webnovel

Pernikahan Kontrak

Seminggu sudah aku sibuk dengan persiapan pernikahan ku dengan William,walaupun aku sendiri yang mempersiapkan semuanya.Kedua orang tua kami sangat setuju dan bahagia, terutama ayahku dia cukup senang aku menerima pernikahan ini sedangkan ibu dan adik tiriku sampai saat ini belum tahu bagaimana rupa William,mereka masih saja menghina ku akan menjadi simpanan dari om om.

Malamnya William menghubungi ku untuk bertemu di sebuah cafe di jalan *****.Aku pun bersiap untuk segera pergi menemuinya,saat aku ingin pergi aku melihat ayah, ibu tiriku dan adik tiriku, semuanya sedang berada di ruang tamu.

"Mau kemana nak?" tanya ayah kepadaku.

"Mau bertemu William." jawabku datar.

"Oh mau ketemu om.. ups, maksudnya calon kakak ipar." ucap adik tiriku tersenyum licik.

"Jangan seperti itu kepada Bella,Clara.Bella sudah menyelamatkan ayah,tidak seperti dirimu!Hm..Terimakasih ya nak." ujar ayah sedikit membelaku.

"No problem.Aku juga sudah tidak ada keinginan untuk tinggal bersama kalian semua." ucapku langsung berlalu yang membuat semuanya tercengang dengan perkataan ku barusan.

Akhirnya aku sampai di tempat janji temu ku dengan William,aku segera memakai topi ku dan memakai masker agar orang-orang tidak mengenalku.

Aku langsung datang menghampiri ya, betapa terkejut ya ia melihat penampilan ku yang hanya memakai celana jeans panjang di padu kemeja hitam polos, dengan rambut di ikat asal-asalan dan di tutupi oleh topi,serta memakai masker dan sepatu kets.

"Bella??"

"Iya, ini aku.Aku sengaja seperti ini.Cepat katakan!"

"Oh, oke.Sekertaris ku sudah membuat surat perjanjian kesepakatan kita berdua, bacalah dulu, kalau ada yang tidak kamu setujui langsung saja katakan." ujarnya sambil menyerahkan surat itu kepadaku untuk kubaca.Aku pun membaca satu persatu hal-hal yang ku inginkan kemarin dan aku langsung menyetujui kesepakatan ini.

"Oke, besok hari pernikahan kita Bella.Aku harap kita dapat bekerjasama melakukan pernikahan kontrak ini." ujarnya langsung mengulurkan tangannya kepadaku untuk berjabat tangan tanda aku menyetujui semuanya, aku pun menerimanya dengan senang hati.

******* ********* ********

Akhirnya hari yang di tunggu telah tiba.Semua tamu undangan telah hadir, keluarga dari mempelai wanita dan pria telah hadir, wartawan pun banyak yang berkumpul.Tiba saatnya upacara pernikahan di laksanakan, saat mempelai pria muncul wartawan pun langsung berburu foto William,adik tiriku dan ibu tiriku terkejut melihat wajah rupawan William, semua orang terfokus kepadanya karena banyak yang tidak tahu seperti apa wajah William.Aku pun mulai masuk ke altar,wartawan langsung berebut ingin memotret setiap moment pernikahan kami.

Beberapa jam kemudian akhirnya upacara pernikahan selesai.Kami pun langsung menuju ke rumah William.Sesampainya disana William membantuku masuk kedalam rumah karena aku masih menggunakan gaun pernikahan ku.William menjelaskan seisi rumah dan letak kamarku dimana.Aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarku.

"Huuhh, lega ya.Akhirnya aku bisa keluar dari rumah itu.Betapa puas aku melihat wajah adik tiriku yang menahan tangis karena menyesal telah menolak pernikahan ini." gumamku bahagia

Aku pun bangkit dari kasur dan segera membersihkan tubuhku ini.Saat selesai mandi, aku melihat-lihat sekeliling kamarku.'Minimalis sekali dekorasi kamar ini.'Aku pun duduk di pinggir kasur dan membuka handphone ku,banyak sekali panggilan dari Erika.Aku pun langsung menelponnya.

"Hallo ka'.. "

"Hallo Bell.. akhirnya kamu telpon aku juga.Bella, kok kamu gak ada kasih kabar kalau mau menikah?"

