webnovel

2

Dina duduk diam di kursi tunggu ruangan Dian, setelah pertanyaan aneh tadi dia langsung pamit keluar

Dia masih SMA, ya kali harus menikah

" huft... " entah sudah berapa kali Dina menghela nafas sejak beberapa menit itu

" bisa bicara? "

Dina mendongak dan mendapati pemuda yang benar benar dia temui siang tadi teman dari Lintang, Arsyad Narendra. Dina mengangguk dia menggeser duduknya menyisakan satu bangku sebagai pembatas duduk mereka.

" tentang permintaan bunda saya barusan... saya minta maaf "

Dina mengangguk tanpa menatap ataupun melirik Arsyad, dia menunduk memainkan jari tangannya sendiri

" iya, tidak apa " jawabnya.

Arsyad menghela nafas dia melirik Dina yang masih menunduk melihat ujung sepatunya. Arsyad menegakkan tubuhnya dia menatap Dina

" sebelumnya saya minta maaf " Dina akhirnya balas menatap Arsyad tapi cowok itu langsung memalingkan wajahnya ke depan. " jika orang lain yang memintanya... saya akan langsung menolaknya, tapi ini permintaan bunda saya, jadi.. " Arsyad menggantungkan kalimatnya

" jadi? " tanya Dina, Arsyad menatapnya tidak lama karena dia kembali menatap ke arah lain

" bisakah Anda mempertimbangkannya? " tanya Arsyad.

Dina diam dia kembali menunduk memainkan kukunya

" tapi saya masih sekolah " cicit Dina

" sepertinya saya tidak perlu mengatakan status pelajar saya karena kita bertemu siang tadi " ucap Arsyad " apa kamu punya kekasih? "

Dina menggeleng keras " tidak, saya tidak punya. saya tidak tertarik untuk pacaran dan lagi agama saya melarang " cicit Dina di kalimat terakhirnya

Arsyad tersenyum tak.lama dia langsung berdiri " ikut saya "

" eh? "

" ikut saya " ucap Arsyad lagi dia masuk lebih dulu dan kemudian Dina menyusulnya.

Dina mengkerutkan keningnya bingung, Arsyad pemuda itu duduk di samping Ayahnya sedangkan Dina di minta bergabung, gadis itu memilih duduk di samping Papanya.

" Jadi tujuan saya meminta Om dan Ayah berkumpul di sini... " Afkar menarik nafas dia melihat Dina yang memasang wajah bingungnya " saya ingin mengkhitbah anak Om, jadi istri saya "

Dina membulatkan matanya kaget, tunggu... sekarang pemuda itu memintanya secara pribadi? dia melihat Papanya yang tersenyum, jangan bilang? Dina melihat ke para ibu ibu yang juga tersenyum

" Adek? " panggil Papanya, Dina meliriknya " jadi Adek bagaimana? "

Dina menautkan tangannya gugup " bagaimana dengan sekolah adek? " lirihnya.

" saya tidak akan melarangmu untuk sekolah, toh agama kita juga menganjurkan kita menuntut ilmu setinggi mungkin " ucao Arsyad

Dina menatap Arsyad baru saja ia akan membuka suara Arsyad kembali memotongnya

" saya tidak akan menyentuh kamu sampai kita lulus SMA, kalau itu yang kamu takutkan "

Dina membulatkan matanya kaget, mukanya memerah malu mendengar ucapan blak blakan Arsyad terlebih saat mendengar reaksi orang tua mereka yang menahan tawanya. Dina menoleh saat Papanya menyentuh bahunya

" jadi bagaimana, dek? "

Dina diam dia menundukkan kepalanya dan mengangguk kecil, tak apalah... dia memang punya mimpi menikah di usia muda meski ini lebih muda dari mimpinya.

******

Arsyad mengehela nafas lega setelah mengucapkan ijab qobulnya, bukan hanya dia, Dina yang ada di sampingnya juga melakukan hal yang sama. Rasa gugup yang melanda sampai sampai mereka sulit untuk tidur akhirnya lega juga.

Hari ini jam sembilan pagi di rumah sakit tepatnya di ruangan sang bunda, Arsyad Narendra resmi menjadi suami dari seorang gadis, Madina Dirgantara anak dari sahabat orang tuanya.

Dua malam yang lalu dia panik sekali begitu mendapat kabar dari sang Ayah bahwa bundanya masuk rumah sakit. semua pertemuan dia batalkan dan beralari ke rumah sakit.

Dia juga terkejut saat bundanya memintanya menikah terlebih dengan gadis yang siang tadi di temuinya di kantin sekolah. Dan karena itu permintaan Bundanya jadi dia akan melakukan apapun untuk memenuhinya.

Arsyad melirik gadis di sampingnya, gadis yang baru beberapa menit menjadi istrinya. Dina, gadis itu memakai pakaian super berisik dengan berbagai macam ornamen karena gadis itu memaksa memakai pakaian pengantin ala india, awalnya Arsyad tidak setuju tapi gadis itu dengan egoisnya mengatakan kalau dia tidak akan mau menikah kalau keinginannya tidak mau dipenuhi jadi mereka semua mengikut saja

Arsyad duduk menghadap Dina begitupun sebaliknya, dengan sedikit ragu Dina mengambil tangan Arsyad memasankan cincin sebelum mencium tangan pemuda itu sebagai tanda hormatnya pada pemuda yang menjadi suaminya itu, Astagaa..... Dina tidak pernah menyangka kalau statusnya sekarang adalah istri di umurnya yang baru menginjak tujuh belas tahun dua bulan lalu. Arsyad menatap Dina yang masih menundukkan kepalanya, tangannya meraih tangan Dina dan memasangkan cincin pernikahan mereka, sebelum mencium kening Dina tidak lupa dia membaca do'a untuk istrinya itu.

