"Aku ingin tertawa, Ingin merasakan bahagia tanpa adanya kata pura-pura dan aku ingin bahagia tanpa harus mengenakan topeng baik-baik saja di depan semua orang, karena nyatanya itu semua sangat memuakkan."
.
.
.
Navy mendengus sebal mendengar ceramahan panjang dari kedua orang tua dan kelima abangnya. Rasa-rasanya ia ingin sekali kabur dari posisi duduknya sekarang.
Setelah kerusuhan yang terjadi setengah jam yang lalu di karenakan kejahilan Navy yang menjadikan Gavin, Gevan, Dami dan Demi sebagai bencong dadakan kemudian Vano yang dijadikan pocong bohongan.
Ia sekarang tengah duduk tepat di hadapan seluruh anggota keluarganya yang sedang menghakiminya secara membabi-buta. Ngeselin 'kan? Padahal dia tuh masih polos, anak baik, anak sholeh juga. Kenapa harus di kasih ceramah panjang sih, kan kalo mau dengerin ceramah tinggal datang saja ke masjid setiap hari jum'at bareng ibu-ibu pengajian, lebih bermanfaat dan lebih berfaedah. Pikir Navy.
"Kalo Appa liat kamu jail kayak tadi lagi, kredit yang Appa kasih ke kamu seminggu yang lalu akan Appa sita."
"WHAT??." pekik Navy kencang. Mata kecilnya melotot lebar mendengar penuturan bernada ancaman yang keluar dari mulut Jiwoon. Ia bahkan tanpa sadar, sudah berdiri dari duduknya.
"Loh ga bisa gitu." Tolak Navy keras. Tangannya di kibas-kibaskan ke udara pertanda tidak setuju.
Gavin, Gevan, Dami, Demi dan Vano yang sudah kembali tampan itu hanya menatap sang adik bungsu dengan tatapan kelewat malas mereka.
"Ini sudah keputusan Appa dek." Ujar Jiwoon tidak ingin di bantah.
Navy mendesah kesal, lalu memalingkan wajahnya ke kanan enggan menatap wajah rupawan sang Appa.
"Sabodo teuing ah. Abi mah ek neda heula." Kata Navy kemudian melengos pergi menuju Ruang makan. Rasa lapar membuat ia masa bodo dengan nasib kartu kreditnya itu. Namun baru beberapa langkah ia mengayunkan kakinya. Suara Jiwoon kembali mengintruksi membuat langkahnya tertahan seketika dengan tubuh yang tiba-tiba menegang. *(masa bodo ah. Gue mau makan dulu).
"Besok kamu ikut Appa dan Eomma ke rumah sakit. Kata Dokter Vizan kamu harus melakukan Check up."
Sontak saja ucapan Jiwoon mengundang perhatian kelima saudaranya. "Maksud apa Appa?." Gavin, selaku anak tertua pun bertanya.
Kini perhatiaan semua orang tertuju pada Jiwoon, bahkan Navy pun kembali ke tempat duduknya, matanya berbinar mendengar kata 'Rumah sakit'.
"Vizan ngerasa ada yang ga beres sama tubuh adek. Oleh sebab itu dia nyuruh Navy agar besok kembali check up." Jawab Jiwoon lesu.
"Appa serius?." Tanya Navy semangat.
Dia itu sulit di tebak orangnya, bayangkan saja disaat seluruh keluarganya merasa ketakutan dan kesedihan yang luar biasa. Navy malah merasakan kebahagiaan tiada tara. Aneh. Satu kata namun mampu menggambarkan Navy.
Jiwoon sempat mengernyit heran dengan tingkah polah Navy. Tapi pada akhirnya laki-laki itu mengangguk pelan.
"Adek jangan sedih ya. Bunda yakin adek baik-baik aja." Navy menoleh ke sumber suara. Dimana Mona sudah duduk tepat di sampingnya dan menyalurkan kehangatan seorang ibu padanya.
Navy menyunggingkan senyumnya. Ia kemudian mengelus punggung tangan sang Bunda. "Bunda tenang aja. Dongsaeng nya BTS dan EXO ini kuat kok kayak kayu yang dimakan rayap hehehe." Canda Navy dengan di selipi sedikit lelucon.
