webnovel

Yin Yuan Hong Xian: Benang Merah Takdir (Bahasa Indonesia)

Kaisar Xuan memberikan titah untuk menikahkan putranya, Rui wang dengan putri ketiga An guo gong fu. Seorang pangeran yang di masa remajanya adalah pahlawan, berwajah rupawan, meskipun sedikit arogan. Sayang, kehidupannya langsung berubah setelah ditinggalkan pujaan hatinya. Menutup diri dari dunia luar, bahkan beredar kabar kalau dia mengidap "penyakit" rahasia setelah menolak semua wanita yang diberikan kaisar kepadanya. Seorang gadis yang terkenal sakit-sakitan, tidak cantik, tidak berbakat, tidak punya kelebihan apa pun kecuali latar belakang keluarga yang prestisius, hingga membuat orang tuanya tidak berani menunjukkannya di depan publik. Apalagi, belum lama pertunangannya dibataklan oleh pihak calon mempelai laki-laki. Setelah mendengar itu, orang-orang tak mampu berkata-kata. Entah mereka harus memuji keputusan kaisar atau malah mengutuknya. Beberapa dari mereka yang umumnya orang tua hanya menggelengkan kepala dan mengelus dada, para gadis menangis histeris dan mengutuk putri ketiga An guo gong fu karena telah merebut pangeran idaman mereka. Namun, apapun itu, keduanya langsung mendapat predikat pasangan terburuk sepanjang sejarah Da Xu. "Apa benwang akan menikahi seekor babi?" "Kalaupun iya, wangye akan menikahi babi tercantik di dunia ini!" "Apa xiaojie percaya kalau ada benang merah yang menghubungkan setiap orang yang berjodoh?" "Kalau akhirnya begitu, lebih baik bengong memotong benang merah ini!" Siapa sangka apa yang terjadi pada keduanya berhubungan dengan takdir di masa lalu.

mingyue_han · History
Not enough ratings
5 Chs

Xie San Xiaojie

Di dalam sebuah paviliun yang sunyi dan terpencil, seorang gadis berpakaian polos sedang menyulam di dekat jendela yang terbuka. Rambut panjang gadis itu hanya diikat dengan sebuah tusuk rambut giok. Dia tampak berkosentrasi dengan benang dan jarum yang ada pada tangannya hingga tidak menyadari kalau ada orang yang buru-buru masuk ke dalam kamarnya.

"Xiaojie! Xiaojie, laofuren memanggil Anda. Laofuren [1] meminta Anda segera ke Manyue Yuan."

Orang yang baru saja masuk kamar itu adalah seorang yatou [2] berpakaian ungu muda. Dia tampak panik dan karena berlari bagai angin, dia pun terengah-engah. Gadis yang sedang menyulam tadi masih serius dengan kesibukannya. Dia bahkan tidak menengok untuk melihat pelayan itu.

"A-Mei, kenapa kau panik begitu? Untuk apa waizumu [3] memanggilku ke Manyue Yuan?"

Limei adalah yatou yang melayani Xie san xiaojie, Xie Yuya. Sejak berlari dari Manyue Yuan hingga sampai ke Qiuyue Yuan, jantung Limei berdetak kencang. Dia bahkan tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Xiaojie segera ke sana saja. Laofuren akan menjelaskannya."

Kali ini Xie Yuya menoleh dan mengamati pelayannya itu. Dia hanya tersenyum tipis. Entah apa yang terjadi hingga membuat yatou itu panik. Limei juga memandang nonanya itu dengan bingung.

Tak lama kemudian Xie Yuya meletakkan sulamannya dan bangkit dari tempatnya duduk.

"Tunggu sebentar. Aku mau ganti pakaian dulu."

Limei hanya mengangguk dan segera menghampiri Xie Yuya untuk membantunya mengganti pakaian. Dia memilih memakai qixiong ruqun bermotif. Bagian atasan berwarna merah marun, dan bawahan berwarna watusi.

