webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Rencana

Akhirnya mereka semua mulai menikmati sarapan bersama dengan suasana yang hangat. Yui sendiri menjadi perhatian dimeja makan ini dikarenakan perilakunya yang imut saat sedang makan.

"Pelan – pelan makannya Yui-chan" kata Asuna yang berada disampingnya.

Yui yang mendengar peringatan Asuna hanya mengngguk sambil menunjukan senyumnya dan mulai memakan makanannya lagi.

Zen yang melihat suasana pada meja makan ini, merasakan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan didalam perasaannya. Zen saat ini merasa sangat senang dengan kehidupannya saat ini. Zen saat ini bisa merasakan dicintai oleh beberapa orang, tidak seperti kehidupannya yang sebelumnya.

"Papa?" tanya Yui yang melihat Zen yang sedang melamun.

Mendengar seseorang memanggilnya, Zen langsung tersadar dari lamunanya. Zen langsung tersenyum kepada Yui dan mulai mengusap kepalanya. Para wanita yang melihat ekspresi Zen sebelumnya sangat penasaran apa yang dipikirkan Zen.

Karena mereka belum pernah melihat ekspresi Zen yang seperti itu. Sedangkan Yui sangat senang dengan perlakuan Zen dan terus menyantap makanannya dengan lahap.

"Tunggu" kata Zen didalam benaknya.

"Irene, bisakah kau membuat Yui mengingat kembali ingatannya yang adalah seorang administator didalam game ini?" tanya Zen kepada Irene didalam benaknya.

[Tentu, tapi apa yang akan kamu lakukan Kak?] tanya Irene.

"Apa kau ingat saat Yui dianimenya akan dihilangkan oleh sistem karena menghapus sebuah monster menggunakan autoritasnya dan diubah oleh Kirito sebagai objek?" kata Zen.

[Tentu aku mengetahui alur tersebut.] jawab Irene.

"Namun bagaimana jika kamu yang akan mengubah Yui menjadi suatu objek dengan kekuatan Asministatornya yang masih ada didalam dirinya dan akan aku hidupkan kembali saat menyelamatkan Asuna didalam game selanjutnya" balas Zen.

[Mahsut Kakak, setelah game kematian ini akan berakhir, Kakak akan meminta Irene untuk mengembalikan ingatan Yui beserta kekuatan administaornya, lalu Irene akan mengubah Yui menjadi objek agar Yui bisa dihidupkan saat Kakak menyelamatkan Asuna dan sistem Administatornya tetap ada, begitu?] tanya Irene.

"Kurang lebih seperti itu. Bukannya saat menyelamatkan Asuna aku hanya membutuhkan sebuah sistem administator yang setara dengan orang yang menjebak Asuna?" tanya Zen

[Betul, tetapi sepertinya pangkat administator Yui masih dibawah orang itu dan akan dideteksi oleh sistem mereka.] jawab Irene.

"Benarkah? Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Zen.

[Pastikan Kakak membunuh Kayaba Akihiko dan seterusnya serahkan kepada Irene] jawab Irene.

"Baiklah" jawab Zen

Lalu dia mulai melanjutkan sarapannya bersama anggota kelompoknya beserta Yui.

.

.

Sudah berhari – hari rumah ini dipenuhi dengan suasana yang sangat menyenangkan. Suasana ini tercipta karena seorang anak perempuan yang imut memasuki rumah ini. Yui saat ini sangat bahagia, karena hari – harinya dihabiskan bersama papa dan mama mamanya.

"Yui, bisakah kau memanggil Papamu yang sedang memancing disana? Bilang padanya waktunya makan siang" kata Asuna.

Yui yang mendengar perintah mamanya hanya tersenyum sambil mengangguk dan mulai berlari kearah Papanya yang sedang memancing.

Pemandangan Yui yang imut ini, tak luput dari perhatian sekitar, bahkan beberapa player paru baya yang ada disini akan menyapanya saat mereka melihatnya.

"Papa, Mama Asuna memanggilmu untuk makan siang" kata Yui yang saat ini berada disebelah Papanya yang sedang memancing.

Melihat bidadari disampingnya yang tersenyum imut, Zen hanya tersenyum sambil mulai menepuk kepala anaknya itu.

