webnovel

Dialog

"KELAS X SASTRA MESIN"

ADEGAN 001

(=>LOKASI BAWAH)

Ruang Kelas

Raya duduk di bangku kelas, pandangannya kosong, matanya lelah. Waktu terus berjalan, dan suasana kelas semakin hening. Ia merasa aneh bahwa pelajaran belum dimulai padahal waktu sudah menjelang habis. Di hadapannya, papan tulis masih bersih, dan guru mata pelajaran belum muncul.

(Dengan nada agak kesal, Raya menggerutu sendiri)

Raya: "Aneh banget, kok sampe jam pelajaran ini selesai gurunya masih belum juga dateng?"

(Raya menoleh ke arah Tangguh)

Raya: "Woi Tangguh, elu kan ketua kelas, hubungi guru kita lah, atau minimal coba samperin ke ruang guru!"

Tangguh: "Ah, males lah... lagian udah tak coba chat juga, tapi belum dibales."

Raya: "Udah lah tinggal panggil juga susah amat"

Raya: "Woo jangan sampe nama lu gua ubah dari Tangguh jadi Goyah ya!"

(Raya menghampiri dan memanggil Tangguh)

Raya: "Woi budek!"

Tangguh masih mencoba menyelesaikan rubiknya dan terus menghiraukan Raya

Raya: "Lu itu ngapain sih dari tadi?"

Tangguh: "Sabar elah, ni gua lagi nyelesain rubik"

Raya: "Wah nggaya gitu mainan rubik"

Tangguh: "Berisik anjir, ngoceh terus lu kayak TV"

Raya: "Ngoceh dong, kayak lu bisa ae"

Tangguh: "NOH BISA KANN"

Raya: "Anjir jadii"

Tangguh: "Jadi dongg"

Sementara itu, seorang murid yang jarang terlihat, melangkah keluar dari bangku belakang menuju pintu kelas. Raya memperhatikan dengan rasa penasaran

Raya: "Siapa tuh orang? Perasaan baru liat kali ini"

Tangguh: "Langganan sakit izin alpha kek lu mana tau."

(Caca memasuki kelas)

Caca: "Assalamualaikum!"

Raya: "Assalamualaikum juga"

Tangguh: "Woo ngepek, gaboleh gitu cuy. Jawabnya tuh waalaikumsalam ege!"

Raya: "Buset, bisa gitu... habis kalah langsung dapet pencerahan yee"

Pak Jaesun: "Assalamu'alaikum, semuanya,"

(Tangguh kembali ke tempatnya)

Raya: "Waalaikumsalam"

Tangguh: "Wuihh langsung lancar salamnya, shittt browww"

Pak Jaesun: "Yoo perhatikan dulu bapak ingin berbicara, jangan pada berisik. KAYAK PASAR AJA!"

(Pak Jaesun mengamati kelas)

Pak Jaesun: "Mana yang lain?"

Hening

Pak Jaesun: "Hebat ya, tadi bisa sahut-sahutan, sana ngomong sini ngomong, sekarang ditanya pada diam, KENAPA DIAM!? ARRGHHH! bapak kecewa sekali dengan kelas ini, KELAS TERBURUK!"

(Pak Jaesun melirik ke salah satu bangku yang kosong milik Favian)

Pak Jaesun: "Itu kenapa ada bangku belakang kosong tapi ada tasnya?"

Tangguh: "Itu bangkunya Favian pak"

Pak Jaesun: "Mana orangnya?"

(Pak Jaesun mengernyitkan dahi.)

Pak Jaesun: "Yang bener aja sekelas matung nih!? Favian kemana!?"

Tangguh: "Masih di kantin, Pak!"

Pak Jaesun: "Hebat, Favian, buta jadwal ya. Sengaja bolos"

Tangguh: "Iya pak"

Raya: "Pak itu Heksa tidur di belakang!"

Tangguh: "Wah parah Raya cepu nih"

Pak Jaesun: "Heksa tidur di kelas? Wah kacau!"

