webnovel

A Pair that never been apart for too long.

Setelah berkeliling ke Museum kami memutuskan untuk makan malam di restoran 3 Wise Monkeys di bilangan Senopati. Sebelum ke tempat restoran Kami menyempatkan diri menjemput Suri. Namun, Suri belum selesai dengan kegiatan belajar bersama dan memutuskan untuk tidak ikut serta menyuruh kami kembali lagi untuk menjemputnya jika sudah selesai makan. Kebetulan tempat Bimble Suri tidak jauh dari tempat makan kami. Dengan gaya Khas Dika sambil mengusap kepala Suri yang kuyakin adik ku geer setengah mati ini hanya terdiam layaknya kucing yang sedang di jinakkan oleh majikannya.

3 Ways Monkeys adalah restoran yang selalu Hit dikalangan anak muda sosialita, kadang hanya untuk ajakan "ngesushi" mereka harus membayar 275 ribu rupiah untuk bisa menikmati semuanya dalam waktu 90 menit. Tak jarang juga bagi mereka hanya makan sedikit dan berfoto untuk di pamerkan di Snapchat milik Pribadinya. Restoran ini dipilih siapa lagi kalau bukan Dika tempatnya lumayan ramai, dan buatku sekaligus berfikir bahwa ternyata sudah banyak orang kaya baru yang masuk di lingkungan ini "welcome to the club buddies". Batinku.

Saat makan aku dan Dika hampir jarang untuk memulai pembicaraan, bukan karena situasi sebelumnya membuat kami canggung. Mungkin membuat kami canggung. Tetapi bukan itu sebenarnya, melainkan karena kami kelaparan faktor kelupaan makan siang akibat aku terlalu menikmati menjelajahi setiap sudut Museum. Dan sebelum ke Museum tadi kami sempatkan diri mampir ke Ragusa Es Krim Italia kesukaan ku. Di tengah-tengah kami menikmati makan malam, tiba-tiba saja dari sudut mataku kurasakan ada seorang berbadan yang tinggi menghampiri kami.

"Dik.." Sapa seseorang di depanku yang belum sempat ku tengok

"Eh Mas Abi. Makan disini juga mas?." Jawab Dika.

Untung saja aku tidak reflek menengok ke arahnya malah sedikit ku buat lama agar tidak terlalu kentara kalau aku terkejut dengan kehadirannya disini.

"Kamu habis darimana sama Jena?." Tanya Mas Abi dengan nada santai tapi lebih terkesan seperti marah?

Lalu dari belakang ada suara perempuan dan suara sepatu hak tingginya yang sampai di telingaku duluan menghampiri.

"Abi ga ada meja yang koso..ng tuh…eh! Dika! Kita gabung disini aja Bi! " Kata Miranda tanpa menyadari situasi yang ada saat ini.

"Gausah kita cari tempat makan yang lain aja." Balas Abi

"Kenapa Mas? Gabung aja, lagian ini kursi buat 4 orang kok." Balas Dika yang sama sekali tidak menunjukkan sikap risih atau terganggu.

Akhirnya Abi duduk di depan Dika yang persis bersilang berhadapan langsung denganku. Sebentara Miranda duduk disebelah Abi yang menghadap ke arahku. Miranda yang menyadari situasi itu sekarang sedikit menyesal mengatakan hal tersebut. Sebentara aku? Sudah kehilangan nafsu makan sejak Mas Abi tak bisa mengalihkan pandangannya kepadaku.

"Jadi kalian habis darimana? Tumben kalian sabtu gini keluar? Biasanya nonton di bareng di rumah doang?." Tanya Dika mencairkan suasana

"Kita habis nonton Doctor Strange! Ngantrinya panjang banget Dik. Kalau kalian habis darimana?." Jawab Miranda seakan tau tujuan Dika.

"Habis dari Museum, makan es krim ragusa trus kesini deh. " Balas Dika.

Pembicaraan pun akhirnya bisa mencairkan suasana aku bisa makan lagi, walaupun tidak selahap sebelumnya. Setidaknya aku bisa basa-basi makan atau menjadikan ini sebagai alasan tidak terlalu banyak bicara dan hanya merespon saja. Disela-sela makan tissue basah ku terjatuh, saat aku ingin mengambilnya bisa kurasakan reflek tangan Dika memegangi ujung meja agar aku tidak terbentur saat bangun kembali, Dika selalu melakukannya secara otomatis dari dulu dan seperti biasa ketika dia melakukan itu seakan Matanya sudah pindah ke tangan, Dika tidak perlu lagi menoleh ke arah ku dan tetap santai berbicara dengan Miranda. Abi yang melihat adegan itu spontan saja tidak bisa berkutik dan padangan diujung mata Abi kepada adiknya begitu keliatan bahkan bisa dilihat oleh seseorang sebelah meja Kami.