"Tunggu sebentar Papa akan menyimpan semua peralatan pancing Papa terlebih dahulu" kata Zen dan dibalas anggukan oleh Yui.

Zen lalu mulai mengangkat pancingnya dan mulai menyimpannya kedalam penyimpanannya hingga seorang paru baya menegur dirinya.

"Halo Zen-kun, Yui-Chan" kata pria paru baya tersebut.

"Halo Nishida-san / Paman" balas keduanya.

"Apakah kau tidak memancing lagi Zen-kun?" tanya pria itu.

"Ah... aku hanya beristirahat makan siang sebentar bersama istriku" jawab Zen.

"Begitu ya, tapi bisakah aku meminta waktumu sebentar Zen-kun?" tanya Pria tersebut.

"Tentu Nishida-san" kata Zen. Zen saat ini sudah memasukan semua peralatan pancingnya dan mulai menggendong Yui.

"Begini Zen-kun, dua hari yang akan datang, aku akan mencoba memancing monster yang berada didanau ini. Namun karena kekuatanku yang tidak mempuni, aku tidak bisa menarik monster tersebut. Lalu bisakah aku meminta pertolonganmu untuk membantuku memancing monster tersebut Zen-kun?" tanya Pria paru baya itu.

Mendengar itu Zen langsung tersentak, karena menurut alur cerita Sword Art Online, setelah Kirito membantu pria paru baya didepannya itu memancing monster, kelompok pengambil alih akan memulai memanggil mereka untuk mengalahkan boss lantai 75. Boss lantai yang mengakhiri game kematian ini.

"Jadi sudah saatnya ya" kata Zen didalam benaknya.

Pria paru baya itu yang melihat perubahan raut wajah Zen, menganggap bahwa Zen tidak setuju dengan rencananya.

"Maafkan aku Zen-kun, kalau aku memaksamu" kata pria tersebut merasa bersalah.

"Ah.. Maafkan aku Nishida-san, bukan mahsutku untuk menolakmu, aku akan dengan senang hati menerima tawaranmu. Aku hanya memikirkan beberapa hal setelah anda mengatakan monster tadi, aku berpikir sudah meninggalkan garis depan cukup lama itu saja." Kata Zen menghapus kesalah pahaman diantara mereka.

"Benarkah Zen-kun, kalau begitu aku sangat berterima kasih atas bantuanmu" kata Pria tersebut.

"Baiklah kalau begitu Nishida-san, sampai bertemu dua hari lagi" kata Zen.

"Baiklah, terima kasih Zen-kun, bye bye Yui-chan" kata Pria itu dan dibalas lambaian tangan dari Yui dan Zen.

Zen mulai berjalan menuju tempat Asuna, Lisbeth dan Silica yang saat ini sedang berteduh dibawah pohon sambil mengatur peralatan makan siang mereka ditempat itu.

Zen dan Yui yang saat ini sedang digendong Zen akhirnya tiba ditempat para wanita itu yang masih menyiapkan peralatan makan mereka.

"Yui kembali" kata Yui dengan ceria.

"Terima kasih Yui-chan" balas ketiga wanita itu.

Mereka sangat senang melihat perilaku Yui ini, namun setelah mereka memperhatikan ekspresi Zen, tanda tanya muncul didalam benak mereka.

"Ada sesuatu yang menganggumu Zen?" tanya Asuna.

"Ah.. hanya kepikiran akan sesuatu" tanya Zen sambil tersenyum kearah ketiga wanita itu yang terlihat khawatir.

Namun tiba – tiba Yui melihat keatas seakan sedang memperhatikan sesuatu. Setelah beberapa lama akhirnya dia mulai mengangkat tangannya keatas sambil bergumamam.

"Hati mereka semua" gumamnya pelan. Sebenarnya Yui sering melakukan ini namun saat ini tiba – tiba terdengar suara bising yang sangat mengganggu disekitar area itu.

"Y-Yui, apa yang terjadi?" tanya Zen.

Namun Yui langsung jatuh tak sadarkan diri dan langsung dipegang oleh Zen untuk menghindarinya terjatuh dari gendongan Zen.