webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Mata Merah Membara

Zen terus memperhatikan perkembangan para wanita yang bersamanya itu. Bahkan mereka sekarang sudah semakin dalam dari labirin tersebut, setelah beberapa dari mereka menggunakan skill mereka yang sangat merusak dan membasmi semua monster yang berada disana.

"Sebaikanya kita kembali sekarang, bukankah sebagian dari kalian akan kembali kedunia kalian?" kata Zen.

Mendengar itu, beberapa wanita yang mengikuti Zen ditempat ini, merasa sangat berat untuk meninggalkan tempat tersebut, karena harapan mereka untuk menjadi kuat harus terhalang berbagai hal saat ini.

"Tenanglah, aku mempunyai rencana bagaimana cara kalian menjadi kuat secara cepat." Kata Zen setelah melihat ekspresi mereka tersebut.

Akhirnya mereka mulai beranjak dari tempat tersebut dan menuju kepermukan dari labirin ditempat ini.

Ditempat lain, kelopok Tio akhirnya mulai kembali kepenginapan mereka saat ini, dikarenakan hari yang sudah mulai malam. Namun saat mereka memasuki penginapan mewah yang disewa mereka tersebut, mereka kembali bertemu dengan kelompok yang ditemui mereka tadi siang.

"Sepertinya mereka yang dikatakan Zen sebelumnya, yang merupakan orang dari Jepang yang berbeda dari dunia kita, dan dipanggil ketempat ini" kata Rinko kepada yang lainnya.

Ditempat lain dimana para pahlwan berkumpul, saat ini mereka mulai salah tingkah karena mereka ditatap oleh sekelompok wanita cantik saat ini. Namun disisi lain seorang pria sedang gelisah saat ini dan sedang bertemu dengan seorang wanita.

"Kamu harus cepat membantuku membereskannya" kata pria tersebut.

"Tenanglah, dia tidak akan melakukan sesuatu kepadamu" kata wanita yang diajaknya berbicara yang saat ini menggunakan kaca mata yang menghiasi wajahnya yang licik.

"Apakah kamu tidak lihat? Dia membunuh seseorang dengan mudah tanpa ada penyesalan apapun" kata pria itu sekali lagi.

"Bukankah kamu seperti itu dahulu. Kamu membunuh pria tersebut namun kamu hanya takut dia hidup lagi, tetapi tidak mempunyai penyesalan karena membunuhnya" kata wanita itu sekali lagi.

"HAAAAAH..... Bisakah kamu membantuku. Bukankah kita merupakan seorang rekan?" kata pria tersebut dan mulai kehilangan kesabarannya, meladeni wanita yang diajaknya berbicara saat ini.

"Cih... baiklah aku akan membereskannya untukmu. Lagipula dia sudah sangat berani melukai orang yang sangat kucintai saat ini, dan dirinya merupakan aset yang bagus untukku kedepannya, terutama para wanitanya." kata wanita tersebut sambil tersenyum licik dan mulai meninggalkan pria yang masih ketakutan tersebut.

Disisi lain, para pahlawan saat ini sedang makan direstoran yang berada di penginapan mewah yang mereka sewa tersebut. Namun para pria yang berada dikelompok pahlawan tersebut, bukannya fokus untuk menikmati makanan mereka, mereka malah sedang menikmati kecantikan sebuah kelompok yang sedang bersantap juga direstoran tersebut.

"Apakah kalian tidak malu menatap mereka seperti itu?" kata salah satu wanita.

"Ya dan juga lihatlah, mereka membawa dua orang anak. Apakah kalian akan mengganggu istri orang lain?" jawab teman dari wanita yang berkata sebelumnya.

Endou yang mendengar hal tersebut mulai mengalihkan tatapannya dari sekelompok wanita yang sedang dia tatap tersebut, karena masih trauma dengan perlakuan Zen kapadanya saat didalam labirin yang mencoba menggoda wanitanya.

Shizuku dan Kaori sendiri saat ini tidak menghiraukan apa yang sedang dibicarakan oleh teman – temannya tersebut, karena mereka saat ini sedang memikirkan sesuatu didalam benaknya. Terlebih lagi Kouki yang saat ini pikirannya mulai liar kemana - mana. Namun kelompok tersebut kembali tertegun setelah melihat dua orang anak – anak berteriak memanggil Papanya.

Mereka sangat penasaran, siapa pria yang beruntung menikahi para wanita cantik dan mempunyai beberapa putri yang imut tersebut.

"PAPA!" teriak kedua anak tersebut sambil berlari dan memeluk Papanya.