(Pak Jaesun nyender di meja depan lalu melotot ke arah bangku belakang)

Pak Jaesun: "Heksa!"

(suara dentuman dari belakang)

Pak Jaesun: "Ea ea EA, KAMU YANG DARI BELAKANG MAJU SINI!"

Heksa: "Hadir pak, kulo Heksa"

Pak Jaesun: "Hebat, berangkat sekolah malah tidur, mau jadi apa kamu!?"

Heksa: "Yaopo... manut Gusti Allah mawon pak"

Pak Jaesun: "Payah payah payah... ada aturan banyak malah kamu coba langgar semua ya!"

Pak Jaesun menarik kerahnya Heksa

Pak Jaesun: "Terus ini biar apa kancingnya dibuka? Ngerasa jagoan kamu!?"

Heksa: "Ngapurone pak"

Pak Jaesun: "Mana dasinya!?"

Heksa: "Kulo mboten saged nganggo dasi pak"

Pak Jaesun: "Berarti selama ini gak pernah pake dasi!? Hebat ya!"

Heksa: "Kulo njaluk tulong karo Tangguh pak"

Pak Jaesun: "Ngeles aja! Kamu ga niat sekolah, sekalian aja bapak pulangin! Sana pulang!"

.....

Pak Jaesun: "Hebat-hebat ya murid di kelas X SM..."

(Pak Jaesun nunjuk ke arah Raya)

"...Kamu yang pakai jaket. Tolong lepaskan jaketnya. Di dalam kelas tidak boleh menggunakan jaket."

Raya: "Tapi pak itu ada yang pake topi, kebalik pula"

Pak Jaesun: "Loh kok mbantah kamu!?"

Raya: "Siap pakk!"

(Raya ngelepas jaket)

Pak Jaesun:"Ini benarkan kelas X SM?"

(Sontak sekelas menyahut, "Benar pak!")

Pak Jaesun: "Jumlah murid kelas ini kok gak sampe 20, kelas kurang peminat haduhh"

Pak Jaesun: "Baik perhatiannya, bapak ingin menyampaikan sesuatu. Hari ini, bapak mendapat amanah dari rekan guru matematika untuk menagih PR Matematika dari kalian semua. Kelas X Sastra Mesin, yang sudah langsung dikumpulkan saja dan yang belum segera dikerjakan. Kelas bapak tinggal jadi selamat mengerjakan"

(Pak Jaesun meninggalkan ruangan)

(Naya maju kedepan)

Naya: "Baik teman-teman minta perhatiannya sebentar, mumpung jamkos gue mau diskusiin tentang event tahunan SMK kita yang ke-777, jadi katanya ada beberapa pertunjukkan yang bakal ditampilkan nanti saat event dan puncaknya yaitu di event yang namanya "Prom Night" jadi adakah dari kalian yang mendapatkan undangan atau tawaran dari pihak pengurusnya?"

(Seisi kelas tampak hening)

Naya: "Perlu digaris bawahi, yang diundang untuk menjadi pesertanya adalah orang yang spesial, mereka dipilih lewat peringkat paralel"

(Raya nyengir)

Naya: "Gausah cenga-cengir lo Ray, gue tau lo peringkat 1 paralel, "

Naya: "Baiklah, silahkan yang merasa semester lalu masuk peringkat paralel maju kedepan isi formulirnya."

(Anak peringkat paralel mengisi formulir tersebut)

Enjel: "Naya, kenapa si Mak Lampir, maksudnya Caca, ikut serta?"

Naya: "Hah apa?"

Enjel: "Itulohh... kenapa orang kayak Caca malah ikut tampil, heran gue."

Naya: "Apa maksudmu?"

Enjel: "Kau tahu sendiri Naya, Gue ngerasa, dia mencoba menjadi pusat perhatian dengan gaya anehnya. Seperti Mak Lampir yang selalu mencari sensasi,"

Naya: "Kita tidak bisa menghakimi seseorang hanya dari penampilannya, Enjel,"

Enjel: "Gue tahu, tapi gue hanya merasa... aneh melihatnya,"

Naya: "Mungkin dia hanya ingin mencoba hal baru, siapa tahu,"

Enjel: "Mungkin..."