Mona tersenyum tipis. Tangan nya terangkat mengelus rambut legam Navy dengan lembut. "Iya Bunda percaya sama Adek. Kalo gitu ayok kita makan, pasti kalian udah pada lapar 'kan?" Ajak Mona pada seluruh anggota keluarganya, lalu pergi ke Arah ruang makan dengan tangan yang menggandeng tangan Navy.
Di belakangnya Jiwoon, Gavin, Gevan, Dami dan Demi mengikuti. Dan tinggalah Vano duduk termangu diantara keheningan yang meraja di ruang tamu. Anak itu terlihat melamun, tangannya bahkan meremat satu sama lain. Disaat ucapan Jiwoon tadi terngiang di dalam otaknya.
Dokter Vizan menyuruh Navy Check up lagi? Bukankah Navy sudah Check up seminggu yang lalu, dan itu artinya jadwal Navy check up untuk yang kesekian kalinya itu satu minggu yang akan datang. Lantas untuk apa Dokter Vizan kembali menyuruh Navy Check up? Apakah terjadi sesuatu pada adiknya. Begitulah pikiran Vano sekarang. Ia sibuk menerka-nerka kondisi sang adik. Hingga tanpa sadar matanya sudah berkaca-kaca siap meluncurkan air mata.
"Bang." Tepukan cukup kencang dari seseorang menyentak Vano dari lamunannya. Ia menoleh ke belakang sofa dimana presensi Navy berada. Jika berada dalam kondisi baik-baik saja, mungkin Vano sudah memaki Navy karena telah mengagetkan nya. Tapi saat ini berbeda, ia tengah merasakan ketakutan yang luar biasa hingga saat melihat Navy ia langsung memeluk adik satu-satunya begitu erat. Persetan dengan sandaran sofa yang menjadi penghalang pelukan mereka, yang jelas hatinya tengah gundah gulana sekarang. Dan hanya Navy seorang yang mampu mengobati kegundahan itu. Meskipun ia dan Navy sering bertengkar, namun percayalah itu adalah cara mereka berdua menyalurkan kasih sayang masing-masing. Kalo kata Navy mah ia dan kakaknya itu diibaratkan kayak pasangan TAEKOOK. Oke, halu Navy sudah melambung tinggi.
"Kenapa lo?." Tanya Navy menepuk-nepuk punggung Vano. Anak itu Sempat terkejut dan merasakan nyeri di dada kirinya karena gerakan Vano yang membuat ia terkejut. Namun itu tidak berlangsung lama. Karena rasa nyeri itu perlahan menghilang dengan sendirinya.
Vano melepas pelukan, ia menangkup pipi Navy kemudian menatap mata adiknya begitu dalam. Menghadirkan perasaan risih dari Navy.
"Bang Astaga.. lo apa-apaan sih. Lo demen sama gue? Inget bang. Semisalnya gue belok pun gue ga mau sama lo. Lo itu dekil, kucel, burik jelek. Dan yang pasti lo bukan tipe gue. Kalo mau cinta lo di balas sama gue. Oplas dulu lo, ubah tuh muka buluk lo jadi jungkook hyung atau kalo ga Jungkook Hyung kayak V Hyung, di jamin nanti gue bakal demen sama lo. tapi di liat dari muka-muka lo itu kalo di Oplas ga bakal bawa pengaruh apapun sih tetep jelek plus dekil." Cerocos Navy kelewat percaya diri dan menyebalkan di waktu yang bersamaan.
Cihh..
Vano berdecih, adiknya kalo udah bawa-bawa kpop pasti akan berakhir dengan ketidakwarasan yang sudah mendarah daging.
"ga usah halu lo tai, inget muka lo sama muka gue, masih gantengan gue. tau Mark Lee? nahh.. muka gue sebelas dua belas sama dia." Oleh sebab itu setelah membalas ucapan Navy, Vano langsung pergi menuju ruang makan. Membiarkan Navy mengikutinya dari belakang.
Di sepanjang langkahnya menuju ruang makan. Netra hitam Navy tidak pernah lepas memandang punggung kokoh Vano. Lalu senyum miris pun tercetak di bibir tipis anak itu.
"Gue tau perasaan lo Bang." Batin Navy berucap lirih.
****