162 Tio Klarus

Seeokor naga tanpa pikir panjang langsung mengeluarkan serangan apinya menuju kearah kelompok yang bersama Zen tersebut. Zen dengan sigap menggiring semua orang yang mengiktuinya untuk berada dibelakangnya.

Zen lalu menciptakan sebuah tembok untuk menghalangi serangan naga tersebut. Mengetahui serangan yang dilancarkan tidak berhasil, naga tersebut dengan cepat mulai terbang dan mencoba memutar untuk menerjang menuju bagian belakang dari tembok yang menghalau serangannya itu.

Dari mata naga tersebut, bisa dilihat beberapa orang sedang mengikuti gerakannya yang saat ini sudah berada dibelakang kelompok itu saat ini. Namun saat hendak menyemburkan sekali lagi serangannya, sebuah serangan dari sebuah senjata berbentuk palu, mengenai kepala naga tersebut.

"Hahahahaha... Yui akan senang jika aku yang berhasil menjinakannya" kata Shea yang merasa serangannya itu berhasil membuat naga itu tunduk kepadanya saat ini.

Namun serangan Shea itu, tidak berhasil menembus kulit naga yang keras itu, karena dia tidak menggunakan rune gravitasinya, karena dia tidak mau membuat naga itu cacat dan rencana untuk menjinakan naga itu akan gagal saat ini.

"GRAHHHHHHHHHHHHH" Auman naga itu yang mulai marah.

Naga itu langsung bangkit setelah terkena serangan Shea tadi, dan saat ini berfokus untuk menyerangnya saat ini. Sebuah serangan langsung melesat kearah Shea, namun sebuah sihir es menghalau serangan tersebut saat ini.

"Biarkan aku saja yang menjinakan naga ini untuk Yui" kata Yue yang akhirnya ikut dalam pertarungan itu.

"Apa! Bukankah kita sudah memutuskan bahwa aku yang akan menjinakannya Yue-san?" kata Shea.

"Kapan kita membicarakan hal tersebut?" kata Yue.

"Cih... bilang saja kamu tidak mau kalah untuk membuat Yui senang, Yue-san" kata Shea.

"Tentu saja." Balas Yue yang lagsung melesat untuk menyerang Naga tersebut.

"Sial... jangan mengambil mangsaku Yue-san" teriak Shea yang melihat Yue yang sudah menyerang naga yang dilawannya sebelumnya.

Shea dengan menggenggam erat palunya juga langsung melesat kearah pertarungan Yue dan Naga itu dan tidak mau kalah untuk menaklukan naga tersebut.

Dari kejauhan, Zen beserta beberapa orang menatap kedua wanita itu sekarang bertempur melawan seekor naga saat ini. Mereka sampai sekarang masih bingung dengan apa yang dibicarakan mereka berdua sedari tadi.

"Zen, sebenarnya apa yang mereka mahsut dengan menjinakan naga saat bertempur dengan naga tersebut? Apakah mereka akan benar – benar akan menjinakan naga besar itu?" kata Aiko.

"Ya, mereka akan menjinakan naga tersebut saat ini" kata Zen.

"Mengapa mereka melakukan itu, bukankah mereka lebih baik membunuhnya langsung?" tanya seseorang yang diselamatkan oleh Zen tadi dan saat ini sedang dibopong oleh seorang murid pria.

"Ah... itu untuk putriku" kata Zen sambil mengeluarkan sebuah dager dan melemparkannya kearah Naga tersebut.

Setelah melemparkan dager tersebut, Zen langsung melesat dengan cepat menuju kearah pertempuran Yue dan Shea saat ini dan meninggalkan kelompok yang bersamanya. Bisa terlihat mulut mereka menganga setelah mendengar perkataan Zen tersebut karena tertegun dengan perkataannya.

"PUTRIMU?!!" teriak mereka bersamaan setelah Zen sudah ikut bertarung dengan Shea dan Yue.

"Aichan-sensei, apakah Zen sudah mempunyai seorang anak?" tanya Yuuki.

"Setahuku, dia belum mempunyainya" kata Aiko yang masih mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar kabar tersebut.

