webnovel

6

6. Bentuk humanoid

Meski sudah terbiasa dengan kehadiran Serigala putih, penduduk desa masih belum terbiasa dengan Kei yang begitu besar. Beberapa dari mereka merasa sedikit takut dan was-was. Bagaimanapun juga, mereka pernah memperlakukan Ibu dan anak itu dengan buruk. Rasa takut akan pembalasan dendam itu ada.

Kei sendiri tidak mempermasalahkan apapun. Selama Ibunya senang, dia akan senang. Tapi jika ada air mata yang jatuh dari sepasang mata Ibunya, Kei tidak akan tinggal diam.

"Kei, mari sarapan."

Sebenarnya dengan tubuh besar Kei, makanan satu panci besar tidak cukup untuk mengganjal sela giginya. Tapi ia tetap memakan makanan yang di masakkan oleh Ibunya. Setelah makan mereka pergi ke sungai untuk mandi.

"Ibu, apa Ayah tidak memberitahu Ibu bagaimana mengecilkan tubuh besarku?" Kei mengeluh saat ia sedang berenang di sungai sembari sesekali menangkap Ikan untuk mengisi kekosongan di perutnya.

Ibunya yang sedang mandi saat itu hanya terdiam. "Mungkin saja... Ayahmu tidak bercerita banyak tentang dirinya. Ia tidak mengucapkan sepatah katapun saat ukuran tubuhnya mampu membesar atau mengecil. Semuanya terjadi begitu saja."

Dengan ukuran tubuh Kei yang besar, kedalaman sungai hanya mampu merendam empat kakinya. Tapi karna rutinitas pagi yang wajib di lakukan yaitu mandi, Kei harus membasahi seluruh bulunya. Menurut Ibunya mandi adalah membersihkan seluruh helaian bulu dengan air sungai. Setelah mandi, mereka akan pergi berburu. Dengan ukuran tubuh Kei, berburu beberapa binatang besar seperti banteng atau rusa bukan masalah.

Saat itu Kei melihat seekor rusa jantan yang besar dengan permata hijau di dahinya. Saat Kei hendak menerkamnya. Ibunya segera melarangnya. "Jangan Kei!"

Untungnya Kei mampu menghentikan lompatannya tepat waktu. Rusa besar itu merubah dirinya ke bentuk semi manusia, dengan emosi yang melonjak ia memarahi Kei. "Maafkan saya, saya belum mengajarinya perbedaan Beastman dengan binatang biasa."

Rusa setengah manusia itu terus saja memarahi Shena. Membuat Kei sangat kesal. Kei melempar tatapan mengancam. Tentu saja Pak rusa itu ketakutan, apa lagi dengan ukuran Kei, ia bisa menjadi salah satu menu sarapannya. "Kalau begitu saya pamit! Lain kali berhati-hatilah!"

Pak Rusa pergi dengan segera. Shena membawa Kei untuk beristirahat di bawah sebuah pohon besar. Melihat beberapa buah di pohon itu, Kei menjatuhkan beberapa dengan cakarnya dan memberikannya kepada Ibunya. Ibunya tersenyum dan mulai berkata. "Duduklah Kei, Ibu akan menjelaskan sesuatu."

Kei duduk di sisi Ibunya. "Di dunia ini ada banyak mahluk hidup yang unik. Salah satunya adalah kita. Kita adalah ras Beastman Serigala. Beastman adalah suku yang berisi binatang separuh manusia. Yang membedakan kita dengan binatang biasa adalah, kita memiliki permata di dahi kita. Lihat ini permata yang lazimnya muncul di kawanan serigala merah."

Shena menyibakkan poni di dahinya, ia memperlihatkan permata merah yang berkilau di terpa cahaya matahari. Kei dengan segera menyentuh dahinya untuk memastikan. Ia dapat merasakan permata lingkaran di dahinya. "Tapi mengapa permata punya Kei lingkaran?"

Kei bertanya karna permata milik ibunya berbentuk belah ketupat. "Ibu menduga ini karna Ayahmu. Ibu adalah Beastman tapi Ayahmu bukan, Ayahmu adalah monster Serigala berjenis Fenrir. Sehingga karna kamu separuh monster dan separuh Beastman, jadi permata di dahimu berbentuk lingkaran."

"Fenrir!" Kei terkagum-kagum sekaligus senang. Pantas saja tubuhnya berukuran besar! Ternyata Ayahnya adalah Fenrir! Ekor Serigalanya bergoyang-goyang senang. Tanpa sadar menimbulkan angin yang besar.

"Kei, Hentikan gerakan ekormu. Bisa-bisa anginnya menimbulkan badai nanti." Shena berkata dengan nada Canggung.

Kei melirik ekornya yang bergoyang. "Ups, maaf. "

"Apakah Ayah bisa berubah ke bentuk Humanoid?" Kei bertanya lagi.

Shena mengangguk pelan. "Ya, saat Ibu bertemu dengan Ayah, Ibu mengira Ayah adalah Manusia. Tapi hidung Ibu mencium bau serigala."

