webnovel

You're My Serenade

serenade, suatu frasa yang merujuk pada alunan lagu yang menggambarkan senja. Biasa ditujukan kepada sosok yang sangat berharga dalam hidup. Melodinya mampu membawa kehangatan dan ketenangan. memikat siapapun yang mendengarnya untuk terlena dalam diam. {} Gavin Aksa Martendra Pria dengan hati yang dingin, bahkan mungkin sanggup mengalahkan es manapun. Sulit diajak bicara merupakan kelemahan yang membuatnya tidak bisa dimengerti oleh siapapun. Gemar menulis dan mengaransemen lagu. Tidak tertarik dengan urusan asmara. Namun tanpa sengaja, Alana menyusup masuk ke dalam hidupnya, mencairkan es di hati Gavin secara perlahan. — Arabella Alana Gadis yang lugu, ramah, dan murah senyum. Biasa dipanggil Alana. Hal yang paling ia kagumi adalah senja dan frasa. Selalu menuliskan rangkaian kata di tiap lembar buku hariannya. Tidak pernah merasakan jatuh hati, setidaknya sebelum ia bertemu dengan Gavin. jika ditanya, hal terhebat apa yang pernah dia lakukan semasa hidupnya... tentu saja, mencairkan hati seorang Gavin Aksa Martendra. Alana bahkan mampu membuat Gavin melakukan banyak hal konyol yang tidak terpikirkan oleh siapapun. ㅤ { UPDATE SEMINGGU SEKALI } ㅤ

HaChoLam20_04 · Teen
Not enough ratings
15 Chs

"A" Is The End of The Words

- "A" adalah akhir dari kata-kata" -

aku menghadap cakrawala

menatap langit senja

bagai lukisan yang amat sempurna

ada kala dimana,

perasaanku tak mampu ditumpahkan dalam aksara

ada kala dimana,

semua tak berjalan seperti yang semestinya

aku ragu semesta membiarkanku bahagia

aku ragu dunia membiarkanku gembira

nyatanya,

hanya senja yang mampu membuatku menumpahkan segala rasa

nyatanya,

hanya senja yang menjadi penyemangatku setiap harinya

semua orang hadir tanpa ku sangka,

dan kemudian menghancurkanku tanpa sisa

semua orang hadir tanpa ku kira,

dan kemudian meninggalkanku tanpa kabar berita

cinta yang mereka berikan sebelumnya,

membuatku terlena dalam bahagia yang sementara

hingga tanpa sadar terperangkap dalam gelap gulita

maaf yang telah ku terima,

nyatanya tak mampu memperbaiki semuanya

aku bahkan tak dapat menerima realita dengan lapang dada

aku bahkan mengkhianati mata,

dan memilih percaya pada hati yang fana

segala fakta dan realita,

hampir membuatku tak sanggup menjalani semua

Alana,

tegakkan kepala,

relakanlah mereka

hanya dengan itu,

kamu dapat menerima realita

hanya dengan itu,

kamu sanggup menjalani hidup yang tak sempurna

sampai jumpa,

di hari dan lembar selanjutnya...

Begitulah isi lembar pertama dari buku harian Alana. Judul yang cukup sempurna untuk menjelaskan puisinya. Karena, jika kalian teliti lebih lanjut, setiap barisnya diakhiri dengan kata "a".

Gavin cukup terpana akan kepiawaian Alana menulis frasa. Rasanya ia ikut hanyut dalam perasaan yang ingin disampaikan oleh Alana.

Pada awalnya, Gavin hanya bertujuan untuk membaca buku harian itu agar dapat menemukan informasi lebih lanjut dengan sosok Arabella Alana ini. Namun dengan sekejap ia melupakan tujuan awalnya. Ia terlanjur ingin tahu tentang apa yang terisi di lembar selanjutnya.

