webnovel

You, Me And Money

Diselingkuhi tunangan dan sahabatnya sekaligus, kemudian dipecat dari kantornya membuat Kate merasa sebagai wanita paling sial di dunia. Tapi seolah itu belum cukup, Howard, sang ayah, kalah judi. Ia kabur dan meninggalkan setumpuk hutang yang harus dilunasi oleh Kate. Jika ia tidak dapat melunasi utang itu, maka ia harus menikahi pria tua yang meminjamkan uang kepada ayahnya tersebut. Masalah mulai datang ketika ternyata pria yang akan dinikahinya adalah sang cucu pria tua tersebut yang di duga merupakan seorang penyuka sesama jenis. Mampukah ia melunasi hutang ayahnya? Atau haruskah ia terjebak dalam pernikahan tanpa cinta? Benarkah calon suaminya adalah seorang penyuka sesama jenis?

Mixmax1417 · Urban
Not enough ratings
11 Chs

Calon Suami?

Kate menoleh ke arah asal suara tersebut dan langsung terkejut.

"Hans, kau sudah tiba!" seru Mr. Henry dengan senang.

"Perkenalkan ini, Kate!" kata Mr. Henry lagi.

Hans menoleh ke arah Kate seakan ia baru sadar bahwa ada orang lain di sana, dan langsung terperangah.

"Kau!" teriak Kate dan Hans berbarengan.

Mr. Henry memandang mereka berdua bergantian dengan heran.

"Apa kalian sudah saling mengenal?" tanya Mr. Henry.

"Tentu saja sudah, Kek!" Jawab Kate.

"Tadi siang, ia sempat menabrak diriku dengan mobilnya," kata Kate.

Ya, pria bernama Hans itu ternyata adalah pria berstelan jas biru tua yang tadi berada di lobby hotel dan pria yang menabraknya di jalanan tadi siang.

"Astaga! Benarkah itu, Hans?" tanya Mr. Henry kepada Hans.

'Mengapa aku harus bertemu dengan dia lagi?' Pikir Kate.

"Benar. Tapi itu tidak disengaja, Kek!" Jawab Hans.

"Ia tiba-tiba melintas di depan mobilku, padahal lampu sudah berubah hijau!" Jawab Hans membela diri.

"Aku tidak sadar bahwa lampu sudah berubah hijau!" Kate ikut berbicara untuk membela diri.

"Berarti itu bukan salahku kan?" Hans membela diri.

"Mengapa ia bisa berada di sini, Kek?" Tanya Hans dengan nada curiga. Ia sudah tahu kebiasaan kakeknya akhir-akhir ini yang selalu berusaha menjodohkannya dengan para wanita.

"Eh, ya ... Kate datang kemari untuk tinggal bersama dengan kita mulai sekarang," jawab Mr. Henry.

"Sebagai apa?" tanya Hans dengan curiga.

"Sebagai calon istrimu tentu," jawab Mr. Henry dengan ceria.

"Aduh, Kek! Kakek masih belum menyerah juga ya?" Tanya Hans langsung uring-uringan.

"Belum! Sebelum aku mati, aku tidak akan menyerah agar kau bisa menikah," kata Mr. Henry.

"Tapi bukan berarti Kakek bisa asal main pungut wanita begitu saja dari pinggir jalan, kan?" tanya Hans dengan kesal.

"Apa kau bilang? Tanya Kate dengan berang sambil berdiri tiba-tiba dari kursi makannya.

"Memangnya aku ini apaan, hah? Seenaknya saja kau mengatakan 'wanita dari pinggir jalan' terhadapku!" Tuntut Kate.

"HANS!" Mr. Henry ikut-ikutan menegur Hans dengan keras.

Hans mendelik ke arah mereka berdua, kemudian berkata,

"Aku tidak akan mau menikah dengannya," jawab Hans.

"Tapi Kate sudah bersepakat!" kata Mr. Henry.

"Itukan hanya keputusan sepihak, bukan keputusanku!" kata Hans lagi.

"Aku tidak jadi ikut makan malam, Kek! Selamat malam!" Ucap Hans dengan tegas.

Kemudian Hans meninggalkan Mr. Henry dan Kate di ruang makan dan langsung masuk ke kamarnya.

Sampai di kamar, ia langsung melepaskan pakaiannya dengan kasar. Hari ini adalah hari yang melelahkan baginya dan ia lapar.

Sialan! Padahal tadinya ia pikir ia akan bisa makan malam dengan tenang. Tapi kakeknya ternyata lagi-lagi kumat untuk menjodohkannya dengan salah satu wanita.

Ia tidak tertarik sama sekali dengan wanita. Ia tidak ingin berhubungan dengan wanita. Ia tidak perlu wanita. Mereka hanya pengganggu saja.

Ia segera melangkah menuju ke kamar mandi. Hans melangkahkan kakinya di bawah pancuran air hangat dan mulai mandi.

Menyabuni seluruh tubuhnya yang terdiri dari otot-otot nan kekar dan bulu-bulu tipis di dada di atas kulit kecoklatannya yang sangat menggoda. Kemudian berlanjut turun menyabuni bagian bawah tubuhnya yang tampak sama kekarnya dengan bagian tubuhnya yang lain. Pemandangan ini akan membuat para wanita yang melihatnya akan meneteskan air liur.

Akhirnya, ketika ia baru saja selesai mengeringkan tubuhnya dan berpakaian, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang.

'Tok! Tok! Tok!'

