webnovel

Bahasanya

Siang harinya, matahari sangat terik. Seseorang tengah berbaring di bawah rimbunan pepohonan sambil membaca.

Dang gui yang duduk tidak jauh dari tempat itu nemperhatikan orang itu. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah kepala sekte gunung Hua, Hua jia mu.

Beberapa hari yang lalu, orang tuanya menyuruhnya untuk pergi ke sekte hua.

Membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu untuk mencapai tempat ini.

Sebelumnya Dang gui pernah berpikir untuk kembali ke sektenya, karena dia merasa dunia tidak seindah kampung halamannya.

Saat perjalanan, dia mendapati dirinya di tipu oleh penipu ulung.

Penipu itu mengambil semua uang yang diberikan orang tuanya untuk ongkos perjalanan ke gunung hua jia. Karena dia kehilangan seluruh uangnya, dia harus berjalan kaki. Namun dia masih bersyukur karena mereka tidak mengambil surat yang di titipkan.

Selama perjalanan 2 minggu tidaklah mudah. Saat dia sampai ke dalam kota, dia bertemu dengan seorang gadis yang meminta pertolongannya. Dia mengikutinya karena mungkin dia dapat membantu, namun ternyata gadis itu menjebaknya.

Orang-orang dari jalanan berkumpul dan memeriksa barang-barang yang dia bawa, namun karena tidak ada mereka merasa mereka melakukan sesuatu yang sia-sia jadi mereka menghajar Dang gui bersama-sama.

" Surat apa itu? Coba lihat siapa tau itu sesuatu yang berharga " Ucap gadis itu.

Teman-temannya melihat kearah dimana aku menyimpan suratnya, namun dia langsung menutupinya dengan membungkuk. Hal itu membuat anak anak jalanan tersebut lebih murka.

Dang gui mulai merasa kesal. Dia ingin menggunakan kekuatannya untuk melawan namun berhenti karena dia ingat perkataan ibunya.

Hidup di luar tidak seperti di kampung halaman. Banyak orang yang membenci raksasa karena mereka kuat. Jadi Dang gui menghentikan niatnya dan menerima pukulan itu.

Meski dia terlihat babak belur, namun luka yang diterimanya tidak seberapa. Itu karena bangsa raksasa adalah bangsa yang kuat.

Karena lelah jadi anak jalanan mulai meninggalkannya sambil meludah.

Merasakan tidak ada lagi orang-orang yang memukulinya, Dang gui mulai beranjak dan berlari keluar kota. Orang orang sedikit keheranan melihat Dang gui yang lari dengan pakaian yang sudah lusuh.

Setelah keluar dari kota, Dang gui mulai menghindari jalan perkotaan. Dia lebih memilih memutar melalui hutan karena dia merasa melalui hutan tidak berbahaya, namun ternyata dugaannya salah.

Setiap malam dia harus bertarung melawan kawanan srigala. Tidak jarang dia juga bertemu dengan beruang. Tapi dia merasa beruntung karena dia mampu mengalahkan mereka semua.

Banyak makanan yang ada di hutan, jadi dia tidak akan kelaparan. Selama dia bisa bertahan hidup, itu sudah cukup baginya.

Setelah berhari-hari berjalan, dia mulai menyadari sesuatu.

Dia telah kehilangan peta bersama dengan uangnya. Jadi dia tidak tahu dimana dia sekarahg dan kemana dia harus pergi.

Selama berhari-hari dia hanya melewati hutan. Namun dia cukup beruntung karena bertemu dengan seseorang di hutan jadi dia bisa menanyakan ke arah mana Gunung Hua jia berada.

Akhirnya setelah berjalan 2 minggu dia sampai di gunung hua. Tujuannya ada tepat di atas gunung, jadi dia memanjat melalui daerah perhutanan. Namun dia berhenti di sekitar jurang. Bagaimana dia dapat melewatinya? apa dia harus memutar ? Saat itu sesuatu terbang ke arahnya dan itu adalah sebuah tongkat berumbai yang terukir.

Dia menunjukkan jalan kepada Dang Gui dan berakhir di sebuah kamar. Saat itu malam hari, jadi tidak banyak orang yang terlihat. Tongkat itu menunjukkan sebuah lemari dan dia seakan menyuruh dang gui untuk memakainya namun dang gui menolak. Dia mengatakan tujuannya datang ke gunung Hua, lalu tongkat itu hanya melambai-lambai seakan mengatakan, ini tempat tujuannya.

Sampai suara jejak kaki terdengar mendekat, tongkat itu menyuruhnya untuk bersembunyi, tapi di mana ? Tidak banyak tempat yang bisa dia masuki. Tidak, hanya ada satu tempat, itu ada di bawah kolong kasur. Meski sedikit sempit namun dia tetap memasukinya.

Saat itu Dang gui yang bersembunyi melihat sepasang kaki melewati pintu geser.

" Siapa itu ? Xiao tu ? "

Setelah mengkonfirmasi bahwa dia adalah pemilik kamar ini yang kebetulan adalah kepala sekte gunung Hua jia yang aku cari.

Setelah itu dia keluar, hampir ada pertikaian namun tongkat berumbai mencegahnya.

Pada kesempatan itu Dang gui menyerahkan sebuah surat yang dititipkan orang tuanya. Setelah membaca surat itu, dia menyuruh seseorang untuk membawa Dang gui ke kamar untuk tamu.

Keesokan harinya perut Dang Gui berteriak. Dia tidak ingat kapan terakhir dia makan lalu keluar dan menemukan sebuah pohon plum. Mungkin dia dapat memakannya jadi dia memanjat pohon tersebut.

Tidak lama Hua jia mu lewat dan menanyakan padanya apa yang dia lakukan.

Dang gui sedikit bergetar karena dia takut akan dimarahi. Tapi dia tidak berniat mencuri jadi dia berlutut di hadapan orang itu.

Namun setelah mendengar suara perut Dang gui, orang itu membawanya ke ruangan kerjanya dan memberikan dia banyak makanan

Dang gui merasa terharu menerima hidangan yang di tawarkannya. Dia mulai meneteskan air matanya dan menangis.

Dia mengingat eskpresi orang-orang dari desa maupun kota yang pernah dia mintai sedikit makanan.

Bahkan untuk mendapatkan makanan sisa mereka mengusirnya seakan-akan mereka mengusir hewan.

Ketika dia meminta sedikit air bagaimana wajah mereka kesal lalu menyiramkan air panas ke arah Dang gui.

Itu panas, namun untungnya itu tidak cukup untuk membuat kulit bangsa raksasa melepuh.

Dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa selama ini dia telah menerima perlakuan spesial di kampung halamannya.

Orang tuanya memanjakannya karena dia adalah anak kepala sekte. Dia tidak tahu bahwa kehidupannya di luar sektenya sangat menyedihkan. Tapi baru kali ini dia merasakan betapa kehangatan yang diberikan orang di hadapannya.

Bukan hanya itu, dia juga berterima kasih kepada tongkat berumbai yang membantunya sampai di sini.

Sejak itu dia memutuskan untuk mengikuti orang berjasa di hadapannya. Memang naif, namun dia yakin dan ingin mengikutinya.

Pertama-tama, mari kita pelajari bahasanya.