Naya: "Oh iya, karena nanti acara prom nightnya itu nanti malam... jadi nanti sore akan ada latihannya ya, njel,"

Enjel: "Iya."

Risty: "Eh njel, lo yakin mau dipasangin sama kutu kayak Caca, gue sih ogah! huek."

Risty terus memutarbalikkan situasi dengan candaannya yang khas. Dia memang tak pernah kehabisan akal untuk membuat suasana menjadi lebih hidup, meskipun terkadang itu membuat Enjel semakin ragu.

Enjel: "Ah, jangan bercanda, Ris. Sudahlah, Caca itu baik kok."

Risty: "Baik-baik saja, Njel. Tapi tetap saja, kutu itu kan... kutu. Awas nanti dikepang rambutnya!"

(Risty tertawa)

Risty: "Gimana, Njel? Pasti bakal gatal-gatal terus nih kepala lo!"

Enjel: "Apa-apaan sih, Ris? Gue enggak mau ikutan perang mulut kayak lo. Biarin aja dia, toh itu pilihannya,"

Risty: "Njel, lo nggak bosen-bosen ya jadi orang yang selalu di latar belakang? Caca itu kayak kanvas kosong, siap diwarnain dengan ejekan kita!"

Enjel: "Astaga, Ris, kenapa sih lo gak bisa berhenti? Caca nggak pernah nyakitin kita, kenapa kita harus bikin hidupnya jadi neraka?"

Risty: "Lo tuh lemah, Njel. Kapan lo belajar untuk berdiri tegak dan mempertahankan diri? Lo terlalu takut untuk ambil peran!"

Risty: "Ah, lagian nih ya, manekin kaku dan rapuh kek Caca nggak pantes tau sepanggung sama bidadari jatuh kayak lo, suer dah njel!"

Enjel: "Seriusan lo Ris?"

Risty: "Duarius sayang!"

Enjel: "Iya deh iya terserah deh, nyenyenye"

Risty: "Come on, Njel, nggak seru kalau kamu cuma diam aja gitu. Kita kan harus menjaga tradisi persahabatan!"

Enjel: "Apaan sih, Ris"

Risty: "Andai aja lo yang jadi pusat perhatian, pasti seru tuh, apalagi bisa sampe dinotice sama crush lo kann... dan tanpa si Caca"

Enjel: "Udah deh yaa, Ris... tapi perkataanmu barusan, ada benernya juga"

Tinggg... tinggg

BELL SEKOLAH

Raya: "Santai aja kali... eh, lu ngerti lawan kata kan?"

Tangguh: "Ngerti, lah."

Raya: "Yakin lu ngerti?"

Tangguh: "Coba aja,"

Raya: "Sekarang?"

Tangguh: "Nanti."

Raya: "Belum mulai."

Tangguh: "Udah selesai."

Raya: "Serius gua, belum mulai."

Tangguh: "Bercanda lu, udah selesai."

Raya: "Boruto,"

Tangguh: "Bagus,"

Raya: "Tipis-tipis, King,"

Tangguh: "Tebal-tebal, Queen!"

Raya: "Udah ya,"

Tangguh: "Belum nggak,"

Raya: "Udah udah,"

Tangguh: "Belum belum,"

Raya: "Itu tadi udah terakhir,"

Tangguh: "Ini sekarang belum pertama,"

Raya: "Lu ngutangin minum."

Tangguh: "Gua bayarin makan."

Raya: "Gass! Udah gua rekam nih, ada buktinya"

"...Gua bayarin makan"

Raya: "Nah lu sendiri yang ngomong, ya!"

Tangguh: "Bercanda doang."

Raya: "Nggak bisa."

Tangguh: "Bercanda doang."

Raya: "Nggak bisa."

Tangguh: "Kan cuman main doang?"

Raya: "Lawan kata broww."

....

ADEGAN 002

(=>LOKASI PANGGUNG)

Ruang Tamu

Enjel: "Enjel pulang..."

