webnovel

Salah Kelas

Setengah mati Ariana menahan untuk tidak berteriak. Dia begitu frustasi sebab dirinya yang tak kunjung menemukan jalan untuk kembali pulang. Hutan yang membawa dirinya lewat sebuah portal itu kini diberikan penjagaan yang ketat sebab kemarin ada anak kecil yang hilang dan tercebur ke dalam sebuah sumur. Aneh sekali. Ariana bahkan telah mengelilingi hutan itu dan tak menemukan sebuah sumur atau apapun lah itu.

"Nes, lo udah mandi belum? Jangan bilang lo belum mandi!"

Mike terdengar menggedor pintu kamar berulang kali. Mike yang telah siap dengan mengenakan crewneck warna hijau botol serta celana drawsting warna hitam itu tengah menunggu kemunculan adiknya, Agnes.

"I-iya gue udah bangun! Bentar mau mandi dulu!"

Terlihat Mike menghela napas, "Oke. Jangan lama-lama!"

Ariana bergegas mandi dan mulai menyiapkan peralatan kampusnya. Di jadwal yang tertera pada dinding kamar, hari ini merupakan jadwal ujian Kosmetologi.

"Kosmetologi? Gila. Dia jurusan kecantikan?!?" Ariana terkejut setengah mati usai membaca jadwal Agnes hari ini.

"Pantesan make up-nya banyak banget di sini." Dia juga baru menyadari bahwa Agnes memiliki berbagai macam make up serta peralatan yang tersusun rapi di sebuah meja khusus.

Tak ingin membuat Mike menunggu terlalu lama, Ariana pun mengemasi semua benda yang dibutuhkannya hari ini lantas dimasukkannya ke dalam sebuah Tote bag warna pastel. Dia hanya mengenakan atasan blouse santai yang dipadukan dengan celana jeans di bawah lutut. Dia juga mengenakan sneakers putih bermerk Gucci. Ya, baru kali ini Ariana memakai perlengkapan pakaian branded seperti sekarang ini.

Gadis yang mengikat tinggi rambut lurusnya itu mulai menuruni anak tangga rumah. Kedua manik matanya mendapati seorang Mike yang berdiri di ambang pintu seraya memainkan ponsel. Ya Tuhan, Mike tampak begitu tampan.

"Udah?" Mike pun mendongak ketika melihat adiknya yang telah bersiap.

Ariana menganggukkan kepala, "Eum!"

"Ini bekal dari mama. Mama sekarang lagi ada kerjaan, katanya mau beli restoran gitu. Entahlah. Pokoknya nanti lo harus makan bekal ini," jelas Mike dan lagi-lagi diangguki pasti oleh Ariana.

Ariana sangat penasaran. Dia sudah berada di dunia novel ini cukup lama. Apakah waktu di dunia nyata tidak berjalan seperti kemarin? Ataukah dirinya lenyap dan hilang begitu saja dari dunia asalnya sendiri? Ariana belum menemukan jawaban pasti dari semua bisikan-bisikan di dalam kepalanya.

~~~

"Baron? Katanya lo nggak dateng hari ini?" tanya Vero yang baru saja datang.

Baron sedari tadi menopang kan kepalanya di atas motor. Dia begitu lelah dengan meeting kemarin yang tak kunjung usai. Meskipun Baron jarang tidur, tetapi kali ini dia sangat membutuhkannya. Andai hari ini tidak ujian semester, Baron pasti tak akan datang ke kampus. Dia masih memikirkan dunia pendidikannya.

"Hem," gumaman kecil itu sering Vero dengarkan.

Vero menghela napasnya dan menggeret Baron untuk segera pergi dari tempat parkir. Sebentar lagi para mahasiswi pasti akan mengerumuni Baron, dan Vero akan cosplay menjadi manajernya.

Sementara Baron hanya pasrah saja ditarik-tarik oleh Vero. Dia sangat teringin untuk tidur di perpustakaan dan bolos ujian hari ini.

"Lo tunggu sini, gue mau ambil buku gue yang ketinggalan di jok motor." Vero meninggalkan Baron yang masih sulit untuk membuka kedua bola mata. Dia pun berjalan tak tentu arah untuk menemukan ruang yang pas agar dijadikannya tempat tidur sementara.

Tanpa berpikir panjang, dia memasuki sebuah ruangan yang ada di depan mata. Ruangan itu terlihat sepi, dia bahkan tak menjumpai seorang pun. Tanpa sadar dia tersenyum dan bergumam, "Pas."