Namun, bukan Gavin namanya jika ia mengakui perasaannya. Ia berdalih dengan berpikir bahwa "siapa tahu di lembar selanjutnya ada informasi mengenai Alana yang akan memudahkanku mengembalikan bukunya"

Lembar kedua terlewati, begitupun dengan lembar-lembar selanjutnya. Hingga tanpa terasa, halaman-halaman selanjutnya masih kosong dan belum terisi.

Pada akhirnya, Gavin bahkan tak tahu menahu lebih lanjut mengenai sosok Alana ini.

"Sudahlah," pikirnya.

GAVIN'S POV

Aku memutar otak, mencerna segala info mengenai sosok pemilik buku ini. Arabella Alana...

Karena ia berlalu lalang dan berlarian di dalam gedung ini, maka besar kemungkinan ia adalah mahasiswi fakultas musik atau sastra. Aku bisa menyimpulkannya dengan cepat karena gedung ini hanyalah milik fakultas musik dan sastra.

Memang tak menutup kemungkinan bahwa bisa saja ia hanya mengunjungi temannya. Namun melihatnya yang tadi terburu-buru, maka seharusnya yang terjadi adalah ia terlambat menghadiri kelasnya. Jadi, mari kita kesampingkan kemungkinan itu.

POV END

>> hari selanjutnya

Gavin berjalan menuju fakultas sastra. Ia telah menanyakan beberapa orang di fakultas musik tentang Alana. Kata mereka, Alana adalah mahasiswi fakultas sastra.

"Ternyata, sosok Alana ini cukup dikenal banyak orang" pikirnya.

Waktu sedang berpihak pada Gavin. Mahasiswa/i jurusan sastra baru saja menyelesaikan kelasnya. Ia bertanya kepada salah satu mahasiswa yang telah keluar dari kelasnya.

"Kenal dengan Arabella Alana?" tanya Gavin.

"Oh, ya. Itu dia!" ucap orang itu sambil menunjuk seorang gadis yang sedang berjalan dengan lesu.

Tanpa pikir panjang, Gavin menghampirinya.

ALANA'S POV

Sungguh, buku harianku belum ku temukan. Sudah ku cari di asrama, lorong gedung, ruang kelas, dan bahkan toilet fakultas. Aku juga menanyakannya ke pusat laporan barang hilang, namun tidak ada yang melaporkannya.

Bagaimana jika buku ku dibuang? Astaga, aku bahkan tidak bisa membayangkannya! Buku harian yang sudah ku tulis dan ku jaga dengan penuh perasaan, hilang tanpa tahu kemana.

ㅤㅤ

Aku merutuki diriku yang sangat ceroboh. Untuk berjalan saja aku tak bisa merasa bersemangat. Hingga kemudian, seseorang membuyarkan lamunanku.

POV END

"Alana?" tanya pria itu.

Alana mendongakkan kepalanya, kemudian menjawab singkat,

"Iya."

"Arabella Alana?" tanya pria itu kembali untuk memastikan kebenaran.

"Iya. Ada apa?" Ucap Alana.

Sungguh, Alana sedang tidak berminat untuk bicara. Suasana hatinya hancur karena buku hariannya yang tak kunjung ia temukan.

Tanpa basa basi, pria itu menyuguhkan buku harian yang ia temukan kemarin. Ya, pria itu adalah Gavin. Sebenarnya, ia merasa bersalah karena telah membaca buku harian Alana tanpa seijin pemiliknya. Oleh karena itu, ia mengembalikan buku tersebut dengan sesegera mungkin.

Muka masam Alana lenyap seketika. Tergantikan oleh senyum sumringah manisnya.

"Astaga! Ketemu dimana? Dari kemarin aku cari-cari tapi gak ketemu! Aku udah cari di asrama, lorong fakultas, toilet, bahkan aku udah nanya ke pusat laporan barang hilang. Tapi gak ketemu! Aduh, makasih banget ya. Maaf ngerepotin. Kamu ga baca isinya kan?" Ucap Alana tanpa jeda.