"Aichan-sensei, bukankah kedua wanita itu mengaku istri dari Zen?" tanya seorang murid yang saat ini sedang membopong seseorang.

"Ya, mereka mengaku istri dari Zen" kata Aiko yang membenarkan perkataan muridnya itu.

Memang Yue dan Shea terang – terangan mengakui Zen sebagai istrinya saat ini. Bahkan pengakuan mereka membuat para murid pria yang mengikuti Aiko sangat iri kepada Zen, dan sempat mempunyai pemikiran untuk membunuhnya saat mendengar hal tersebut.

"Berarti itu merupakan putri dari salah satu dari me-" kata seorang wanita tepotong setelah Aiko menyelanya.

"Apakah kalian tahu, butuh waktu 9 bulan untuk mengandung dan melahirkan seorang bayi manusia. Dan Zen kembali hanya beberapa bulan saja setelah dikatakan meninggal." kata Aiko.

"Namun kita berada di sebuah dunia yang berbeda dengan dunia kita Aichan-sensei. Mungkin saja kehamilan wanita didunia ini berbeda." Kata Yuuki.

"Benar Aichan-sensei, lagipula bukankah salah satu wanitanya merupakan manusia kelinci? Temanku memelihara kelinci dan kelinci yang dipeliharanya hanya hamil selama 25-35 hari saja" kata salah satu murid wanita.

Aiko yang mendengar perkataan tersebut, langsung melebarkan matanya saat ini, karena dia tahu bahwa memang kehamilan kelinci sangat cepat, dan juga saat ini wanita Zen salah satunya manusia kelinci.

"Apakah benar Zen sudah mempunyai anak?" kata Aiko, lalu menatap seorang yang saat ini sedang dibopong.

Pria yang dibopong itu saat ini menatap semua orang yang menatapnya saat ini. Sebenarnya dia tahu apa yang mereka ingin dia katakan. Dan dia dengan cepat menjelaskan bahwa kehamilan para demihuman sama dengan manusia pada umumnya.

"Mungkin saja dia mengangkat anak saat menaungi perjalanannya" kata pria yang dibopong itu mengakhiri penjelasannya saat ini.

"Hm... kamu benar, mungkin saja itu anak angkatnya" kata Aiko yang tiba – tiba saja merasa lega dengan perkataan pria itu.

Disisi lain, Zen saat ini sudah mendekati naga tersebut, yang mulai terjatuh akibat dager gravitasinya yang menancap tepat pada dada dari naga tersebut. Naga itu berusaha melawan agar tidak terjatuh saat ini, namun sebuah pukulan tepat mengenai kepalanya dan membuatnya langsung terperosok kebawah.

"Apa! Mengapa kamu juga ikut campur Zen-san?" kata Shea.

"Apakah kalian lupa aku merupakan Ayahnya. Jadi aku juga ingin memberikan hadiah kepada putriku yang cantik itu" kata Zen sambil tersenyum dan langsung melesat kearah Naga yang sudah terperosok itu.

"Cih... dasar tidak mau kalah" kata Yue yang mengikuti tindakan Zen itu.

"ArgH..... Bisakah kalian membiarkan saja aku yang mengatasi naga itu" kata Shea sambil mengacak rambutnya frustasi lalu ikut turun kebawah tempat naga tersebut.

Ketiga orang itu sudah sampai disebelah naga tersebut, yang saat ini masih berusaha melawan, namun dia tertahan dengan sihir gravitasi dari Zen saat ini.

"Apakah kamu masih belum sadar?" teriak Zen kepada naga tersebut, namun tidak ada jawaban dari naga tersebut.

"Hm... kalau seperti ini, mungkin kita harus menghabiskan mananya" kata Zen.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Zen?" kata Shea.

Lalu Zen mengeluarkan sesuatu dari dalam penyimpanannya saat ini. Benda itu merupakan cambuk. Zen lalu mencoba meregangkan cambuk tersebut dan tersenyum menyeramkan saat ini.

"Mari kita menyiksan naga masokis ini"

avataravatar
Next chapter