Zayana pergi dari sana dengan perasaan kesal yang luar biasa. Dia terus menggucapkan istigfar sepanjang jalannya agar hatinya kembali tenang.
"Semoga aku tidak pernah terlibat lagi dengan mereka, Aamiin Ya Allah." doa Ana dalam hatinya.
Zayana menuju parkiran dan mengambil motornya. Dia bergegas pulang karena akan jadi masalah kalau sampai dia bertemu lagi dengan Zain dan genknya.
Saat dalam perjalanan tenggorokan terasa kering. Cuaca yang cukup panas terik membuatnya sangat haus. Zayana menepikan motornya pada sebuah mini market.
Zayana langsung berjalan menuju barisan minuman dingin saat sudah berada di dalam. Dan mengambil beberapa botol minuman.
Dia berjalan menuju kasir dengan keranjang belanjaan yang digandenganya, dia melihat ada perdebatan antara pembeli dan penjaga kasir di sana.
"Ada apa itu? "gumamnya penasaran. Zayanya berusaha mendekat dan dia bisa mendengar dengan jelas persebatan di sana.
"Aduh mbak, maaf banget saya lupa bawa dompet saya. Boleh tidak saya hutang dulu? Saya janji akan segera kembali setelah pulang kerumah." keluh seorang wanita paruh baya.
Sang kasir menyahutinya. "Ibu maaf, saya hanya menjalankan tugas. Atau ibu bisa menelepon keluarga ibu untuk datang kemari dan membayar belanjaan ibu."
Wanita itu menghela nafas panjang, dia juga sedari tadi sudah berulang kali menggunakan ponselnya untuk menelepon seseorang tapi tidak satu pun panggilan terjawab.
"Mbak, saya juga udah berulang kali telpon anak saya tapi dia tidak menjawab. Ayolah mbak, saya benar-benar sedang buru-buru." wanita itu terlihat gelisah.
Karena tak tega hati, Zayana memutuskan mendekat, dan berkata pada sang kasir. "Mbak, bisa tolong hitung punya saya?"
"Oh, iya kak." kasir itu langsung melayaninya. Dan mengacuhkan wanita paruh baya di samping Zayana. "Totalnya 30.000, kak! " katanya.
Zayana mengangguk dan menggeluarkan dompet dari tasnya. "Mmm... Mbak, boleh sekalian hitung sama belanjaan ibu ini. " ucapnya membuat kedua wanita itu memandang ke arahnya dengan ekspresi terkejut.
"Ehh, mbak mau bayarin!"
"Aduh, nak terima kasih banyak sudah mau bantu ibu! " wanita paruh baya itu tampak lega dan memandang ke arah Zayana lembut.
"Ibu ini cantik sekali! " puji Zayana dalam hatinya. "Eh, tidak apa - apa Buk." jawab Zayana sopan. "Berapa semuanya mbak? "tanya Zayana kembali pada mbak kasir.
"Totalnya jadi 130rb kak, belanjaan Ibu ini tadi, 100rb."
"Oh iya. Ini ya, Mbak! "Zayana mengeluarkan 2 uang lembaran 100 dan 50 rb.
Semua terjadi begitu cepat hari itu. Dan berakhir menjadi ajang perkenanlan mendadak antara Zayana dan wanita paruh baya itu.
Wanita yang sudah dia ketahui namanya Laura, bersikeras untuk mengganti kembali uang Zayana yang sudah diikhlaskan oleh Zayana. Namun tante Laura justru mengundangnya untuk mampir ke rumahnya. Tante Laura memberikan sebuah kartu yang tertulis alamat rumah wanita itu.
Zayana hanya mengangguk dan mengakatan dia akan mampir jika ada kesempatan. Tidak mungkin dia terus menolak ketika Tante Laura terus menyodorkan kartu nama padanya.
Setelah kejadian itu, Zayana benar-benar pulang ke kosannya, membersihkan diri, melakukan ibadah, dan langsung merebahkan diirinya di kasur.
"Huhff... Entah kenapa hari ini benar-benar melelahkan lebih dari biasnya. Semoga saja hari esok akan lebih baik." setelah berdoa, dia memejamkan mata dan tertidur dengan lelap. Bahkan tanpa sadar dia sudah melewatkan makan malamnya. Ntah untuk yang keberapa kalinya...
***
Pagi harinya seperti biasa Zayana bagun pagi untuk sholat subuh dan membereskan kosanya terlebih dahulu baru membersihkan diri dan bergegas berangkat kuliah.
Sebelum keluar rumah dia mendapat pesan di ponselnya.
[Assaamuaikum Zaya, kamu hari ini masuk kerja kan? Kita ada orderan banyak jadi butuh bantuan kamu]
Pesan itu dari Puspa, bos tempat Zaya bekerja paruh waktu sebagai pegawai restoran. Sambil berjalan keluar dan mengunci pintu dia membalas pesan.