"Lorong. Sama-sama, saya... tidak membacanya" ucap Gavin singkat. Ia memang bukan pria yang banyak bicara.

Di akhir, Gavin sedikit memberi jeda pada kalimatnya. Ia merasa bersalah karena telah berbohong. Karena sesungguhnya, Gavin sudah membaca buku harian Alana kemarin. Namun, tentu saja ia tak akan mengakuinya bukan? Lagipula urusan mereka selesai sampai disini.

Tanpa memberikan kesempatan Alana untuk bicara lebih lanjut, Gavin meninggalkan tempatnya. Membiarkan Alana yang sedang terhanyut dalam kegembiraan dan kelegaannya. Alana pun bahkan tak sadar bahwa Gavin telah meninggalkannya. Ia bahkan belum sempat berkenalan dengan Gavin.

>> 1 minggu kemudian

.

.

.

Alana duduk dengan lesu di bawah pohon di taman kampusnya.

Pagi ini telinganya harus pasrah mendengarkan segala omelan dan teguran dosennya lagi. Tentu saja, buka tanpa alasan dosennya memarahi Alana.

Tesis Alana masih berantakan dan memiliki beberapa kesalahan. Padahal, tinggal 3 bulan lagi ia harus menyambut kelulusan.

Tanpa sadar, Alana tertidur di bawah pohon itu.

GAVIN'S POV

Aku berjalan menuju tempat yang rindang, senyap, menenangkan, dan sekiranya cukup menginspirasi untuk memikirkan lirik lagu yang sedang ku kerjakan.

Aku menemukan sebuah pohon yang sangat cocok dengan kriteria tempat yang baru saja ku pikirkan. Namun, pandanganku terkunci di hadapan seorang gadis yang sedang tertidur di bawah pohon itu.

Alana, pemilik buku yang ku temui minggu lalu. Entah kenapa, kaki ku berjalan tanpa sadar menuju ke hadapan Alana.

Aku mendekat perlahan, takut menimbulkan gemerisik suara yang mungkin akan membangunkannya. Semakin lekat aku melihatnya, semakin aku memperhatikan tiap inci wajahnya.

Rambut hitam legamnya yang tergerai dan tersapu angin, bulu matanya yang lentik, alisnya yang lengkung sempurna, hingga bibirnya yang semerah apel, dan... mungkin seranum ceri.

Oh ayolah, ada apa denganku? Berhenti membayangkan sesuatu yang aneh, Gavin! Ini bukan dirimu yang biasanya.

POV END

Seakan sadar dengan pemikirannya yang aneh, Gavin beranjak berdiri dari posisi jongkoknya dan meninggalkan Alana. Ia bahkan lupa dengan tujuan awalnya. Bahkan, buku liriknya yang sangat berharga tertinggal di samping Alana. Gavin lupa mengambil buku yang tadi ia letakkan di samping Alana. Ia terlalu sibuk memperhatikan Alana.

ALANA'S POV

Aku terbangun dari lelap dan mengerjapkan mataku, disambut oleh sinar matahari yang cukup menyengatkan pupilku.

Sesegera mungkin ku palingkan wajahku ke arah samping, menghindari tatapan langsung dengan sang matahari. Namun, yang ku lihat bukan hanya sekedar tanah. Ada sebuah buku yang cukup tebal, tak ku ketahui milik siapa.

Di depan buku itu, terukir dengan jelas inisial G.A.M

Aku menatap heran buku itu, bagaimana itu bisa tertinggal disini. Padahal, buku itu sepertinya belum ada saat aku datang ke sini.

Aku bangkit berdiri, meregangkan otot-ototku yang kaku sehabis tidur, kemudian mengambil dan memasukkan buku itu ke dalam tas ku. Akan ku coba mencari tahu siapa pemilik buku itu nantinya.

POV END

Mungkin, ini yang akan membawa mereka kepada takdir yang telah ditentukan...