Limei membantunya menata rambut

Limei membantunya menata rambut. Kedua sisi rambut bagian depan dikepang lalu digelung melingkar pada sisi kiri dan kanan. Gelungan kepangan itu dihiasi tusuk rambut berbentuk bunga begonia berwarna merah. Rambut yang tidak dikepang disisir rapi dan ditata ke belakang.

Xie Yuya dan Limei berjalan dari Qiuyue Yuan menuju Manyue Yuan. Qiuyue Yuan adalah paviliun tempat tinggal Xie Yuya, sedangkan Manyue Yuan adalah tempat tinggal Shen laofuren, Qin-shi [4]. Kedua tempat itu berada di dalam Shen jia fu [5] yang dikenal dengan nama Jingye Cheng. Jingye Cheng berada di ibu kota provinsi Yunxia, Yunshan.

Limei ingin berjalan dengan cepat, tapi Xie Yuya malah berjalan dengan santai tanpa beban. Seandainya bukan pelayan, dia ingin menarik Xie Yuya.

"Xiaojie, ayo cepat. Kalau seperti ini kita tidak akan sampai." Limei benar-benar sudah tidak sabar. Melihat yatou itu cemberut membuat Xie Yuya terkikik. Dia pun mempercepat langkahnya. Sesampainya di Manyue Yuan, Xie Yuya melihat ada kedua paman dan bibinya yang menemani neneknya. Neneknya memakai pakaian berwarna biru tua dengan lengan lebar, duduk di kursi utama. Paman tertuanya memakai pakaian berwarna coklat muda, sedangkan istrinya memakai pakaian berwarna lilac. Mereka duduk di deretan kursi di bawah kursi utama pada sisi kanan neneknya. Paman kedua dan istrinya kompak mengenakan pakaian bernuansa hijau. Mereka duduk di kursi pada sisi kiri neneknya.

"Waisunnu [6] memberi salam kepada waizumu, da jiufu [7], da jiumu [8], er jiufu [9], er jiumu [10]."

Xie Yuya masih terlihat tenang seperti biasanya. Nenek, paman dan bibinya mengamati gadis itu dengan seksama. Shen laofuren pun mengangguk dan tersenyum.

"Ya-er [11], bagaimana keadaanmu? Apa sudah baikan?" Tanya Shen laofuren agak khawatir. Beberapa hari ini dia tidak memberikan salam pagi kepada neneknya karena sakit. Dia berendam terlalu lama di dalam kolam mata air dingin sehingga terkena demam yang cukup parah. Sebenarnya Xie Yuya masih merasa sedikit pusing, karena itu hari ini dia juga masih belum melakukan rutinitas memberi salam pagi kepada neneknya. Untungnya, dalam keluarga Shen, neneknya tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal seremonial seperti itu.

"Terima kasih. Berkat waizumu, waisunnu sudah baikan." Shen laofuren tampak senang mendengar itu.

"Ya-er, kami baru saja mendapat beberapa kabar dari ibu kota." Shen loataitai berkata dengan tenang. Mendengar kata "ibu kota", yang terbersit dalam benak Xie Yuya adalah keluarganya yang berada di Tian, ibu kota Da Xu.

"Kabar pertama adalah tentang adikmu, A-Yao. Dia akan kembali dari perbatasan bulan depan. Ini sudah lama sekali sejak kalian terakhir kali bertemu. Ada baiknya kau kembali ke Tian, sekalian untuk memperingati hari kematian orang tua kalian."

Setelah mengatakan itu, Shen laofuren berhenti bicara. Dia mengambil cangkir teh dan meminumnya. Wanita tua itu tampak tidak terburu-buru.