Ayah Enjel: "...ehh udah pulang, gimana sekolahnya nak?"

Enjel: "Untuk hari ini saja, aku ingin diapresiasi..." (gumam)

Enjel: "Ada seleksi peserta untuk event spesialnya itu berdasarkan peringkat paralel dan aku turut ikut serta"

Ayah Enjel: "Ohh bagus bagus. Ngomong-ngomong... kamu peringkat paralel keberapa?"

Enjel: "Oh, itu... aku berada di peringkat dua belas, Ayah,"

Ayah Enjel: "Dua belas?"

Perasaan hancur mulai menyelimuti Enjel saat dia menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tahu bahwa Ayahnya selalu memiliki standar tinggi, dan peringkatnya yang tidak memuaskan pasti akan mengecewakan Ayahnya.

Enjel: "Maafkan aku, Ayah. Aku telah berusaha keras..."

Ayah Enjel: "Pasang telingamu baik-baik, Enjel! Denger ya Enjel, papa nyekolahin kamu itu agar kamu bisa juara satu, dicontoh itu abang kamu dia udah sukses ikut kerja sama dengan Microsoft, Google, NASA, sama SpaceX"

Ayah Enjel: "Sedangkan kamu? Jadi unggul selingkup sekolahan kamu sendiri aja ga bisa... mau jadi apa kamu nanti hah..."

Ayah Enjel: "Heran banget dehh... kayaknya waktu persalinan kamu dulu... ketuker deh bayinya"

Ayah Enjel: "...Kamu dengerin nggak si Enjel?!"

Ayah Enjel: "Jawab dong, bisa gak banggain papa kamu? Atau... lama-lama kuping kamu bisa robek loh kalau papa jewer terus"

Enjel: "I-iya... bi-bisaa..."

(=>LOKASI ATAS)

Ruang Kamar / (alt alam bawah sadar)

Enjel duduk di depan cermin, matanya masih memerah dari tangisan yang baru saja reda. Dia merasa tertekan, bahkan hampir tidak mampu bernapas di tengah gemuruh kata-kata ayahnya yang terus berdenting di telinganya.

Enjel: "Pasang telingamu baik-baik, Enjel,"

(Beranjak dari tempat duduk, mengambil gaun, dan bercermin)

Enjel: "Lo bisa melakukannya," (gumam)

Enjel bersiap-siap dan berangkat ke sekolah, saat sudah berada di area sekolah, Enjel memutuskan untuk singgah sebentar di kantin sebelum acara prom dimulai. Dia merasa perlu untuk menenangkan diri dan mengisi perut sebelum malam yang panjang. Saat berjalan menuju kantin, dia melihat teman-temannya yang juga tengah bersiap-siap untuk prom night.

ADEGAN 003

(=>LOKASI BAWAH)

Ruang Kantin

Enjel duduk sendirian di sudut kantin sekolah yang dipenuhi oleh kebisingan sekitar, Enjel mencoba menciptakan ketenangan di keheningan yang dia ciptakan di dalam kepalanya. Meskipun demikian, sebuah bentakan tajam dari ingatan menyelinap masuk, mengganggu kedamaian yang dia coba bangun.

Mata Enjel terpejam rapat, tapi suara itu masih memecah keheningan di kepalanya. Itu suara ayahnya, kuat dan menakutkan, seperti guntur yang membelah langit.

Ayah Enjel: "Kamu harus berhasil, Enjel! Juara itu hanyalah juara satu! Peringkat di bawahnya hanyalah apresiasi!"

Bentakan itu terus bergema di dalam ingatannya. Meskipun kedua telinga tertutup rapat, suara bentakan itu tetap membahana dalam keheningan di kepalanya

Enjel meremas tangannya erat-erat di atas meja, mencoba menghilangkan rasa gelisah yang menghantui dirinya. Dia tak ingin mengecewakan ayahnya, tapi di saat yang sama, beban itu terasa begitu berat di pundaknya.

(Naya menghampiri Enjel)

Naya: "Hei, Enjel! Siap untuk malam ini? sepertinya dari tadi ku amati kau melamun terus?"

