Juan pun akhirnya luluh dan berusaha membujuk Zafira untuk menerima niat baik Irawan dan putranya, setelah Irawan tak henti-hentinya berusaha meyakinkan Juan untuk menerima Gilang menikahi Zafira, Sedangkan Gilang merasa tersinggung ketika Zafira beberapa kali dengan terang-terangan menolaknya. Harga dirinya merasa terinjak-injak. Gilang meminta Irawan agar menghentikan upayanya membujuk Zafira, dan menebus kesalahannya dengan memberikan kompensasi sejumlah uang pada keluarga Juan. Namun Irawan menolaknya dan terus mengajak Juan bekerjasama untuk membujuk Zafira.
Bagi Juan, tak ada salahnya mencoba membujuk anak gadisnya itu. Mungkin ini memang sudah menjadi jalan dari Allah untuk menunjukkan jodoh Zafira. Kegigihan Irawan dan janjinya untuk menjaga Zafira serta membuat Gilang bertanggung jawab pada perbuatannya membuat Juan tersentuh.
“Irawan dan Gilang sudah berbesar hati berterus terang, Nak. Padahal mereka bisa saja diam dan pura-pura tidak tau. Ayah rasa tidak ada salahnya kita menyambut niat baik mereka,” ucap Juan kala itu untuk meyakinkan Zafira.
Juan sama sekali tidak tau jika di dalam hatinya, Gilang menyimpan dendam atas penolakan terang-terangan yang dilakukan Zafira.
Setelah meminta petunjuk pada Sang Pemilik Kehidupan dalam sujudnya di setiap salat malamnya, Zafira pun akhirnya memutuskan untuk menerima keputusan ayahnya dan bersedia menikah dengan Gilang, pria yang telah merenggut paksa kehormatannya.
Selain karena bujukan ayahnya, dalam hatinya Zafira ingin menyembunyikan dengan rapat statusnya sebagai gadis korban pemerkosaan. Bagi Zafira, jika dia menikah maka tidak akan ada orang lain selain keluarganya dan keluarga Irawan serta dokter Hesti yang tau kalau sebenarnya Zafira adalah gadis korban pemerkosaan. Kalaupun nantinya dia berpisah dan tak bisa melanjutkan pernikahannya dengan Gilang, maka orang lain hanya akan melihatnya sebagai seorang janda. Itu yang terlintas di benak Zafira.
Sungguh situasi terberat untuk Zafira ketika ia harus kembali melawan rasa traumanya dan menerima permintaan Pak Irawan untuk dinikahi oleh lelaki brengsek yang telah menodainya. Namun saat menatap kedua orang tuanya, Zafira merasa ia harus melakukan ini demi menjaga nama baik Juan dan Sinta. Zafira hanya ingin Ayah dan Ibunya melihatnya menikah, dan memang hanya Gilang yang bisa menikahinya setelah semua perbuatan bejatnya.
Bagi Zafira, tak ada sosok pria mana pun lagi yang menginginkan dirinya setelah mahkotanya terenggut paksa di malam jahanam itu. Keputusan berat yang membuatnya setiap selalu memanjatkan doa agar suatu saat tak menyesali keputusannya.
***
Di sini lah Zafira sekarang, di kamar luas dengan interior maskulin khas kamar pria. Ya, ini malam pertama dia tidur di kamar ini, kamar pribadi Gilang, pria yang baru saja mengucapkan ijab kabul atas dirinya hanya dalam sekali tarikan napasnya, pria yang di depan ayah dan ibunya memohon ampun atas perbuatannya pada Zafira namun tak pernah menunjukkan penyesalannya di depan Zafira.
Gilang, pria yang menodainya kini menjadi suami sahnya. Secara hukum maupun secara agama. Sungguh takdir hidup yang tak pernah terbayang dalam benak gadis polos itu.
Zafira pura-pura memejamkan matanya ketika merasakan pria itu bergerak di atas tempat tidurnya. Zafira tak bisa tidur, dari tadi pikirannya hanya melayang pada semua hal yang telah dilaluinya hingga berada di tempat ini. Dia hanya membolak-balikkan badan di sofa empuk di kamar yang luas itu.
Zafira baru terlelap sebentar ketika suara Azan Subuh membangunkan gadis itu dari tidurnya. Zafira mengucek matanya dan menyadari bahwa sedang berada di tempat asing, dia tidak sedang berada di kamarnya. Ah iya, Zafira ingat. Dia sedang berada di kamar Gilang. Tanpa menoleh ke arah tempat tidur Gilang, Zafira buru-buru bangkit dari sofa menuju ke kamar mandi. Dia berniat mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Baru saja Zafira mengulurkan tangannya meraih gagang pintu kamar mandi ketika tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Gilang muncul di sana dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer.
“AAAAA!!!” pekik Zafira dan Gilang bersamaan.
Zafira menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Kamu ngapain ada di kamarku?” seru Gilang kaget. Namun sesaaat kemudian segera menyadari keberadaan Zafira.
"Jangan berkeliaran di depanku dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer!" Seru Zafira masih dengan menutup matanya.
"Kamu lupa ini kamar siapa? Terserah aku mau berbuat apa di kamar ini. Jangan berpikir karena sudah jadi istriku kamu berhak mengaturku. Kamu harus tau diri, kamu bukan siapa-siapa bagiku!" balas Gilang.
"Tolong menyingkirlah, aku mau masuk!"
"Aku nggak mau!" tantang Gilang.
"Aku sedang tidak ingin berdebat, aku hanya ingin masuk untuk mengambil wudhu dan menunaikan kewajibanku. Aku takut kehilangan waktu subuh. Tolong menyingkirlah," pinta Zafira.
"Sok alim kamu!" Bentak Gilang sambil berlalu dari sana.
Zafira buru-buru masuk untuk berwudhu kemudian keluar dan mencari-cari alat salat di dalam tas pakaiannya lalu segera menunaikan salat subuh.
Sementara Gilang terus memperhatikan semua gerak-gerik gadis itu sambil tersenyum sinis. Mata elangnya menatap tajam pada Zafira. Bagi seorang Gilang, pernikahan terpaksa ini tentu saja suatu penyiksaan. Ia pria modern dengan pergaulan luas kini harus berstatus suami dari seorang gadis polos sederhana hanya karena perbuatan tak terencananya yang telah menodai gadis itu.
Diam-diam mata elang Gilang memindai tubuh mungil Zafira yang sedari tadi terlihat gelisah. Sesekali di kepalanya melintas kejadian di malam itu, saat ia menerobos dan merusak gadis itu. Meski dibawah pengaruh alkohol, Gilang masih bisa merasakan sensasi menyenangkan dari perbuatannya malam itu. Perbuatan yang dalam alam bawah sadarnya memberi sensasi menyenangkan, namun ia tak suka melihat kehadiran Zafira dalam kamar pribadinya saat ini.
“Aku akan membuatmu menyesal berada di sini,” ucapnya bermonolog.
Bersambung.