci piring. Lalu tidak lama kemudian ia segera pergi menuju kamarnya.

Di sana Rhea memilih untuk duduk dan menyenderkan tubuhnya di atas ranjangnya. Ia memejamkan matanya.

"Sepertinya mommy dan daddy tidak menyadari kalau aku menghilang ya. Yah mau bagaimana lagi." Ucap Rhea sembari terkekeh pelan.

"Kuharap kalian berdua cepat mati saja di sana, siapa tahu kalian juga akan mendapatkan kehidupan baru sama sepertiku. Jika begitu siapa tahu kita bisa bersama kembali dan menjalani lagi kehidupan yang membosankan bersama. Setidaknya aku juga tidak akan merasa kesepian seperti saat ini." Gumamnya dengan tatapan kosong.

Rhea sebenarnya tidak terlalu menyayangi kedua orang tuanya itu, lebih tepatnya ia sudah tidak menyayangi mereka lagi.

Perasaannya terhadap kedua orang tuanya itu benar-benar mati rasa. Ia tidak membenci ataupun menyangi mereka. Benar-benar kosong dan hampa. Namun tetap saja Rhea membutuhkan keduanya agar dirinya tidak merasa kesepian. Walau mereka berdua selalu bertengkar dan membuat banyak masalah, setidaknya Rhea tidak akan sendirian dan ia sudah cukup puas untuk itu.

Di mata orang-orang yang mengenalnya Rhea itu adalah gadis cantik yang ramah dan baik yang membuatnya di senangi oleh banyak orang-orang.

Namun mereka tidak tahu saja bahwa sikap gadis itu semuanya hanyalah kepalsuan. Rhea itu benar-benar pandai berakting.

Belum lagi identitas dari keluarganya, banyak orang yang iri dengan dirinya. Andai saja mereka tahu yang sebenarnya, mungkin mereka akan berpikir bahwa Rhea adalah gadis yang sangat malang dan menyedihkan.

Rhea itu sebenarnya hanyalah seorang gadis yang membutuhkan kasih sayang. Sedari kecil ia sama sekali belum pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya dan kerabat dekatnya sekalipun.

Mereka semua selalu bersikap penuh dengan kepalsuan. Rhea yang pada dasarnya sejak kecil sudah memiliki kepekaan tinggi mau tidak mau merasa tidak nyaman.

Namun sayangnya dia hanya bisa menyembunyikan ketidaknyamanan itu dan mencoba untuk mengendalikan diri sebaik mungkin. Sehingga saat ia beranjak remaja, kondisi mental Rhea agak sedikit berbeda dengan kebanyakan orang.

Rhea juga tidak bisa merasakan banyak emosi di dalam dirinya. Ia juga tidak bisa peka terhadap emosi atau perasaan seseorang maupun dirinya sendiri. Singkatnya Rhea seperti orang yang tidak punya hati.

Terkadang beberapa orang memandang dirinya aneh, namun karena identitasnya dan keluarganya mau tidak mau orang-orang mengabaikan keanehan itu.

Seumur hidupnya Rhea belum pernah merasakan perasaan ketulusan dari seseorang sehingga tanpa sadar ia menjadi pribadi yang cuek dan angkuh di dalam.

Karena terlalu sering memakai topeng kepalsuan, Rhea benar-benar tidak bisa memahami dirinya sendiri. Ia bahkan tidak tahu seperti apa dirinya itu, apa yang ia suka atau tidak suka, baginya semuanya itu tidak menarik sama sekali sehingga ia tidak pernah memahaminya dengan benar.

Rhea menjalani hidupnya dengan pikiran bahwa mungkin suatu saat akan ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan membuat kehidupannya terbebas dari kejenuhan.

Maka dari itu ia selalu mencoba untuk menyesuaikan diri dengan orang lain agar ia juga bisa mengawasi mereka secara langsung dengan nyaman. Itu juga memudahkannya agar ia bisa bergaul dengan normal seperti kebanyakan orang.

Sayangnya bahkan hingga akhir hayatnya itu kehidupan Rhea selama 18 tahun benar-benar tidak ada artinya. Di satu sisi Rhea juga sudah terlalu lelah dan jenuh untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kepalsuan dan penderitaan.

Makanya pada saat itu Rhea memutuskan untuk bunuh diri. Ia berpikir setidaknya ia akan segera terbebas dari dunia dan tidak perlu memikirkan apa-apa lagi sehingga ia bisa beristirahat dengan tenang.

Namun sepertinya sampai akhir pun keberuntungan tidak pernah berpihak kepadanya. Bukannya mati agar bisa beristirahat dengan tenang, ia malah harus kembali menjalani kehidupan yang memuakkan di sebuah dunia fiksi yang asing baginya.

Yah mau tidak mau Rhea memutuskan untuk mencoba menjalani hidupnya di dunia barunya ini. Setidaknya ia berharap kehidupannya di sini jauh lebih baik dan menyenangkan daripada sebelumnya.

Rhea tanpa sadar terlelap dalam tidurnya dan ia tidak menyadari bahwa ada sosok bayangan hitam yang tiba-tiba muncul di depannya.

Sosok bayangan hitam tersebut perlahan mendekatinya dan mengelus rambutnya dengan lembut.

"Semoga di dunia ini anda bisa mendapatkan kebahagiaan anda, tuan."

Dan sosok bayangan hitam tersebut perlahan menghilang di kegelapan malam yang sunyi.

TBC