webnovel

Yang Tak Pernah Ada

Apakah jatuh cinta itu salah? Jika salah, lalu kenapa ia bisa secepat itu jatuh cinta pada seorang laki-laki yang baru ia temui? Artinya, ia benar karena sudah jatuh cinta. Tetapi pada akhirnya ia menyerah. Ia telah menyalahi cintanya... yang tak pernah ada.

Sankhaa · Teen
Not enough ratings
36 Chs

#YTPA#013

Apa salah kalau gue deketin lo? Kenapa gue ragu? – Andra Yudhistira.

***

Ingin rasanya mengiyakan ajakan Andra untuk mengobrol. Tetapi perintah Restu seminggu lalu masih terngiang dikepalanya.

"Ada permintaan yang gue rasa lo harus turutin, Sal. Jauhin Andra, bukan buat gue melainkan buat kesehatan Kakek. Lo tahu kesehatan Kakek bakal tambah parah kalau beliau tahu lo deket sama cowok lain selain gue. Lo tahu, 'kan?"

Susah payah Salsa mengontrol emosinya saat ini. Terlebih sudah ada Andra dihadapannya. Menatapnya penuh harap. Sudah seminggu mereka tidak berkomunikasi.

Padahal kedekatan mereka masih seumur jagung. Entah kenapa Salsa merasa nyaman dengannya. Entah kenapa hanya bersama Andra, Salsa tahu apa itu cinta. Yang tak ingin kehilangan rasa cinta barang sedetik saja.

"Nggak bisa, Ndra." katanya lemah. Bingung harus mengatakan apalagi. Lidahnya kelu untuk melanjutkan bicara.

Andra mengerti. Sudah ia duga sebelumnya, cewek itu pasti terikat dengan Restu. Andra paham. Restu tidak suka dengan kedekatan mereka berdua.

Tetapi Andra harus melakukan itu. Andra harus mendapatkan perhatian Salsa. Semua ini demi dirinya dan Mamanya. Andra ingin melepaskan kenestapaan yang sedari dulu menggerayangi jiwanya.

Perlahan Salsa berjalan menjauhinya. Tak ada Salsa yang pertama kali ia lihat. Salsa yang sekarang telah berubah menjadi sosok lain.

***

"Andra!"

Cowok itu menoleh ke arah pintu kelas. Menatap kedua temannya malas. Bagas dan Rafli masuk dengan langkah kesal.

"Kemana aja lo sama Dimas? Kenapa nggak balik ke gudang? Nih rokok lo!" gerutu Bagas sambil melemparkan sebungkus rokok diatas meja Andra.

Andra mendelik kesal ke arah Bagas, "Udah nggak waras lo ngelemparin ini kalau tahu ada cctv diatas kita?" seraya menyimpan sebungkus rokok itu ke dalam laci meja.

Bagas langsung mendongak. Seketika wajahnya berubah pias. Kekehan kecil pun terdengar dari mulutnya. Seraya mengacak rambutnya merasa bersalah.

"Lupa hehe. Lagian elo nggak balik-balik, sih. Habis kemana?" Bagas menarik kursi dimeja lain dan mendekatkannya disamping Andra, lalu mendudukinya.

"Nggak penting buat dibahas." balas Andra cuek.

Rafli duduk didepan Andra seraya menatap Andra teliti. "Gue merasakan ada aura kesedihan, kekalutan, kekecewaan, kegelisahan--"

Bagas segera memukul kepala Rafli. Korbannya mengaduh dan membalas perbuatan keji temannya. Adegan saling pukul itu semakin membuat Andra muak. Lantas ia menggebrak mejanya kuat. Mengagetkan kedua temannya secara bersamaan.

"Kalian udah gede kelakuannya kayak anak kecil. Payah!"

"Biar gue tebak." sahut suara lain yang berasal dari arah pintu.

Dimas berjalan santai dan duduk dimeja. Menghalangi pandangan Rafli yang duduk didepan Andra. Rafli yang terganggu berusaha mendorong pinggang Dimas supaya menjauh dari pandangannya.

"Bentar anjir! Gue ada berita baru nih! Mau tahu nggak lo?" gerutu Dimas menatap kesal wajah Rafli yang memberengut karenanya.

Dimas mengalihkan perhatian sepenuhnya ke arah Andra.

"Lo jujur sama kita. Lo suka sama Salsa, 'kan?"

Andra menatap Dimas datar. Bibirnya mendesis sinis. Cowok itu selalu saja sok tahu dengan kehidupan Andra. Dan Andra tentu saja tidak suka.

"Lo juga jujur sama kita. Lo masih suka sama Dinda, 'kan?" balas Andra menyeringai jahat.

Dimas mendelik. Ia membekap mulut sialan Andra. Berbicara ngawur mengenai hubungannya dengan Dinda. Mendengar nama mantannya itu berhasil membangkitkan emosi.

"Nggak suka gue lo ungkit tentang dia!"

"Apalagi gue! Nggak suka lo ngomongin soal Salsa!"

"Terkecuali elo! Lo emang suka sama Salsa!"

"Nggak usah sok tahu!"

"Kelihatan dimata lo, Ndra!"

"GUE NGGAK SUKA SAMA SALSA!" Andra mulai emosi. Menatap Dimas berapi-api.

Andra mengalihkan tatapannya ke arah lain yang malah jatuh ke pintu kelas. Disana, Salsa berdiri kaku, menatap lurus ke arahnya. Hanya satu arti yang dapat Andra kira, Salsa kecewa dengannya.

"Ngapain diem?" tanya Restu yang entah sudah kapan ada disamping Salsa, menatap heran sahabatnya, lalu mengikuti arah pandangnya. Sebentar Restu menghela napas.

"Tolong untuk cowok yang berasal dari kelas lain dimohon pergi karena bel masuk sudah berbunyi."

Merasa disindir oleh seseorang, Bagas dan Rafli menoleh ke arah Restu.

"Keluar aja, dia ketua kelas ini." bisik Andra.

Bersambung...