webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Kencan

Setelah pertemuan pertama Zen dan Asuna dan membentuk sebuah party, party mereka mulai menaklukan beberapa dungeon dan menyelesaikan beberapa quest dengan hadiah yang menurut Zen bagus.

Sudah tiga minggu mereka bersama, dan sudah sebulan game kematian ini dimulai. Hubungan merekapun semakin dekat, karena mereka selalu bersama. Walaupun Asuna belum menunjukan wajahnya yang masih ditutupinya dengan jubah cokelatnya.

Asuna mulai terbiasa manjalani kehidupannya didunia game ini, semua ini berkat Zen yang selalu mangajarinya dan membantunya menikmati permainan ini. Saat ini Asuna sudah mulai mengerti tentang game ini dan bisa dibilang skill bertarungnya sangat bagus.

Saat ini Zen dan Asuna sedang menaklukan sebuah dungeon berlevel menengah pada lantai ini.

"Switch Asuna" kata Zen yang berhasil menahan serangan sebuah monster ruin kobold.

Asuna yang mendengar ini lalu maju dan menusuk bagian dada Kobold tersebut hingga dia mulai mundur dan kehilangan keseimbangannya.

Melihat ini Zen tidak menyia - nyiakan kesempatan itu dan langsung berlari kedepan dan menebas Kobold tersebut hingga monster itu menghilang menandakan mereka berhasil mengalahkannya.

"Apakah kau baik - baik saja Asuna?" kata Zen saat melihat sebuah jendela pemberitahuan telah menaklukan dungeon tersebut.

"Ya, aku baik - baik saja Zen" balasnya.

"Baiklah, mari kita keluar dari tempat ini" kata Zen

Lalu mereka berdua mulai berjalan berdampingan sambil mencari jalan keluar dari dungeon tersebut.

"Kita akan kemana selanjutnya Zen?" tanya Asuna setelah mereka berhasil keluar dari dungeon tersebut.

Lalu Zen mulai membuka mapnya dan mencoba mencari tempat mana yang sebaiknya mereka tuju. Setelah beberapa lama dia melihat map, tiba - tiba sebuah suara lonceng terdengar.

"Mungkin kita akan kembali ke kota awal." Kata Zen.

"Kota awal, mengapa? Bukannya sebaiknya kita pergi ke dungeon lagi, lagipula persediaan kita masih banyak" kata Asuna.

"Apakah kau mendengar lonceng tadi Asuna?" kata Zen.

"Iya, aku mendengarnya" jawab Asuna.

"Itu adalah tanda akan dimulainya sebuah pertemuan" jawab Zen.

"Pertemuan? untuk apa?" tanya Asuna kembali.

"Mungkin, tentang pembentukan kelompok untuk melawan boss lantai ini" balas Zen

"Bukannya kita sudah ikut mencarinya namun tidak menemukan lokasinya dimanapun?" Kata Asuna.

"Makanya, kita akan ke kota untuk mengikuti pertemuan itu dan mendapatkan beberapa informasi. Lagipula, jika memang pertemuan itu tidak membahas boss lantai, kita bisa singgah dikota itu untuk meningkatkan senjata kita" kata Zen

"Baiklah, kalau begitu" kata Asuna.

Akhirnya mereka mulai beranjak dari tempat itu. Namun saat akan beranjak terdengar suara perut seseorang menandakan dia kelaparan.

Suara tersebut berasal dari Asuna. Asuna langsung menundukan kepalanya untuk menyembunyikan perasaan malunya. Perilaku Asuna ini membuat Zen tersenyum dan menyuruh mereka untuk beristirahat sejenak dibawah sebuah pohon.

"Baiklah kita makan dulu" kata Zen sambil mengeluarkan sebuah roti dari ruang penyimpananya. Asuna juga tidak mau ketinggalan, karena dia sudah merasa lapar, dia bergegas untuk mengeluarkan rotinya juga.

Setelah Asuna mengigit rotinya, Zen lalu mengingat sesuatu. Lalu Zen mengeluarkan sebuah botol dan menaruhnya diantara mereka berdua.

"Cobalah mengolesinya pada rotimu" kata Zen sambil mempraktekannya kepada Asuna.

Lalu Asuna mencoba meniru perbuatan Zen dan mulai mengoleskan sesuatu pada rotinya yang terdapat bekas gigitannya.

"Ini Cream?" kata Asuna lalu mencoba memakannya sesuap

"Mmmmmmmm" gumamnya setelah memakan roti yang dilapisi cream tersebut.