Xie Yuya merenung setelah mendengarkan ucapan sang nenek. Memang benar dia dan Xie Feiyao sudah lama tidak bertemu. Setelah orang tuanya meninggal sekitar tujuh tahun lalu, Xie Yuya tinggal bersama neneknya di Yunshan, sedangkan adiknya tetap tinggal di Tian. Kematian kedua orang tua Xie Yuya saat itu menjadi pukulan berat untuk sang nenek, karena ibunya, Shen Zijing adalah anak perempuan satu-satunya. Untuk melipur lara sang nenek, Xie Yuya pun menemaninya. Sudah tujuh tahun dia tinggal di Yunshan dan sejak saat itu hanya kembali ke Tian dua kali, itu pun sudah lima tahun yang lalu. Kalaupun kembali ke Tian, dia juga tidak akan bertemu Xie Feiyao karena sejak lima tahun lalu adiknya itu berada di utara, menjaga perbatasan antara Da Xu dan Hong Guo. Xie Feiyao memang sudah aktif dalam kemiliteran sejak kecil. Pada usia sepuluh tahun, dia sudah ikut bertempur melawan pasukan Hong Guo dan dua tahun kemudian berhasil mengalahkan mereka. Mungkin orang tidak akan menyangka anak laki-laki pendiam dan tampak tidak berbahaya seperti dia bisa menjadi iblis yang tidak segan membunuh musuhnya di medan perang.

"Waizumu tidak perlu khawatir. Waisunnu juga berencana kembali ke Tian untuk memperingati hari kematian fuqin [12] dan muqin [13]. Tidak disangka A-Yao juga kembali. Ini adalah hal yang membahagiakan." Xie Yuya mengatakan itu dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.

"Kau benar. Hal ini memang patut di syukuri." Shen laofuren juga tersenyum melihat cucunya tampak bahagia. Namun, tak lama setelah itu, wajah Shen laofuren tampak serius. Dia berdehem dan melihat kedua anak laki-laki dan menantu perempuannya.

Paman tertua Xie Yuya, Shen Jingxing membalas tatapan ibunya. Dia pun berdehem dan berkata, "Ya-er, kami juga menerima berita lain dari Tian. Adikmu juga sudah tahu tentang ini dan dia tidak mempermasalahkannya."

Shen Jingxing menjeda ucapannya sambil mengamati ekspresi Xie Yuya. Keponakannya itu tampak tenang, tidak terlihat penasaran dengan apa yang akan dia sampaikan.

"Kau masih ingat kalau sejak kecil ayahmu telah memilihkan suami untukmu?" Xie Yuya mengangguk.

Tentu saja Xie Yuya ingat. Sejak dia lahir, ayahnya sudah membuat kesepakatan dengan Xian wang yang saat ini telah menjadi laowangye, setelah digantikan oleh putra pertamanya, untuk menikahkannya dengan putra keduanya, He Qingzhen. Dia tidak pernah bertemu dengan He Qingzhen dan tidak pernah tahu seperti apa orangnya. Namun, karena yang menentukan pernikahannya adalah orang tua dan pertunangan itu sudah diputusan, dia tentu tidak bisa menolak. Kalau tidak, dia akan disebut tidak berbakti atau anak durhaka. Sebenarnya dia tidak keberatan dengan pertunangan itu. Xian wang fu terkenal dengan prestasi anggota keluarga mereka yang begitu gemilang hingga bisa bertahan sejak Da Xu berdiri hingga saat ini.

"Jiufu ingin mengatakan kalau beberapa hari yang lalu..." Shen Jingxing menjeda sambil mengamati ekspresi keponakannya dan mendapati gadis itu tampak sedikit ingin tahu.

"... pihak calon mempelai laki-laki membatalkan pertunangan itu."

Kali ini alis Xie Yuya terangkat. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Sejujurnya dia tidak masalah kalaupun pertunangan itu batal, hanya saja dia menjadi korban karena reputasinya hancur. Tidak peduli seberapa hebat keluarganya, tapi untuk gadis yang pertunangannya dibatalkan sudah langsung mendapat predikat buruk dan biasanya akan sulit untuk mendapatkan pasangan yang sesuai kelak. Dia hanya bisa menghela napas.

"Brak!"

Shen laofuren menggebrak sandaran tangan pada kursi yang didudukinya.

"Bagaimana mungkin mereka berani melakukan ini?! Apa mereka pikir karena Xie Jinyuan sudah tidak ada, lalu bisa melakukan ini?! Apa mereka pikir Shen jia ini sudah tidak berarti?!"