~~~

Sementara waktu tengah menunjukkan pukul delapan lebih seperempat. Baron masih terlelap dalam tidurnya. Vero bahkan mencari temannya itu kemana-mana dan tak menemukannya. Vero kira Baron akan tidur di perpustakaan, namun nyatanya temannya itu tak ada di sana.

Mahasiswi telah berdatangan serta senyum-senyum sendiri melihat Baron yang tertidur di ruang kelas mereka. Baron terlihat sangat tampan di saat tertidur sekali pun. Bulu matanya begitu lentik. Dia juga terlihat damai saat memejamkan mata seperti itu. Ya, itu yang ada di pikiran Ariana setelah mengetahui bahwa Baron duduk di samping bangkunya.

"Kenapa dia ada di sini?" gumam Ariana.

"Nes, kesempatan lo, Nes. Mumpung Baron ada di samping lo!" Qila, teman Agnes terdengar begitu antusias melihat Baron yang salah kelas. Dia juga diam-diam memotret wajah tampan Baron saat tertidur.

"Iya, Nes. Ini kesempatan lo! Lo grepe-grepein dia dikit kek," lanjut Grace, si cewek yang suka berpikiran kotor. Ya, Ariana sama sekali tidak terkejut jika Grace akan berkata seperti demikian. Sebab dia membuat watak Grace sedikit berbeda dari yang lainnya. Pikirnya, supaya Grace terlihat agak mencolok.

Ariana hanya menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia tak akan menuruti saran kotor dari kedua teman Agnes itu. Ah, pasti Agnes teracuni oleh pikiran kotor mereka, itulah mengapa Baron memanggilnya dengan sebutan 'Cewek gatel' tempo lalu.

Ingin sekali Ariana membangunkan Baron, sebab hari ini adalah hari dimana ujian dilaksanakan. Namun dia tak tega saat melihat betapa lelapnya lelaki yang tertidur dengan kepala yang ditaruh di atas tas ransel warna abu gelap.

Tidak. Ariana harus membangunkannya. Jika tidak, Baron akan ketinggalan ujian hari ini, dan Ariana tidak mau hal itu terjadi tanpa kendalinya. Sejak awal Ariana membuat Baron sebagai pria yang disiplin namun terkesan badboy. Bukan berarti bahwa Baron merupakan pria yang tak peduli dengan pendidikan.

Saat Ariana hendak memegang bahu lelaki itu, pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan sosok dosen perempuan yang memiliki wajah sangat cantik. Ariana hampir terpaku di tempat. Dia seperti melihat Park Shin Hye, versi dunia novel ini.

"Selamat pagi, semua."

"Selamat pagi, Bu."

"Gila, cantik banget," desis Ariana pelan.

Dosen itu langsung mengabsen kedatangan. Sementara Ariana masih saja mengagumi dosen yang bernama Angelin. Dia adalah dosen ciptaan Ariana yang sering digandrungi oleh para mahasiswa di Universitas ini.

"Agnes Van... " ucapan dosen itu terputus.

Kriet!

Terdengar suara pintu yang dibuka paksa oleh seorang pria, yang tak lain dan tak bukan adalah Vero. Napas Vero terlihat tak beraturan. Kedua manik matanya menelisik ke seluruh penjuru ruangan, dan akhirnya dia menemukan sang empu yang dicarinya.

"Bu, sorry. Saya mau ambil temen saya yang salah masuk kelas." Tanpa mendapat persetujuan, Vero langsung melewati dosen Angelin dan menepuk bahu Baron dengan cepat. Baron masih tak berkutik, Vero mengalihkan pandangannya ke arah Ariana.

"Nes, kok lo nggak bangunin nih anak sih?"

"G-gue tadi mau bangunin, tapi dosen keburu udah dateng."

Tanpa basa-basi, Vero mendorong tubuh Baron hingga membuat lelaki itu terjatuh di pelukan Ariana. Vero tidak tahu lagi harus berbuat bagaimana, hanya dengan cara inilah Baron akan terbangun.

Sementara Ariana menangkap tubuh Baron dengan kedua tangannya. Dia memeluk tubuh Baron. Sedangkan Baron perlahan membuka kedua mata karena mencium bau parfum yang sangat familiar. Hanya dengan sekejap mata, Baron langsung membuka kedua matanya lebar. Ariana menjadi seseorang yang pertama dilihatnya.