Dina memandangi cincin emas putih dengan berlian kecil yang melingkar di jari manisnya, mereka tidak tau kapan cincin itu dipersiapkan karena Dina tidak punya kesempatan untuk mencarinya sendiri. Cincin yang sangat sederhana tapi Dina tau maknanya sangat besar, dalam hati dia berdo'a supaya dia dan Arsyad benar benar mampu menjalani pernikahan mereka meski di usia muda mereka.

" kalau ada waktu kita cari penggantinya " ucap Arsyad, Dina menoleh " cincin itu. "

" kenapa? ini bagus "

" itu Bunda saya yang beli, bukan saya "

" apa bedanya? " tanya Dina, Arsyad diam sambil menatap Dina yang memasang wajah penasarannya

" kar- "

" ekhem... manten baru nanti dulu tatap tatapannya " ucap Adela sambil terkikik, Dina langsung menatap Mamanya sambil mendengus " sabar dek "

" Mama " sungut Dina membuat mereka tertawa, Dina melirik Arsyad pemuda itu hanya tersenyum kecil.

*****

Jam sebelas Dina pamit mau pulang ke rumah untuk berkemas karena dia akan tinggal bersama suaminya.

Suami? Dina terkikik geli menyebut kata itu.

" Masuk A' maaf berantakan " Dina membuka pintu kamarnya membiarkan Arsyad masuk.

Pemuda itu berdiri di ambang pintu melihat kamar Dina yang berantakan oleh kertas, banyak kertas dan buku yang terletak bagitu saja di lantai. Menyadari tatapan Arsyad, Dina melesat masuk dan langsung merapikan ala kadarnya.

Arsyad tidak berkomentar dan memilih berjalan ke kasur melemparkan dirinya tanpa sungkan ke kasur Dina, gugup semalaman membuatnya lelah dan mengantuk. Arsyad meraih boneka besar karakter kucing biru dan memeluknya.

" mau kemana? " tanya Arsyad menyadari Dina akan keluar kamar

" cari makan, saya lapar. Aa' mau maka. apa? " tanya Dina, Arsyad menggeleng dia membalikkan badannya memunggungi Dina.

Selesai makan Dina kembali ke kamarnya, dia melihat Arsyad tidur dengan pulas di atas kasurnya. Sementara Arsyad tidur. Dina memilih mengemasi pakaiannya juga buku pelajarannya.

" Sharukh... gue bakal kangen banget sama lo " Dina mengusap poster sharukh khan kesayangannya yang dia pajang di atas meja belajarnya.

Setengah jam kemudian Arsyad bangun dia membatu Dina berkemas.

*****

Dina menatap takjub kamar Arsyad, berbanding terbalik dengan kamarnya, kamar pemuda itu terlihat sangat rapi, semua tertata rapi di rak tidak ada poster atau apapun yang tertempel di dinding kamarnya. Kamar itu juga sangat menggambarkan karakter Arsyad yang benar benar kalem terlihat dari warna kamarnya yang sangat elegan, Hitam dan putih.

mirip ee' cicak batin Dina tertawa.

" masuk dan istirahat " ucap Arsyad, Dina menurut.

Dengan sungkan dia melangkah ke kasur Arsyad, karena bagaimanapun ini kali pertama dia ke kamar laki laki. Arsyad menyimpan tas tas Dina di samping lemari.

" kamu bisa memakai lemari ini untuk menaruh pakaian " kata Arsyad " untuk sementara waktu kita akan berbagi meja belajar saya harap kamu tidak masalah "

Dina menggelengkan kepalanya " bukan masalah "

" istirahatlah, beberesnya nanti saja " ucap Arsyad.

Keduanya terdiam bingung mau membicarakan apa, Dina yang biasanya tidak bisa berhenti bicara sekarang diam dia canggung dengan Arsyad yang terlihat pendiam sedangkan Arsyad sendiri dia memang jarang berinteraksi dengan perempuan.

Mereka di kejutkan dengan deringan ponsel Dina, Dina dengan cepat meraih ponselnya

AmymaiUmi ; Assalamu'alaikum. Di, lusa kelas dua belas wajib ikut camping.

Dina membulatkan matanya membaca pesan Amy, Camping? yang benar saja.

" Yang benar saja " gerutunya, Arsyad menoleh ke arahnya

" kenapa? "

" lusa ada camping dan kelas dua belas wajib ikut " rutuk Dina, Arsyad beroh saja

" memangnya kenapa? "

" saya tidak suka camping " lirih Dina, Arsyad mengangkat sebelah keningnya

" hn? "

" Saya tidak suka camping, Aa'... " ucap Dina " tiap kali camping pasti kalau pulang badanku rasanya semua " sungut Dina

" tapi ini camping terakhir di SMA "

" saya tau tapi- "

puk

Dina mendongak karena Arsyad mengusap kepalanya sebelum berlalu ke kamar mandi.

" eh? "

*******

tobecontinued

Next chapter