Shen laofuren tampak begitu marah. Keningnya mengernyit dalam. Dia marah karena reputasi cucunya dirusak seperti itu.

"Muqin tenang dulu, tidak perlu marah seperti ini. Justru lebih baik kalau Ya-er tidak menikah dengan laki-laki semacam itu. Dia tidak pantas untuk Ya-er kita."

Paman kedua Xie Yuya, Shen Jingxuan akhirnya bersuara. Mendengar itu, Shen laofuren pun mengangguk setuju.

"Kau benar. Laki-laki memuakkan seperti itu tidak pantas mendapatkan Ya-er. Hanya saja, aku marah karena dia telah merusak reputasi Ya-er." Dia pun beralih menatap Xie Yuya.

"Ya-er, jangan khawatir. Waizumu akan mencarikan laki-laki yang sejuta kali lebih baik daripada dia."

Mendengar itu, Xie Yuya tersenyum. "Waisunnu tidak khawatir. Tidak masalah kalau pertunangan ini batal. Mungkin kami memang tidak berjodoh."

Da jiumu Xie Yuya, Li-shi tampak menepuk pundak suaminya. Hal itu membuat Xie Yuya penasaran dengan apa yang akan dikatakan sang paman.

"Ya-er, kabar selanjutnya mungkin akan lebih mengejutkan. Entah apa yang ada dalam kepala laki-laki itu, dia benar-benar tidak tahu malu. Dia masih berstatus tunanganmu, tapi berani menjalin hubungan dengan wanita lain, dan wanita yang ingin dia nikahi tidak lain adalah tangmei [14] -mu, Xie Miaolan."

Ucapan pamannya kali ini membuat Xie Yuya terkejut. Dia tidak menyangka kalau tunangannya menjalin hubungan dengan sepupunya sendiri dan mereka berencana untuk menikah setelah membatalkan pertunangan dengannya.

Meskipun terkejut, Xie Yuya cepat kembali tenang. Dia menatap nenek, paman dan bibinya dengan senyum samar.

"Apa token pertunangan kami telah dikembalikan?"

"Sudah. A-Yao yang membawa token itu. Ketika menerima kabar rinci tentang masalah ini, tanpa ragu dia setuju untuk membatalkan pertunangan ini dan langsung mengirim token dari mereka yang diberikan kepada ayahmu. Mereka juga sudah mengirim token dari ayahmu kepada A-Yao. Kami menerima kabar ini setelah masalah ini selesai."

Xie Yuya merasa lega karena masalah ini diselesaikan Xie Feiyao, meskipun adiknya itu tidak meminta pendapatnya lebih dulu, setidaknya dia tidak perlu repot dan membuang tenaga untuk memikirkannya.

"Kalau A-Yao sudah menyelesaikannya, berarti tidak ada masalah. Waizumu, da jiufu, da jiumu, er jiufu dan er jiumu tidak perlu memikirkan hal ini. Ya-er baik-baik saja." Xie Yuya tersenyum dengan tatapan meyakinkan.

"Bagus. Ini baru namanya waisunnu waizumu. Masalah ini kita anggap berlalu. Kita akan mempersiapkan keperluanmu untuk kembali ke Tian. Kelihatannya kau akan kembali tinggal di sana. A-Yao sudah kembali dan dia akan tinggal di guo gong fu. Mungkin akan ada banyak hal yang harus dia selesaikan. Dia mungkin akan memerlukan bantuanmu. Guo gong fu sudah lama ditinggalkan tuannya, tentu saja banyak hal yang perlu dibenahi."

Xie Yuya tersenyum maklum. Meskipun neneknya tidak mengatakannya dengan jelas, tapi dia tahu apa yang dia maksud. Guo gong fu adalah kediaman keluarganya di Tian. Kepala keluarganya saat ini adalah adiknya sendiri Xie Feiyao, sayangnya dia masih berada di perbatasan. Membahas tentang orang-orang yang tinggal di guo gong fu saat ini bisa menguras energinya.