Enjel: "Oh, cuma memikirkan tugas matematika yang belum selesai,"

Naya: "Kamu bisa cerita padaku, Enjel. Aku di sini untukmu,"

Enjel: "Ngga ada apa-apa kok, cuman lagi nunggu pesen minuman aja. Lo gausah khawatirin gue Nay,"

Naya: "Ohh gitu ya..."

Enjel: "Eh gue duluan ya, Nay."

Naya: "Eh kok buru-buru? Padahal minumannya kan belum juga dateng."

(Enjel mempercepat langkahnya menghampiri Caca, Saat sudah cukup dekat dengan Caca, sebuah ide jahat melintas dalam benaknya. Enjel memutuskan untuk mengerjakan rencananya)

Enjel: "Caca, tunggu sebentar!"

Caca: "Ada apa, Enjel?"

(Tanpa ragu, Enjel mendekati Caca dengan senyum palsu di wajahnya. Ketika sudah cukup dekat, ia sengaja membuat langkahnya tidak stabil, menyebabkan dirinya tersandung dan menumpahkan minuman yang tengah dipegang Caca)

Enjel: "Caca, maafkan aku!"

Caca: "Enjel? Apa maksudnya ini?"

(berbisik)

Enjel: "Gue gasuka lo ada di sini, karena lo gue menderita."

Caca: "Kehadiran gue emang ngebuat lo semenderita itu ya? Maafin gue."

(Caca hanya diam, membiarkan minuman yang tumpah menutupi bajunya. Tatapannya sedih, seakan-akan sudah terlalu banyak rasa sakit yang dia rasakan untuk merasa terkejut atau marah lagi)

Caca: "Asal lo tau, gue juga pengen bersahabat sama lo. Gue kira kita senasib, ternyata emang kesabaran lo cuman sampe sini ya?"

Enjel sama sekali tak memperlihatkan rasa simpati dalam dirinya

Enjel : "Dih? Lo kira kita setara Ca? Pliss deh ga bangett!"

Enjel merebut tumpukan kertas yang sedang dipegang Caca

Caca : "Balikinn, Enjel!"

Enjel : "Berisik lo Ca"

Caca "Cepett tolong balikin, gausah gitu!"

Enjel : "Pengen banget ya gue kembaliin?"

Enjel : "Nih"

Enjel melempar tumpukan kertas itu kepada Caca

Enjel : "Gue ingetin ke lo sekali lagi, orang kayak lo yang nggak tau apa-apa tentang gue mending diem, Kita nggak senasib Ca"

Enjel menyibakkan rambutnya lalu pergi

Caca dengan suara kecil

Caca : "...Lo salah, Njel"

ADEGAN 004

(=>LOKASI PANGGUNG)

(Enjel lalu menghabiskan sisa malamnya untuk menikmati puncak eventnya yakni prom night. Dia berusaha membuat semuanya sempurna, meskipun hatinya masih terbebani oleh pertemuan dengan Caca)

Naya: "Selamat datang semuaa! Dengan penuh gembira kami mengundang kalian semua untuk menikmati penampilan menakjubkan dari para peserta. Mari kita beri tepuk tangan yang meriah untuk. Tanpa basa basi, langsung saja kita saksikan."

ADEGAN 005

(=>LOKASI BAWAH)

Ruang Kelas (Highlight bangkunya Naya dan Enjel)

Hari berikutnya di sekolah, suasana tampak berbeda. Enjel berusaha tersenyum meskipun dalam hatinya masih terbersit kecemasan. Saat dia membuka ponselnya, dia dihantam oleh serangkaian notifikasi yang membuatnya takut.

Notifikasi 1: "@Enjel, lo pikir lo bisa lari begitu saja setelah apa yang lo lakukan pada Caca? lo tidak akan lolos dari ini!"

Notifikasi 2: "Sudahkah kalian dengar tentang Enjel dan Caca? Cerita yang membuatku muak."