Melihat reaksi Asuna, Zen merasa sangat senang dan mulai tersenyum atas perbuatannya. Sedangkan Asuna yang memakan sesuap roti itu mulai menghabiskan rotinya dalam sekejab.

Asuna yang menyelesaikan makanannya akhirnya tersadar bahwah ada orang yang memperhatikannya sambil memperlihatkan senyuman indah pada wajahnya. Asuna yang melihat ini, kembali menundukan kepalanya menyembunyikan perasaan malunya, walaupun seluruh wajahnya tidak terlihat akibat jubahnya.

"Apakah enak?, aku menemukannya di kota sebelumnya, jika kau ingin aku bisa mengantarmu kesana" kata Zen

"Mm-Mm" gumam Asuna sambil menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih Zen, mungkin nanti aku akan mencarinya sendiri" kata Asuna

"Kalau tidak, bagaimana kalau kamu mempelajari skill memasak?" tanya Zen

"Memasak? untuk apa Zen?" tanya Asuna

"Untuk membuatkanku makanan enak, bukannya kita akan selalu bersama?" goda Zen

Mendengar ini, Asuna semakin tertunduk malu dan tidak membalas perkataan Zen. Sedangkan Zen mulai tertawa melihat reaksi Asuna.

"Apa kau akan terus menggodaku Zen?" kata Asuna dengan nada marahnya setelah mendengar tawa Zen

"Baiklah - baiklah, aku hanya bercanda, bagaimana kalau kita mulai perjalanan kita?" Kata Zen dan dibalas anggukan oleh Asuna.

Lalu mereka berdua mulai melangkah meninggalkan tempat itu dan menuju kota awal untuk mengikuti pertemuan.

"Memasak ya.., baiklah" kata Asuna didalam hatinya dengan wajahnya yang memerah.

Akhirnya mereka berdua tiba dikota awal, tempat dimana sebuah kenyataan yang menyakitkan berawal. Zen dan Asuna tiba pada waktu malam hari dan mereka berdua langsung mencari tempat bermalam untuk melewati malam dikota yang penuh kenangan buruk ini.

Setelah mereka berdua sudah memesan sebuah penginapan, mereka berdua lalu mulai beristirahat dikamar mereka masing - masing.

Keesokan harinya, Kota ini sudah dipenuhi oleh beberapa player yang ingin mengikuti pertemuan tersebut.

"Sepertinya benar, mereka sudah menemukan lokasi boss" gumam Zen yang saat ini bersama Asuna pergi ketempat pandai besi untuk mengupgrade senjata mereka.

Setelah mereka selesai meningkatkan senjata mereka, ternyata waktu pertemuan mereka masih cukup lama dan Zen berinisiatif mengajak Asuna berkeliling kota ini.

"Asuna, bagaimana kalau kita berkencan?" tanya Zen sambil mencoba menggoda Asuna

"K-K-Kencan?" kata Asuna tergugup.

Mendengar reaksi Asuna, Zen tidak bisa menahan tawannya

"Siapa yang mengira, ternyata kamu akan gugup mendengarku mengajakmu kencan" lanjut Zen.

"S-Siapa yang g-gugup idiot, aku hanya k-kaget" balas Asuna

"Baiklah, baiklah. Bagaimana jika aku mengubah kalimatku. Asuna, bagaimana kita mengelilingi kota ini, karena kita selama ini hanya bergelut dengan monster dan menurutku ini waktu yang tepat kita untuk bersantai, bagaimana?" tanya Zen kepada Asuna.

Asuna yang sudah terlanjur malu, mencoba untuk menolaknya. Namun tiba - tiba perutnya mengeluarkan sebuah suara.

"Suara itu kuanggap kau menyetujuinya" kata Zen sambil menarik tangan Asuna dan mulai sesi jalan - jalan mereka.

"Tu-tungguuuu Zen" kata Asuna yang melihat tangannya ditarik oleh Zen dan mencoba untuk melepaskannya.

Namun setelah Asuna mencium bau makanan ditempat Zen mengajaknya, pikiran tangannya yang dipegang oleh Zen mulai teralihkan. Mereka berdua mulai mampir kebeberapa kedai makanan dan mulai berjalan - jalan disekitar situ.

Asuna akhirnya membiarkan Zen memegang tangannya dan menikmati momen ini, sampai pertemuan yang mereka akan ikuti dimulai.