"Kalau begitu, waizumu tidak akan menahanmu lebih lama lagi. Kau bisa kembali ke Qiuyue Yuan." Xie Yuya membungkuk hormat kepada nenek dan paman bibinya sebelum dia keluar dari Manyue Yuan.

"Xiaojie."

Xie Yuya menoleh dan melihat Limei sudah bersama dengan Lilian. Mereka berdua menghampiri Xie Yuya dengan tampang agak khawatir.

"Xiaojie tidak apa-apa?" tanya Lilian dengan hati-hati.

"Tentu saja. Kalian tidak perlu khawatir."

Melihat ekspresi Xei Yuya yang tetap tenang, Lilian pun merasa lega.

Xie Yuya berjalan beberapa langkah diikuti oleh dua pelayannya. Dia mendongak dan melihat pohon-pohon magnolia yang ada di depan Manyue Yuan. Semilir angin pun menerpa dan membuat cabang dan ranting pohon berayun.

"Xiaojie, kita tidak kembali ke Qiuyue Yuan?" Lilian bertanya setelah melihat Xie Yuya berjalan ke arah yang berlawanan dengan Qinyue Yuan.

"Aku ingin jalan-jalan. Karena sakit dan harus berada di kamar, rasanya bosan."

Xie Yuya terus melangkah menelusuri Jingye Cheng dan kedua pelayannya mengikutinya.

Jingye Cheng bukan sekedar kediaman seperti kebanyakan yang ditemui di tempat lain. Rata-rata wilayah Kota Yunshan memang berupa pegunungan, begitu juga dengan Jingye Cheng. Tempat itu ada di wilayah pegunungan. Pepohonan, udara sejuk dan ketenangan di Jingye Cheng membuat Xie Yuya betah tinggal di tempat itu. Pemandangannya juga begitu indah. Selain hutan dan gunung serta menara batu yang menjulang tinggi, di tempat itu juga terdapat danau yang cukup luas dilengkapi perahu, air terjun kecil, serta pemandian mata air panas dan dingin. Ukurannya sangat luas karena bukan hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tapi juga akademi, Yunshan Shen Shuyuan. Shen memang keluarga pelajar sejak dua dinasti sebelumnya. Lulusan Yunshan Shen Shuyuan banyak yang menjadi pejabat baik di Tian maupun di berbagai provinsi dan kota di seluruh penjuru Da Xu.

Xie Yuya berjalan menuju paviliun perpustakaan. Dia ingin membaca beberapa buku. Setelah mendengar kabar dari ibu kota tadi, pikirannya jadi melayang ke mana-mana. Bukan karena pertunangannya dibatalkan, tapi karena dia harus kembali ke guo gong fu dan harus tinggal dengan orang-orang yang ada di sana. Satu kata yang ada dipikirannya: melelahkan.

[1] Nyonya besar.

[2] Gadis pelayan.

[3] Nenek dari pihak ibu (ibunya ibu).

[4]-shi: klan atau nama keluarga. Ini menunjukkan nama keluarga asal wanita sebelum menikah. Qing-shi berarti sebelum menikah dia dari keluarga Qin.

[5] jia: keluarga, klan; fu: kediaman. Jia fu: kediaman keluarga.

[6] Cucu.

[7] Da: tertua, besar; jiufu: paman dari pihak ibu (saudara laki-laki ibu).

[8] Da: tertua, besar; jiumu: istri paman (istri saudara laki-laki ibu).

[9] Er: kedua; jiufu: paman dari pihak ibu (saudara laki-laki ibu).

[10] Er: kedua; jiumu: istri paman (istri saudara laki-laki ibu).

[11] -er: imbuhan yang biasanya disematkan saat memanggil nama anak. Sama seperti -chan dalam bahasa Jepang.

[12] Ayah (formal).

[13] Ibu (formal).

[14] Adik sepupu perempuan dari pihak ayah (anak perempuan saudara laki-laki ayah yang usianya lebih muda dari yang bersangkutan).