"Maaf kan aku Erika.Aku terpaksa,sebenarnya yang harus menikah adalah Clara tapi Clara menolak jadi aku harus menggantikan ya."

"APAA!!!! Bisa-bisa ya adik tirimu kayak gitu Bell!!" ujarnya marah di seberang sana.

"Maka dari itu aku mendadak melakukan pernikahan ini Erika."

"Tidak apa-apa Bell.Aku mengerti keadaanmu tapi bagaimana nanti kamu masuk kuliah Bell?? Anak-anak pasti menggunjing mu." ungkapnya khawatir kepadaku.

"Gak apa-apa, aku udah biasa Erika.Udah tenang aja, okey??"

"Baiklah Bell. Tenang saja aku selalu ada di sisimu Bell kalau begitu istirahat lah Bell dan selamat menempuh hidup baru Bella." ungkapnya langsung menutup telpon.

Aku pun memutuskan berjalan perlahan ke arah balkon kamarku.'Ibu, akhirnya aku bebas.' senyumku semuringah dalam diam.Tiba-tiba di luar kamar William mengetok pintu.

Aku segera membuka pintu kamarku tanpa ku sadari aku masih mengenakan handuk untuk menutup tubuhku.

"Iya, kenapa?"

Saat William ingin mengatakan sesuatu, dia langsung berpaling dariku dan menunjuk ke arah handuk yang menutupi tubuhku.Aku terkejut melihat aksiku yang bodoh ini,aku langsung menutup pintu kamarku lagi dan cepat-cepat menggunakan baju Pajamas ku.

"Apakah sudah Bell? Aku boleh masuk tidak.. " teriak ya dari luar.

"I-iya sudah selesai." ujarku menahan malu.

"Tenang Bell,tidak ada yang bisa ku lihat."

"APA KAMU BILANG??" ucapku melotot kepadanya.

"Eng-enggak maksudku bukan begitu.. Aduhh.. " ujarnya jadi serba salah

"Yasudah lupakan,ada apa?"

"Tadi ku lihat di tempat acara pernikahan kita,kamu belum ada makan sama sekali loh."

"Iya, terus kenapa?"

"Ayo turun kita makan bersama." ujarnya mengajakku.Aku pun terpaksa mengikutinya,padahal biasanya tidak ada yang pernah peduli kepadaku 'Aku sudah makan atau belum' pikirku sedikit terharu.

"Aku tadi hanya buat spageti saja.Ku harap kamu suka Bell." ujarnya langsung duduk di kursi dan memberikan ku sebuah piring berisi spageti.

"Terimakasih Will." ujarku masih menatap makanan ini.

"Makanlah Bell."

"Oh, iya."

Kami pun makan bersama di malam itu,sesekali kami membahas acara pernikahan tadi yang baginya cukup sempurna.Aku hanya mendengarkan dan sesekali menjawab dengan singkat.

Selesai makan kami memutuskan untuk segera tidur, aku pamit duluan untuk pergi ke kamarku dengan alasan aku sangat mengantuk dan Ia pun mengizinkan ya.

******* ******* ******** *******

Silau cahaya matahari yang masuk ke sela-sela Jendela kamarku telah membangunkan ku.Aku segera bangun dan langsung mandi.Setelah itu aku turun kebawah untuk sarapan.Aku merasa aneh dengan suasana sepi,dan sendirian di rumah megah ini,dari tadi aku tidak melihat keberadaan William.Aku pun memutuskan untuk mencarinya kesana kemari tapi hasilnya nihil,akhirnya aku menelponnya.

"Hallo?" ujar suara wanita di seberang sana.Aku pun langsung mematikan telponnya 'Wanita?siapa ya?' pikirku penasaran.

Tiba-tiba "DrrtttDrrttt" handphone ku bergetar,aku melihat nama 'Will' di layar handphone ku.Aku segera mengangkatnya.

"Hallo Bell.Maaf tadi pagi aku tidak sempat memberitahu mu kalau hari ini aku langsung bekerja karena banyak dokumen penting yang harus aku selesai kan."

"Iya tidak masalah.Hmm Will.. "

"Iya, kenapa Bell?"

"Tidak lupakan saja.Selamat bekerja." ujarku langsung menutup telpon.

"Aduh!kenapa sih aku harus ikut campur urusan pribadinya padahal kesepakatan kami, kami tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing." Gumamku.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi,aku bergegas untuk membuka kan pintu.