[Waalaikumsalam, oke mbak. Aku kesana habis Zuhur]
Setelahnya dia mengambil motornya dan melajukannya keluar. Saat berada di depan gerbang tak lupa Zayana menyapa ramah Mang Ujang si satpam kosan.
"Assalamualaikum... Pagi Mang Ujang yang ceria selalu..."sapa Zayana ramah. Dia benar-benar sangat ramah kepada orang yang sudah dikenalnya.
"Waalaikumsalam, Pagi Neng Zaya geulis, kuliah pagi lagi neng? " tanyanya sambil membukakan gerbang untuk Zayana.
"Iya, Mang! Biasa kalau mau masuk ujian akhir mah begini, Mang!"
"Oh, hati-hati dijalan neng! Semangat terus kuliahnya! "
Zayana tersenyum lebar "Pasti itu Mang! Zaya pergi dulu, Semangat juga kerjanya, Assalamualaikum Mang!"
"Waalaikumsalam Neng! "
Jam sudah menunjukan pukul 8.30 pagi. Tadinya Zayana berinat pergi ke kantin untuk sarapan tapi lagi-lagi dia harus menahan gejolak di perutnya karena Mira memanggilnya dari kelas dan mengatakan dosen akan segera masuk.
"Hufft... Bahkan aku melewatkan sarapanku lagi! " dengus Zayana.
Kelas berjalan dengan aman dan riuh seperti biasanya. "Mir, ke kantik yuk! Aku belum sarapan dan melewatkan makan malamku lagi! " keluh Zaya.
Mira mendengus mendengarnya. "Itulah kamu, makan aja susah! Sesibuk -sibuknya kamu harus sempetin sarapan apalagi makan malam. Ingat kamu punya asam lambung." Peringat Mira.
"Iya, iya. Udah, jangan ngomel mulu dong!"
Zayana dan Mira berjalan berbarengan menuju kantin. "Eh, An? Dari kemarin aku penasaran kamu sama kak Zayn ada hubungan apa kok tiba-tiba dia kasih kamu bunga dan coklat kemarin? Tahu gak sih seluruh kampus heboh banget tapi pagi pas aku datang bahasin kamu sama Kak Zayn Vanza itu! Kalian ada hubungan apa! " tanya Mira dengan ke kepoan tingkat tingginya.
"Gak ada hubungan apa-apa! " jawab Zayana tak acuh.
"Ishh... Kamu mah! "decak Mira yang kesal dengan jawaban Zayana.
"Udah, ah! Kamu bawel! Tolong pesenin aku nasi goreng sama teh manis dingin. Aku tungguin kamu di kursi pojok! "
"Siyap bos! " sahut Mira semangat.
Zayana duduk di kursi paling pojok menunggu sahabatnya datang. Perutnya kini benar-benar terasa melilit dan perih. "Sssttt..." dia meringis pelan, sambing meremas perutnya.
Zaya melipat kedua tanganya dan nenempelkanya di meja dengan wajahnya yang bersembunyi di celah kedua tanganya.
"Duh, ini perih banget!" ringsinya.
Zaya memjamkan mata guna menghalau rasa sakit di perutnya sampai tanpa sadar kursi di sebrangnya bergerak. Dan beberapa orang duduk di hadapannya.
Salah satu dari mereka sedari tadi tak lepas memandang dirinya. Yang tidak lain adalah Zain dan juga Genknya.
Tadinya pria itu hanya ingin melihat-lihat kantin saja. Namun, kehadiran Zaya yang terlihat oleh dirinya membuatnya tak bisa menahan diri untuk tidak mendekati gadis itu.
Zain dan 3 temannya masih saling diam. Ntah mungkin menunggu gadis di depannya melihat ke arah mereka. Dan menunggu respon apa yang akan ditunjukan oleh gadis itu.
Walau Zayn merasa tertolak kemarin, tapi dia malah semakin penasaran ingin mendapatkan gadis di depannya itu.
Mira yang membawa nampan terkejut melihat Zayn dan genknya berada di kursi mereka. Dengan Zayana yang tidak menyadari keberadaan mereka.
"Eh, ambyar! Ngapain tuh Kak Zayn and genk di sono! Wah, gawat! Itu Ana molor apa gimana sih kok nggak nyadar gitu ada mereka! " gerutu Mira.
Dengan keberaniannya Mira berjalan mendekat. "Ehmm, maaf permisi. Kakak-kakak sekalian, kok di sini? " suara Mira yang gugup membuat 4 pria itu menatapnya dengan datar.
"Emang kenapa? Ada masalah sama lo kalau kita disini? " celetuk Riko salah satu anggota genk itu.
