webnovel

Balas Dendam Part 1

"Maafin aku, Ayah. Aku gak sengaja melakukan itu."

"Dasar anak tak berguna!"

BRAAKK

"Mati saja kau!"

PLAAAAKKK

"Stop, Yah! Dia anak kita, mungkin dia gak sengaja ngelakuin itu."

"Anak kita? Ini anakmu bukan anakku! Aku tidak punya anak tak berguna seperti dia!"

Aku hanya menangis mendengar ayah mengucapkan hal itu. Perkataannya benar-benar membuat hatiku sakit. Bagaimana tidak? Aku tidak dianggap anak olehnya. Aku terus dipukuli hingga terdapat memar di sekujur tubuhku. Aku memang telah melakukan kesalahan kecil, aku memecahkan guci kesayangan ayah dan itu pun tak sengaja aku lakukan. Ayah benar-benar marah, ia memukuliku dan menampar pipiku. Aku hanya bisa menangis tanpa berbicara, ibuku yang melihatnya pun hanya bisa menangis. Padahal saat aku kecil, aku sering sekali memecahkan benda kesayangan ayah dan ia tak pernah memarahiku hingga aku dipukuli seperti ini. Namun beranjak dewasa, hanya satu kesalahan yang ku buat, ayah sudah memarahiku dan memukuliku bahkan ia menamparku. Aku tak menyangka ayah akan semarah ini.

Setelah puas memarahiku seperti itu, ayah pun pergi meninggalkan kami, ia pergi dengan mobilnya. Ibu pun langsung menghampiriku dan memelukku dengan erat. Ibu menangis melihat keadaanku yang sudah penuh dengan memar ini. Ia pun menuntunku untuk pergi ke kamar dan memintaku beristirahat di sana. Aku membaringkan tubuhku di kasur, sementara ibu duduk di samping sembari memeluk kepalaku dengan erat. Ia mengusap puncak kepala, terdengar suara isakan tangisnya. Aku juga masih menangis, tubuhku terasa panas dan sakit. Andai aku bisa mengembalikan waktu, aku tak ingin memecahkan benda kesayangan ayah itu.

Semenjak kejadian itu, aku dan ayah jarang berbicara bahkan menyapa pun tidak. Ibuku sudah beberapa kali membujuk ayah untuk memaafkanku, namun ia masih dengan pendiriannya dan tak mau memaafkanku. Padahal aku juga sudah berusaha untuk menjaga sikapku agar ayah tak marah lagi padaku. Namun usahaku sia-sia, setelah sebulan lamanya, ayah terus memarahiku karena kesalahan-kesalahan kecil yang terus kubuat. Padahal aku tak sengaja untuk melakukan semua kesalahan itu. Ayah dan ibu pun bertengkar hebat karenaku, ibu ingin ayah memaafkan semua kesalahanku, tapi ayah masih marah dan mungkin saja ia tak akan memaafkanku untuk selamanya. Ayah memutuskan untuk meninggalkan kami, ayah pergi dengan membawa semua pakaiannya. Kami sudah berusaha menahan ayah sebisa kami agar ayah tak pergi, namun lelaki itu tetap pergi dan tak kembali. Ibu sudah mencarinya di tempat kerja namun ia tidak ada di sana. Aku juga sudah menanyakan keberadaan ayah kepada teman-teman kerjanya yang ku kenal dan mereka tidak ada yang tahu keberadaan ayah. Ia tidak ada dimana-mana, ia pergi jauh tanpa jejak.

Hingga satu tahun kemudian, aku melihatnya bersama seorang wanita dan dua anak kecil. Siapa mereka? Siapa yang bersama ayahku? Sedang apa mereka? Apa ayah telah berselingkuh dengan wanita itu? Ah tidak mungkin. Menurutku, ayah adalah seorang lelaki yang setia dan penuh dengan tanggung jawab, ia tak mungkin menduakan ibu. Aku tak bisa berdiam diri saja saat melihat ayah dan wanita itu. Aku pun memutuskan untuk menghampirnya.

"Ayah!" panggilku. Ayah dan wanita itu menyadari kedatanganku.

"Siapa dia?" tanya wanita itu. Ayah hanya diam.

"Mas, jawab aku. Siapa dia?" tanya wanita itu lagi.

"Dia bukan siapa-siapa aku!" Aku terkejut mendengar ucapannya.

"Siapa kamu? Untuk apa kamu ke sini?" tanya ayah padaku. Aku hanya memandangnya dengan sendu. Tak terasa, air mataku terjatuh. Aku menangis untuk kesekian kalinya di depan ayahku sendiri. Wanita itu terlihat bingung saat melihatku menangis. Kemudian ia bertanya, "Mas, kenapa dia menangis?"

"Kita pergi saja. Pengemis ini tak mau pergi dari hadapanku."

DEEEG!!!