"Selamat pagi nona,saya Jordan asisten pribadi tuan William.Saya di perintahkan untuk mengantar nona berbelanja ke Mall untuk membeli baju-baju baru nona." ujarnya tersenyum dengan ramah.

"Baju ku masih banyak,tidak perlu."

"Ku mohon nona belanja lah,kalau tidak aku bisa kena omel pak Presdir" ungkapnya memohon kepadaku.

"Apa dia selalu begini?"

Jordan pun menatapku dengan raut sedih, aku pun jadi tidak tega untuk menolaknya.

"Ba-baiklah, tunggu sebentar."

"Baik, nona." ujarnya antusias.

Aku pun langsung menggunakan baju terusan selutut warna cream, di padu dengan tas selempang kecil warna hitam dan sepatu kets, tidak lupa rambut panjang sebahuku,ku biarkan terurai.

"Oke, aku udah siap."

Jordan pun terdiam menatapku.

"Jordan??" ucapku menganggetkan ya.

"Maafkan saya nona,ternyata nona bisa juga berstyle seperti perempuan."

"Maksudmu?" ucapku tidak Terima dikatain seperti itu.

"Maksud saya, biasa ya saya sering lihat nona tomboy, maafkan saya nona."

"Oh itu, tidak apa-apa.Aku sangat nyaman saja bergaya seperti itu." ujarku langsung masuk kedalam mobil.

"Jadilah diri sendiri nona." ucapnya tersenyum dan langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan stabil.

"Oh iya, Jordan ada yang ingin ku tanyakan kepadamu."

"Silahkan nona."

"Benarkah Pak Presdir tidak pernah mencintai seseorang?"

"Sebenarnya dulu ada nona tapi ternyata wanita itu malah mencintai temannya Pak Presdir."

"Oh, begitu.Miris bangetnya."

"Begitulah cinta nona kadang suka,kadang duka.Tidak selalu berjalan dengan mulus." Ujarnya tersenyum.

Aku pun memutuskan untuk melihat keluar dari arah jendela mobil.

Setelah beberapa jam akhirnya kami sampai di sebuah Mall yang terkenal,aku terkejut karena di sambut oleh para staf-staf Mall,semua orang yang berbelanja di sana mulai memperhatikan ku.Aku tiba-tiba gugup,Jordan pun perlahan mendekatiku dan memberikan ku sebuah kacamata hitam.

"Pakailah nona, agar dirimu merasa tenang." Bisiknya perlahan kepadaku.

Aku langsung mengenakan kacamata hitam ku dan mulai berjalan masuk dengan penuh percaya diri.

Aku pun langsung menuju tempat pakaian,disana banyak sekali bermacam-macam model pakaian.Aku teringat diriku dulu,walaupun ayah seorang pembisnis ayah tidak pernah memberikan ku sebuah pakaian malahan Clara dan ibu tiriku selalu di berikan apapun yang mereka pinta.

Aku pun melihat dengan seksama beberapa model baju dan betapa terkejut ya aku dengan kisaran harganya.

Aku shock dan langsung menyeret keluar Jordan

"Ada apa nona?" ujarnya kebingungan

"Tidak usah beli baju."

"Kenapa nona?"

"Harga ya mahal tahu." bisikku di telinga Jordan dan sontak ia pun tertawa setelah mendengar ucapanku.

"Tenang nona,ini Black card kepunyaan nona.Di kartu ini banyak sekali saldonya dan tidak akan pernah habis nona." ujarnya menyakinkan ku.

"Seriously?"

"Iya nona, kalau begitu mari saya bantu untuk memilih keperluan nona."

Aku pun di bantu memilih oleh Jordan dari pakaian,celana, rok dan hingga perhiasan di paksa beli olehnya.

'Yang mau belanja siapa, yang di paksa siapa' pikirku.

Setelah lama memilih semuanya akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke rumah.Sesampai di rumah aku langsung terkapar di sofa ruang tamu karena kelelahan berbelanja seharian dengan Jordan.

"Oke nona, semua barang-barang nona sudah saya taruh di kamar kalau begitu saya pamit dulu nona,terimakasih sudah membantu saya." ujarnya menunduk tersenyum lalu pergi.

Saking kelelahan ya diriku tanpa sadar aku perlahan-lahan mulai memejamkan mataku karena mengantuk sangat berat.