webnovel

Zona Teman

Nanon dan Ohm, persahabatan yang mereka bangun, harus runtuh ketika sebuah rasa bernama perasaan hinggap dalam hubungan persahabatan mereka. Akankah mereka tetap menjadi sahabat? Saling mengutarakan perasaan mereka? Atau berpisah?

casnovel_ · LGBT+
Not enough ratings
4 Chs

Teman

Nanon berlari tak tentu arah dengan pikiran kosong. Hatinya sangat hancur sekarang ini. Meski ia sering mengalami ini, tapi entah kenapa ia masih saja belum terbiasa dengan rasa ini.

Tanpa sadar ia menabrak seorang

pria hingga terjatuh. Dan saat itu juga Nanon menangis histeris. Pria yang di tabrak Nanon tadi bingung kenapa Nanon menangis.

Marc, pria yang bertabrakan dengan Nanon itu langsung saja berjongkok dan membantu Nanon. Ia khawatir jika Nanon kenapa-napa.

"Nanon, lo gapapa?" tanya Marc penuh kekhawatiran.

Tak ada jawaban dari Nanon. Nanon malah menangis semakin jadi. Marc makin bingung dibuatnya. Masa sih seorang Nanon bisa menangis sejadi ini hanya karena terjatuh?

"Non, lo nangis gara-gara jatoh? Ada yang sakit? Kita ke UKS sekarang ya," tanya Marc lagi yang sedari tadi belum mendapat jawaban.

Nanon hanya menggeleng. Marc makin bingung dibuatnya. Terlihat dari raut wajahnya, Marc khawatir dan bingung.

"Gue gak papa kok," kali ini Nanon menjawab sambil tersenyum getir.

Marc yang tak tega dengan keadaan Nanon, memeluk Nanon. Tak memperdulikan orang-orang yang mungkin melihat mereka. Untuk saat ini yang di pikirkan oleh Marc hanya Nanon berhenti menangis.

Awalnya Nanon kaget ketika di peluk oleh Marc. Nanon yang tak suka dipeluk, hanya bisa merelakan dirinya dipeluk oleh Marc dan menangis di dalam pelukan Marc.

Setelah beberapa lama, tangis Nanon reda. Nanon pun melepas pelukan dari Marc.

"Makasih ya, Marc," ujar Nanon sambil membersihkan wajahnya yang sudah ia yakini sekarang sangat buruk.

"Iya, sama-sama, Non. Lo udah makan?" tanya Marc perhatian. Nanon hanya menjawab dengan gelengan lemah.

"Ke kantin dulu ya. Lo harus isi tenaga lo lagi. Lo habis nangis pasti banyak energi yang terbuang," ajak Marc sedikit memaksa. Lagi-lagi Nanon hanya menjawab dengan gelengan lemah.

Marc tersenyum karena Nanon mengiyakan ajakannya. Marc pun membantu Nanon untuk berdiri dan mereka pun berjalan menuju kantin.

***

Sampainya di kantin, Marc dan Nanon duduk di salah satu meja kantin.

"Lo mau makan apa, Non?" tanya Marc yang duduk berhadapan dengan Nanon.

"Ditraktir kan?" tanya Nanon balik dengan sedikit senyum.

"Ia di traktir," jawab Marc sambil tersenyum. Ia senang karena Nanon sudah bisa tersenyum lagi.

"Kalau gitu gue mau, nasi goreng sama minumnya teh poci esnya dibanyakin, sama somay deh satu lagi," pinta Nanon.

"Lo sebenernya pura-pura nangis kan pas nabrak gue, biar bisa di traktir banyak, kan?" introgasi Marc.

"Ye sok tau lo," bela Nanon tak mau di salahkan.

"Cih," cibir Marc kemudian tersenyum kecil.

"Udah ah sono cepet, gue laper," suruh Nanon tak tahu diri.

"Siap bos," ujar Marc sambil hormat kepada Nanon. Nanon hanya tertawa melihat kelakuan Marc.

Marc pun berjalan untuk memesan makanan dan minuman untuk Nanon.

Setelah semua sudah Marc beli, Marc kembali ke Nanon dan memberikan makanan itu kepada Nanon.

"Silahkan dinikmati bos," ujar Marc menjaili Nanon.

"Terima kasih, dayang-dayangku," ujar Nanon balas menjaili Marc.

"Cih," cibirnya kesal. Tawa Nanon langsung pecah kala itu ketika melihat raut muka kesal dari Marc. Marc pun duduk di hadapan Nanon.

Setelah puas tertawa, Nanon mulai menyantap makanan yang di bawa Marc. Memakan makanan itu dengan sangat lahap.

"Enak banget ya, Non?" tanya Marc yang melihat Nanon makan seperti orang yang belum makan 3 hari lamanya.

"Lo mau? Kalau lo mau lo beli aja ya gue laper banget soalnya, ga bisa bagi-bagi," ujar Nanon lagi-lagi tak tahu diri.

"Hahaha, nggak kok lo puasin aja. Kalau mau nambah juga boleh," ujar Marc sambil tertawa kecil.

"Btw, lo gak makan?" tanya Nanon yang melihat Marc sedari tadi hanya memperhatikan Nanon makan.

"Ngeliatin lo makan lahap gitu gue udah kenyang kok," gombal Marc.

"Jangan dah Yon, bukannya kenyang lo malah diabetes ntar," balas Nanon.

"Kenapa? Karena lo manis?" tebak Marc

"Yap,"

"Hahaha...percaya diri banget,"

Nanon mengedikkan bahunya dan melanjutkan makan. Marc pun tertawa melihat kelakuan pria di hadapannya itu.

"Makasih ya Marc untuk semuanya. Gue jadi enak kan gegara lo," ujar Nanon sedikit tak enak.

"Hahaha... sans aja kali Non,"

"Sebagai balas budi lo mau apa dari gue? Jan aneh-aneh tapi," tanya Nanon tak ingin hanya menjadi beban bagi Marc.

"Jadi pacar gue gimana?" pinta Marc.

"Dih, gue bilang jangan aneh-aneh juga,"

"Hahaha... canda Non, temenin gue ke toko buku aja ntar pulang sekolah. Mau gak?" tanya Marc yang serius kali ini.

"Udah itu doang?" tanya Nanon yang tidak percaya jika Marc hanya meminta itu saja.

"Iya, mau gak?" tanya Marc lagi.

"Oke, sekalian gue juga mau beli komik," ujar Nanon setuju.

Marc pun tersenyum senang karena lagi-lagi ajakannya di terima oleh Nanon.

"Balik yuk," ajak Nanon saat melihat jam kantin yang sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir.

Marc menjawab dengan anggukan setuju. Kemudian mereka pun berjalan beriringan menuju kelas.

***

Di pertigaan lorong kelas saat hendak berpisah,

"Jangan lupa janji lo nemenin gue ke toko buku sepulang sekolah," ujar Marc mengingatkan Nanon.

"Iya bawel," ujar Nanon sedikit kesal dengan Marc.

"Ya udah gih balik ke kelas lo," suruh Marc.

Nanon pun berjalan ke arah kanan pergi ke kelasnya.

Marc belum beranjak dari tempatnya sampai Nanon benar-benar masuk ke dalam kelas.

Saat Nanon sudah melangkahkan kakinya ke dalam kelas, baru Marc berjalan ke arah kiri menuju kelasnya

***

To Be Continued