Namun saat kelompok pahlawan melihat siapa yang dipeluk oleh kedua bidadari kecil yang imut tersebut, mereka saat ini hanya melebarkan mata mereka dengan mulut yang sepenuhnya terbuka.

Namun pada sebuah meja dimana Shizuku dan Kaori berada, terdengar suara terjatuhnya peralatan makan yang mereka gunakan, karena mereka sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat saat ini.

"Apakah putri Papa merasa senang? Apakah sudah puas berjalan – jalan mengelilingi kota?" kata Zen sambil menggendong kedua putrinya tersebut.

Mendengar Zen memanggil kedua anak kecil itu putrinya, itu semakin membuat para kelompok pahlawan yang menyaksikan kejadian tersebut, seakan jiwa mereka keluar dari tubuh mereka karena tidak bisa mencerna semua hal yang mereka lihat dan dengar tersebut.

Akhirnya Zen mulai beranjak dan menuju kearah dimana wanitanya yang lain berada, diikuti oleh kelompok yang bersamanya saat memasuki labirin sebelumnya. Mereka akhirnya mulai memesan makanan dan bisa terlihat dari sana, bahwa suasana ditempat mereka sangat amat hangat.

"Apakah dia merupakan reinkarnasi dari harem king?" kata salah satu siswa yang berada disana.

Shizuku dan Kaori ingin segera menyusul Zen kearah meja dimana ditempati oleh Zen, dan ingin segera mencari tahu tentang apa yang membuat perasaan mereka terganggu saat ini, dan bertanya semua hal yang saat ini mengganggu mereka.

Namun saat hendak beranjak, mereka mendapatkan sebuah suara yang muncul dalam benak mereka. Lalu mereka mulai menatap seorang pria setelah mendapatkan suara tersebut, dan pria itu memberikan gesture bahwa dia yang mengirimkan suara itu kepada mereka.

Akhirnya Shizuku dan Kaori membatalkan niat mereka tersebut dan megikuti intruksi dari suara yang mereka dengar sebelumnya.

"Ada apa denganmu Asuna?" tanya Lisbeth setelah melihat sahabatnya itu seakan tidak bersemangat saat ini.

"Ah... aku tidak apa - apa, aku hanya kurang berselera makan saja" kata Asuna. Namun saudara perempuannya yang lain mengira, karena Asuna sangat berat hati meninggalkan dunia ini dan kembali keduniannya, dan menyebabkan dia seperti ini.

"Apakah benar kamu tidak apa – apa Asuna? Tadi siang makanmu juga sangat sedikit" kata Zen.

"Aku tidak apa – apa. Mungkin karena pengalaman pertamaku berada didunia lain, tubuhku membutuhkan penyesuaian saat ini" kata Asuna. Walaupun sepertinya hanya dia saja yang tergaganggu jika apa yang dia katakan itu benar.

"Benarkah? Bagaimana jika aku periksa Asuna?" tanya Aki, yang saat ini sedang mencurigai sesuatu.

"Terima kasih Aki-san, tetapi aku hanya butuh istrirahat saja saat ini" kata Asuna

.

.

Hari sudah semakin larut. Zen yang menikmati makan malam bersama semua keluarganya sudah kembali kekamar mereka masing – masing. Zen sangat khawatir dengan Asuna dan hendak menyuruh Aki untuk menemaninya malam ini, namun Asuna bersikeras hanya ingin sendiri dan beristirahat saat ini.

Zen sebenarnya akan pergi menemui Shizuku dan Kaori, namun merasa berat meninggalkan Asuna sendirian saat ini, namun Asuna mengatakan bahwa dia baik – baik saja, dan akhirnya Zen keluar dari kamarnya dan menuju ketempat Shizuku dan Kaori berada.

Zen berjalan melalui lorong yang gelap, namun diujung lorong tersebut, seorang wanita yang tidak sengaja mendengar percakapan Shizuku dan Kaori tentang Zen akan mendatangi mereka dan sedang menantinya saat ini.

Wanita itu berjalan mendekati Zen dengan menyembunyikan sebuah senjata yaitu sebuah dager pada lengannya. Selang beberapa lama kemudian, akhirnya mereka bertemu ditengah, dengan sigap wanita itu menusukan senjatanya kearah leher Zen.

"Ting~" namun senjatanya itu tidak bisa menembus tubuh Zen yang keras tersebut.

Wanita itu lalu menatap wajah Zen, namun saat ini dia mendapati mata Zen berubah merah dan memunculkan tiga titik dan berubah menjadi bentuk menyerupai bintang dan menatapnya intens dengan senyum sadis dari matanya tersebut.