Notifikasi 3: "Enjel, kamu sungguh kejam! Aku tidak bisa percaya kau melakukan itu pada Caca!"

Notifikasi 4: "Wedokan kentir! Ati-ati karo modelan koyok ngene iki cah!"

Notifikasi 5: "HAUS YA MINUM BUKAN CAPER SANA SINI1!1!"

Enjel merasa dunia mulai runtuh di sekelilingnya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Dia merasa tertusuk oleh kata-kata kebencian dan kekecewaan dari teman-temannya.

Enjel: (berbisik pada dirinya sendiri) "Ini tidak bisa benar. Aku harus bicara dengan Caca. Aku harus menjelaskan semuanya."

Terdapat satu nomor yang terus menghubunginya akhir-akhir ini, "Lo ga pantes ngelakuin ini ke Caca." Kemudian, Naya membagikan video tentang bagaimana secara disengajanya Enjel menabrak Caca hingga membuat minuman yang tengah dipegang Caca tumpah ke dress yang seharusnya akan dikenakan saat prom night hari itu

Enjel seketika berdiri dan pergi menghampiri bangkunya Naya

Saat sudah berada di depannya Naya yang tengah duduk, Enjel seketika menarik kerah Naya.

Enjel: "Eh Naya! maksud lo apa semalem nyebarin video gue sore itu?"

Naya: "Perbuatan lo menjijikan! Lo buang si Caca biar lo yang jadi pusat perhatian dance nya kan? ngaku lo?"

Enjel: "Lagian Caca juga ga marah kok,"

Naya: "ITU KARENA HATI LO TERTUTUP HEI TOPENG MONYET."

Enjel: "Tertutup gimana? Kemarin Caca gue gituin aja diem dia!"

Naya: "Justru itu Enjel. JUSTRU ITU KARENA LO RUSAKIN BAJU CACA SUPAYA DIA GA TAMPIL DI ACARA DANCE LO, DIA JADI KELUAR DARI SEKOLAH INI!"

Enjel: "Hah?! Caca keluar dari sekolah ini? Bagus dong, jadinya gue ga ada saingan lagi deh."

Naya: "Hati lo dari apa sih Enjel, Caca sebaik itu lo jahatin. Dimana hati nurani lo sih?!"

Enjel: "Salah dia banyak sama gue. Lo ga bakal tau!"

Naya: "SALAH DIA APA SAMA LO?! Lo gatau rasanya jadi dia, yang ga salah apa apa tiba-tiba kenal lo dan dibully terus menerus sama lo sampai yang paling bikin dia kecewa sama lo karena lo udah rusak acara penampilan dia?!"

Enjel: "Lo juga ga tau kan kenapa gue gini? udah deh lo diem aja, Caca juga ga guna disini!"

Naya: "Maksud Lo?" (hendak menampar Enjel)

(Pak Jaesun memasuki kelas)

Pak Jaesun: "Hei kalian berdua! Keruangan bapak sekarang!"

ADEGAN 006

(=>LOKASI ATAS)

Ruang BK

Pak Jaesun: "Pertama-tama, saya ingin mendengar versi cerita dari masing-masing kalian,"

Naya mulai menceritakan insiden-insiden di mana Enjel telah melakukan pembullyan padanya. Dia menyebutkan komentar-komentar kasar dan perlakuan tidak menyenangkan yang Caca alami. 

Setelah mendengarkan dengan seksama, Pak Jaesun meminta penjelasan dari Enjel

(Pak Jaesun menoleh ke arah Enjel)

Pak Jaesun: "Sekarang giliranmu, Enjel. Saya ingin mendengar sudut pandangmu tentang situasi ini."

Enjel menghela nafas, terlihat agak enggan, tetapi akhirnya menceritakan perspektifnya. Dia menjelaskan bahwa beberapa insiden tersebut mungkin terjadi tanpa disengaja dan bahwa dia juga merasa tertekan dalam lingkungan sekolah ini.

Pak Jaesun: "Jika memang seperti itu Naya, Coba tunjukan Bukti nya pada saya!"