"Selamat malam Tuan Hans!" Terdengar suara Dimitri memanggil dari arah luar. Hans segera berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Ada apa?" tanya Hans setelah membuka pintu untuk Dimitri.

"Tuan besar ingin berbicara dengan Anda!" Sahut Dimitri.

"Beliau menunggu Anda di kamarnya," kata Dimitri lagi.

"Baiklah, aku akan segera kesana dan menemuinya," kata Hans lagi.

Sepeninggal Dimitri, Hans segera berjalan menuju ke kamar Mr. Henry, kemudian mengetuk pintunya.

"Kakek mencariku?" Tanya Hans dari arah luar.

"Ya, masuklah Hans!" sahut Mr. Henry dari dalam.

"Apakah ini akan mengenai perjodohan dan pernikahanku lagi, Kek?" Tanya Hans tanpa basa basi.

"Kau sudah semakin pintar bisa menebaknya, Hans," kata Mr. Henry terkekeh.

Hans mengerang sebagai tanda protes.

"Kakek, bukannya sudah kukatakan bahwa aku tidak ingin menikah?" protes Hans kepada Mr. Henry.

"Tapi keluarga ini butuh keturunan seorang McDowell, Hans!" kata Mr. Henry.

"Kan bisa dari anggota keluarga yang lain.," kata Hans berusaha mengalihkan tanggung jawabnya.

"Lagipula mengapa Kakek bisa memilih wanita itu?" Tanya Hans.

"Memangnya Kakek mau memiliki cucu dari wanita sembarangan yang tidak Kakek kenal dan Kakek pungut dari pinggir jalan begitu saja?" Hans berkomentar pedas.

"Tidak, bukan begitu, Hans. Aku mengenal ayah Kate!" kata Mr. Henry.

"Oh, ya? Kalau begitu dia anak dari keluarga pengusaha siapa?" tanya Hans sambil menyilangkan tangan di dada.

"Eh bukan siapa-siapa!" Jawab Mr. Henry.

"Bukan siapa-siapa bagaimana?" Tanya Hans tak mengerti.

"Yah, ayah Kate dulu pernah bekerja sebagai tukang taman di sini," kata Mr. Henry salah tingkah.

"Anak tukang taman?" Tanya Hans tak percaya.

"Apa Kakek sudah kehabisan stok wanita untuk dijadikan calon istri untukku sehingga Kakek mengambilnya dari anak tukang taman kita?"

"Kau tidak pernah menunjukkan ketertarikanmu pada wanita berkelas manapun yang kupilih," kata Mr. Henry.

"Jadi kupikir tidak ada salahnya jika aku mencoba mencari wanita yang ... agak lain dari biasanya," kata Mr. Henry.

"Aku tak mengerti dengan jalan pikiran Kakek sekarang," kata Hans sambil tertawa menyindir.

"Bagaimana mungkin, Kakek bisa tiba-tiba mengambil anak tukang taman kita untuk dijadikan calon istriku?" Tanya Hans.

"Yah, sebenarnya hal ini diluar rencanaku," kata Mr. Henry merasa bersalah.

"Apa maksudnya perkataan Kakek itu?" Tanya Hans.

"Yah, ayah Kate meminjam sejumlah uang padaku dan ia tidak bisa membayarnya kembali.

"Lalu?" tanya Hans sambil menaikkan alis sebelah tanda curiga.

"Jadi ia menawarkan untuk menyerahkan anaknya sebagai pengganti hutangnya," kata Mr. Henry.

"Kaukan sudah mengenal Kate, bukankah itu bagus?" tanya Mr. Henry.

"Sama sekali tidak bagus! Ia galak dan urakan sekali!" bantah Hans.

Ia mengingat tindakan Kate ketika wanita itu menyerbu dan menyerang seorang wanita yang sepertinya merupakan selingkuhan dari kekasih Kate.

Apa yang dipikirkan wanita itu? Ia baru saja putus dari kekasihnya. Bagaimana mungkin ia bisa langsung menjadi calon istrinya.

"Galak?" tanya Mr. Henry.

"Apakah kau takut dengannya?" tanya Mr. Henry lagi.

"Tentu saja tidak! Mana mungkin aku takut pada wanita semacam itu!" sahut Hans membela diri.

"Bagus, kalau kau tidak takut. Berarti kita bisa melanjutkan rencana pernikahan ini!" kata Mr. Henry dengan mantap.

"Tapi, Kek!" Hans berusaha membantah.

"Tidak ada tapi, Hans. Kau sudah berjanji bahwa jika kau tak dapat mencari pasangan sendiri, maka kau akan menerima calon dariku.

"Kakek menganggap serius perkataanku?" tanya Hans terkejut.

"Aku hanya mengatakan hal tersebut untuk menghentikan Kakek menjodohkan diriku dengan wanita-wanita lain!" seru Hans mengaku.

"Kalau kau menolak lagi, maka aku akan menyerahkan warisanku kepada anggota keluarga yang lain saja!" ancam Mr. Henry.

"Cara itu tak akan mempan padaku, Kek!" kata Hans tak mau kalah.

"Kau benar-benar keterlaluan sebagai seorang cucu, Hans!" Keluh Mr. Henry tiba-tiba tersengal.

"Aku hanya ingin tenang melihat cucu tercintaku akhirnya menikah," keluh Mr. Henry memegangi dadanya.

"Kek, Kakek kenapa?" tanya Hans dengan panik.

to be continue ....