Pengemis? Ayah menganggapku pengemis? Kenapa ia berkata seperti itu? Apa ayah telah melupakanku? Aku hanya bisa menangis sembari memandang kepergian ayah. Dan setelah itu, aku memutuskan untuk kembali ke rumah dan menanyakan hal itu kepada ibuku.

"Bu, tadi aku ketemu sama Ayah," ujarku. Ibuku terlihat terkejut mendengar ucapanku.

"Dimana?" tanyanya.

"Di kafe biasa, Bu. Ayah sama seorang wanita dan dua anak kecil," balasku dengan polosnya.

"Mereka siapa, Bu?" lanjutku. Lagi-lagi Ibu tersentak kaget mendengar ucapku.

"Maaf, Nak. Ibu merahasiakan hal yang seharusnya kamu ketahui dari dulu. Hanya saja, Ibu tak ingin melihatmu menangis lagi," jawab ibuku dengan air mata yang terbendung di kelopak matanya. Aku hanya diam mendengar ucapan ibu.

"Ibu dan Ayah sudah bercerai beberapa bulan yang lalu!"

DEG!

Tubuhku lemas seketika. Ibu merahasiakan hal sebesar ini kepadaku? Dan aku tak tahu sama sekali akan hal ini. Aku tak menyangka ibu kuat untuk merahasiakan hal ini. Namun, rasa kekecewaanku pun muncul. Selama ini, aku menyangka jika mereka masih berstatus suami dan istri, ternyata kenyataannya ayah dan ibu sudah bercerai. Aku tak kuat untuk menahan rasa sakit di hatiku ini. Aku hanya bisa menangis sembari bersimpuh di hadapan ibu. Tubuhku sudah tak tahan untuk berdiri lagi. Seakan-akan tulang di tubuhku ini sudah rapuh dan tak sekuat dulu.

"Dan beberapa hari lagi, Ayahmu akan menikah dengan wanita yang kau lihat itu," tutur ibu. Ucapan ibu semakin membuatku terkejut dan aku kesulitan bernafas. Dadaku begitu sesak mengetahui kebenaran ini. Aku benar-benar tak menyangka hal seburuk ini akan terjadi di kehidupanku. Impianku untuk bersama mereka hingga aku tua nanti pun pupus seketika. Aku dibuat lemah akan hal ini.

Apa benar ayah akan menikah dengan wanita itu? Bagaimana dengan ibu? Apa ayah benar-benar akan meninggalkannya? Dan bagaimana denganku? Apa ayah juga akan meninggalkanku? Ah, aku rasa pertanyaan-pertanyaan itu sudah terjawab satu tahun yang lalu. Ayah sudah meninggalkan kami berdua dan tak pernah kembali lagi. Ia juga sudah tak menganggapku anaknya, bahkan ia menganggapku pengemis. Ia benar-benar tak memikirkan perasaanku. Aku benci Ayah! Hanya karena masalah sepele, ayah bertengkar dengan ibu dan kini ia malah meninggalkan kami lalu berencana untuk menikah lagi. Bagaimana aku tidak syok? Aku tahu, ibu lebih syok saat mengetahui ini semua. Namun, aku juga merasakan sakit hati yang sama seperti ibuku. Aku tak menyangka ayah akan menikah lagi dengan wanita sialan itu. Aku benar-benar membenci ayahku! Jika ia sudah tak menganggapku sebagai anaknya, aku pun tak akan menganggapnya sebagai ayahku.

Semenjak kejadian mengharukan itu, aku memutuskan untuk tidak bersekolah dan tak ingin menemui siapa pun. Aku hanya ingin menemani ibu di saat seperti ini. Ibu selalu mengurung diri di kamarnya dan hanya ingin menemuiku saja. Ia selalu menyuruhku untuk membuatkan makan untuknya. Setiap aku pergi ke dapur, entah mengapa mataku selalu tertuju pada sebuah pisau. Entah apa yang aku pikirkan sekarang, rasanya aku ingin mengambil pisau itu dan menusukannya ke tubuh orang yang kubenci.

Tiba-tiba saja tanganku mengambil pisau itu dan menatap pisau yang ku pegang. Mungkinkah aku harus membunuh agar rasa sakit hatiku ini terobati? Namun, apakah itu tidak melanggar hukum? Apa yang terjadi jika aku membunuh? Sudah pasti aku akan dipenjara, tapi jika semua bukti ku sembunyikan dengan baik, aku tidak akan tertangkap. Ya, sepertinya aku harus mengobati rasa sakit hatiku ini. Aku harus membunuh wanita jalang yang telah merebut ayahku. Ia yang akan menjadi sasaran utamaku. Dialah biang dari semua kebencianku. Dia juga telah merusak hubungan ayah dan ibu. Aku tidak bisa menerima itu semua, aku akan membunuhnya saat hari dimana ia akan menikah dengan ayah.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.