"Ehh, gak gitu kak. Kita mau makan..." sela Mira bingung. Sedang Zaya masih memejamkan mata sepertinya gadis itu benar benar tertidur.
"Kami juga mau makan, apa ada masalah? " cetus Zayn sinis. "Dav pesenin makanan buat kita! " titah Zayn.
"Oke bos! "sahut Davi yang langsung pergi.
Mira hanya tersenyum kikuk dan duduk di samping Zaya. Zain masih memusatkan perhatiannya pada sosok Zaya yang masih diam. "Temen lo, kenapa? "tanya Zayn terus terang.
"Eh, gak papa mungkin dia ngantuk! " jawab Mira pelan.
Dia meletakan nampan makanan mereka di meja dan Mira menggoyang goyangkan tubuh Zaya pelan untuk membangunkan sahabanya itu.
Mata Zayn tak lepas dari gadis di depannya. Penolakan kemarin cukup membuatnya merasa terhina tapi anehnya Zayn sendiri tidak bisa melakukan sesuatu yang kasar seperti yang biasa dia lakukan pada orang lain.
Saat Zaya menganggkat kepalanya. Terlihat wajahnya yang ternyata sedikit pucat. Zayn yang bisa menyadarinya tiba-tiba merasa khawatir. "Dia kenapa? Wajahnya pucat. Apa dia sakit?"
Saat mata Zaya terbuka lebar. Kini semakin lebar saat melihat Zayn dan genknya di hadapannya. "Hay Princess!" sapa Zayn dengan senyum tampannya.
Zaya hanya menatap datar Zayn dan mulai menyantap hidangan nasi goring yang ada di hadapannya. "Thanks Mira! "
Mira menyahut. "Iya, sama-sama! "
Zayn tak berhenti mengoceh dan berusaha mengajukan berbagai pertanyaan hanya untuk mengganggu Zaya. "Kamu sudah punya pacar ya, makanya kemarin kamu—" lagi-lagi Zayn bertanya membuat batas kesabaran Zaya habis.
Prankk....
Dia membanting sedikit keras sendok hingga mengagetkan orang – orang yang duduk bersamanya. Zaya cukup sadar dengan situasi dan menahan diri untuk tidak membuat keributan.
Dia bangkit dari duduknya lalu berkata dengan nada yang berusaha dia buat setenang mungkin.
"Kita pergi Mira, aku sudah tidak nafsu makan." katanya bangkit dari kursi membuat Mira kaget. Begitu juga Zayn yang tekejut dengan respon dari gadisnya itu.
"Tapi, An kamu baru makan sedikit. Kamu dari kemarin malam kan belum makan, nanti magh kamu kambuh! " ujar Mira membuat Zayn tertegun. Terbesit rasa bersalah dalam hatinya.
"Dari kemarin malam belum makan? Sepertinya aku membuat kesalahan lagi!"
"Sudahlah! Mereka tidak bisa membiarkanku makan dengan tenang. Kita pergi saja! " Zaya ingin melangkah pergi namun terlambat.
Zayn bangkit dari duduknya dan tangannya langsung mencekal tangan Zaya. "Dengar, kamu makanlah! Aku tidak akan mengganggu!" kata pria itu lirih.
Zaya menatap tanganya yang dipegang Zayn dan matanya melirik tajam pada Zayn membuat pria itu reflek melepaskan tangannya. "Aku janji tidak akan menganggu!" tegasnya.
Menghela nafas pelan, Zaya akhirnya duduk kembali dan menyantap makanannya, sungguh perutnya sudah benar-benar sakit. Jika dia melewatkan makanannya lagi bisa dipastikan dia akan pingsan nanti.
"Ini makanlah Punyaku. Makan yang banyak!" pria itu menyodorkan seporsi mie goreng miliknya pada Zaya. "Makanlah yang banyak! Jangan sampai kamu sakit."
Dia berkata begitu lembut membuat Mira bahkan teman genknya kaget bukan main. Sebab mereka baru kali ini mendengar bos Trivanza berkata lembut pada seorang gadis dan itu adalah pada Zaya.
Zaya menggeleng pelan. "Tidak perlu, terima kasih! "
"Jangan terus menolakku! " balas Zayn dengan kesal.
Zaya hanya diam sambil menggelengkan kepalanya, yang berarti dia tetap menolak. "Tidak, terima kasih."
Zayn berdecak kagum dalam hatinya. Zaya benar-benar tidak bisa tersentuh olehnya. Bahkan dia sama sekali tidak takut pada dirinya.
"Tidak apa jika kamu menolakku saat ini, secepatnya aku akan membuat kamu jatuh cinta padaku My Princess... " bisik hatinya.
***
#Bersambung...
Like it ? Add to library!
Thank you for reading...
Follow me on my social media
Intagram : marjani1209