Naya: "Ini video yang sempat saya rekam hari yang lalu, Pak Jaesun. Di sini jelas terlihat bagaimana Enjel dengan sengaja jatuh sehingga menumpahkan minuman Caca dan di akhir video Enjel terlihat bisik-bisik kepada Caca setelah itu Caca terus menunduk dan meninggalkan Enjel."

Pak Jaesun: "Tindakan seperti ini tidak dapat ditoleransi di sekolah ini, Enjel. Kamu harus menyadari bahwa kata-kata dan tindakanmu memiliki dampak besar pada orang lain. Kita harus berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua siswa."

(Enjel menundukkan kepala, merasa malu atas perilakunya.)

Pak Jaesun: "Dan untukmu, Naya. Saya menghargai bahwa kamu telah membawa bukti dan berani menghadapi situasi ini. Tetapi, penting untuk mengatasi masalah ini dengan cara yang bijaksana dan memahami bahwa setiap orang memiliki belajar dari kesalahan mereka."

Naya: "Saya mengerti, Pak Jaesun."

Pak Jaesun: "Mungkin kalian sudah tau? Teman kelas kalian ada yang mengundurkan diri, Namanya Alisha Putri Kayana sudah tidak akan bersama kalian di tahun depan"

Naya: "...Caca"

Enjel: "Pak Jaesun, saya... saya tidak bermaksud menyebabkan masalah ini,"

Pak Jaesun: "Bapak tahu, Enjel. Tapi, situasi ini sudah mencapai titik yang tidak bisa diabaikan lagi. Kami harus menangani ini dengan serius. Dan itu berarti memanggil orang tua kamu."

Enjel: "Maaf pak? Tindakan itu harus bener-bener dilakuin?"

(Suara ketukan pintu terdengar)

Pak Jaesun: "Naya, kamu boleh kembali mengikuti kegiatan pembelajaran"

(Ayah Enjel memasuki ruangan)

Ayah Enjel: "Selamat pagi pak."

Pak Jaesun: "Pagi juga bapak."

Ayah Enjel; "Ada urusan apa saya dipanggil kemari? Apakah anak saya melakukan prestasi yang menakjubkan?"

Pak Jaesun: "Sayang sekali sebaliknya. Saya memanggil Anda ke sini untuk membicarakan masalah yang melibatkan Enjel,"

Ayah Enjel: "Apa yang telah dilakukan anak saya kali ini? Saya harap bukan sesuatu yang serius."

Pak Jaesun menjelaskan situasi yang terjadi, termasuk insiden pembullyan yang dialami oleh Naya dan bukti yang telah disampaikan.

Senyuman ayahandanya Enjel memudar dan menatap ke arah Enjel.

Ayah Enjel: "Kamu jadi anak emang bener-bener ya! Bisanya bikin umur ayah makin pendek!! Selalu aja bikin onar sama masalah1!1!"

Enjel menundukkan kepala, merasa sangat malu dan menyesal. Dia menahan tangisnya, tidak berani menatap langsung ayahnya.

Ayah Enjel: "AYAH BIAYAIN KAMU SEKOLAH BUKAN BUAT JADI BERANDALAN1!1!"

Enjel: "Aku begini juga karena ayah yang selalu maksa aku buat jadi nomer satu! ITUKAN YANG AYAH MAU!?"

Pak Jaesun: "Tenanglah, mari kita bicarakan masalah ini dengan kepala dingin,"

Ayah Enjel: "Maafkan ayah, Enjel. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu,"

Enjel: "Aku... aku nggak bermaksud membuat ayah khawatir,"

Pak Jaesun: "Bagaimana jika kita mencari solusi bersama? Enjel, mungkin kamu bisa berbagi dengan ayahmu apa yg sebenarnya kamu rasakan dan apa yg kamu butuhkan dari situasi ini?

Enjel: Aku butuh dukunganmu ayah tapi bukan dengan cara yg membuatku merasa tertekan

Ayah:maafkan ayah nak ayah akan berusaha lebih memahamimu dan memberikan dukungan yg sesuai dengan kebutuhanmu