Setelah kami semua kenyang, Dika mengatakan ingin pamit duluan karena harus menjemput Suri. Seperti biasa Abi tidak berbicara, hanya Miranda yang menyambut pamitan kami. Aku pun sama tidak berkata banyak, hanya menundukkan kepala sambil tersenyum lebar lalu berjalan.

Sesampainya di mobil aku menghela nafas panjang. Sepertinya Dika menyadari itu.

"Kenapa? Ga enak sama Si gagu ngeliat kita berdua?." Tanyanya

"Enggak cuman ga nyangka aja dia disitu." Balasku.

"Lo lupa kalau emang kebanyakan sosialita ngumpulnya disitu?." Balasnya

"Iya juga, cuman bukannya Mas Abi gasuka rame ya?." Tanyaku.

"Kalau Miranda yang minta, Si gagu mana bisa Nolak." Jawabnya ketus

"Lo tuh ya ga berubah selaluuuu aja gituin kakak lo." Tegurku

"Cie belain calon suami, gue yakin tuh dia cemburu." Godanya.

"Apasih lo rese banget deh asli." Balasku.

Sampai di Bimbel aku melihat Suri sudah menunggu di depan pintu masuk Bimbel, mobil kami datang Suri pun berlari dan membuka pintu belakang.

"Calon dokter belajar mulu nih." Goda Dika.

"Amin ya Mas! Aku pengen banget masuk John Hopkins." Jawab Suri.

"Semoga kalau lo jadi dokter, lo ga bawel lagi ya." Kata Dika.

"Biarin! Justru Dokter itu perlu bawel kalau kebanyakan diem kaya Mba Jena yang ada keburu mati duluan Pasiennya!." Kata Suri.

"Cuman kalau kamu ke bawelan juga pasien malah kabur Suri." Balasku.

"Tuh! Dengerin tuh kata Kakak lo. Jarang-jarang dia bisa ngomong banyak. Hahahah."

"Dasar kalian ya!." Balasku.

Kami semua pun di mobil tertawa bersama di perjalanan tak jarang Suri selalu mencari topik pembicaraan hanya untuk mendapat perhatian Dika. Sayangnya Dika selalu membalas dengan nada bercanda dan tidak pernah serius. Sesampainya di Rumah kami pun berpamitan. Dan sebelum aku masuk pintu dimana Suri sudah masuk duluan,

"Na, tunggu!." Panggilnya.

"Iya kenapa lagi Dik?." Tanyaku spontan menoleh kaget

"Ini." Balasnya sambil mengeluarkan kotak berisikan kalung berbentuk Half-Moon dengan rantai kecil dibawahnya bergantungkan Bintang 1 biji. dan pastinya ini adalah custom made, secara seingatku Tiffany and Co tidak pernah mengeluarkan jenis kalung unik seperti ini.

"it's not my birthday either my graduation day tho'." Kataku.

"Anting-anting dari gue selalu lo pake, padahal itu kan gue beliin lo jaman kita karyawisata SMP dulu ke Singapore yang lo pengen banget beli tapi duit lo kurang hahaha. Ganti kalung ini aja, anting itu udah pensiun." Godanya

"Hahahaha.. lo masih inget aja sih. Yaa gimana baru kali itu tau gue suka banget sama barang-barang cewe biasanya gue ga terlalu mikirin. Lo tau kalau barang-barang cewe gitu, kebanyakan Ibu yang beliiin, sekarang nih mending soalnya Suri udah gede kan jadi up to date sama model jadi suka dibeliin atau gue minjem di dia hehe. Anyway Thanks kalungnya gue suka!." Kataku.

"Pake terus ya Na. " Katanya lagi.

"Okeh okeh. Makasih ya Dik." Balasku.

"Yaudah aku pulang ya. " Katanya seraya Pamit.

"Okeeh. Makasih ya buat hari ini dan kalungnya. Jangan lupa kabarin gue kalau udah sampe!." Kataku.

"Iyaaaa Dianka." Balasnya.