"Oh itu artinya Kei juga bisa berubah ke bentuk humanoid suatu saat nanti bukan?!" Kei Berdiri dengan tatapan penuh rasa ingin tau. Ini pertama kalinya Kei bersemangat sejak ia tiba di dunia ini.

"Ya." Ibunya berkata dengan senyuman di wajahnya.

"Itu hebat!" Kei melolong karna ia bahagia. Ia menahan diri agar ekornya tak bergoyang.

.....

Itu adalah malam hari ketika Kei merasakan panas pada seluruh tubuhnya. Saat itu udara terasa dingin. Langit tampak gelap tanpa ada bulan atau bintang. Tanda-tanda badai mulai terlihat. Tapi Kei tidak bisa tidur akibat rasa panas yang menjalar di tubuhnya. Kei melirik Ibunya yang tampaknya tertidur nyenyak.

Dengan Perlahan Kei berdiri dan keluar dari gua yang di sebutnya rumah. Dengan langkah pelan ia berjalan ke sungai. Padahal cuaca malam itu sangat dingin. Namun Kei merasa sangat panas. Bukan dari luar, tapi panas itu berasal dari dalam tubuhnya. Seolah tubuhnya akan meledak.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Kei bergumam sendirian. Jika saja sosok 'Ayah' itu ada bersamanya, maka Kei pasti tidak kesulitan. Lagi pula Kei tidak yakin akankah ia membutuhkan sosok Ayah yang bahkan belum pernah ia lihat itu? Tapi jauh dalam hatinya Kei tau kalau Ibunya sangat merindukan Ayahnya.

Kei hanya sekedar ingin tau seperti apa Ayahnya. Lalu ia juga ingin tau apakah Teman-temannya, Adik, dan Bibinya juga ada bersamanya di dunia ini? Kei sangat ingin mengetahui itu. Bahkan jika tidak ada kepastian, ia ingin mencoba. Mencoba untuk mencari tahu.

"Ughhh.." Kei menahan rasa panas dalam dadanya.

Kei membaringkan tubuhnya di sungai, agar separuh bagian tubuhnya yang lain basah. Meski merendam dirinya di sungai, Kei masih merasakan panas itu. Jantungnya terasa panas dan berdenyut-denyut. Tak lama angin berhembus.

Anehnya angin sepoi-sepoi itu berubah menjadi angin yang melingkar seperti angin topan. Tapi dalam ukuran mini. Lalu ada cahaya kecil yang berkedip-kedip. "Ya ampun... Kau pasti kesulitan ya, jika saja Ayahmu di sini dan membantumu, kau tidak akan begini. Baiklah aku akan membantumu."

Kei tidak tau apa yang terjadi, yang pasti saat itu cahaya kecil telah membesar dan terus memancarkan kilau lembutnya. Dengan bantuan kilau cahaya itu, perasaan panas dalam dada Kei telah sedikit berkurang. Sayangnya, panas itu tetap ada bahkan Kei mulai merasakan sakit lain.

"Ya ampun, ini buruk. Aku harus meminta bantuan yang lain." Cahaya itu berkedip sesaat lalu menghilang.

Tak lama dari itu enam cahaya lainnya muncul. Bedanya, jika yang tadi di selimuti angin, maka enam cahaya lainnya di selimuti oleh masing-masing element sihir. Yakni Air, Api, Angin, Tanah, petir, Cahaya, dan Kegelapan.

Dengan bersama-sama tujuh cahaya kecil itu memancarkan cahaya hangat yang membantu menghilangkan rasa panas di tubuh Kei. Kei merasa tubuhnya kini benar-benar ringan, dan nyaman. Saat itu permata di dahi Kei bersinar.

Di detik berikutnya Kei telah berubah ke bentuk Humanoid. Ia berubah menjadi pemuda berambut perak. Begitu Kei membuka matanya, ia sedikit terkejut. "Kei, selamat atas keberhasilannya."

Salah satu cahaya kecil berkata. Kei melirik Cahaya yang di kelilingi tujuh elemen sihir itu. "Kalian adalah?"

Mendengar pertanyaan Kei, salah satu dari mereka tertawa. "Hihihi... Kami adalah utusan dari tujuh Dewi elemen sihir. Para Dewi meminta kami membantu Kei. Biasanya Fenrir yang tumbuh dewasa akan di bantu Ayahnya untuk berubah ke bentuk Humanoid. Tapi Licaress sedang dalam kondisi yang tidak mungkin untuk membantu Kei. Kalau begitu kami pamit ya, Fenrir tampan."

Yang berbicara adalah cahaya kecil yang di kelilingi angin. Mengikuti utusan Dewi angin, yang lain ikut menghilang di udara. Menyisakan Kei yang kedinginan tanpa pakaian di arus sungai. Kei melirik tangannya, karna rambutnya juga panjang. Ia bisa melihat rambutnya berwarna perak, seperti warna bulunya. Saat ia menyentuh kakinya, yang ia rasakan adalah sepasang kaki manusia. Berbeda dengan Ibunya yang memiliki sepasang kaki serigala.

Lalu ia mengingat kalimat para utusan Dewi tadi. Para utusan itu menyebut dirinya Fenrir. Ibunya bilang bentuk Humanoid Fenrir adalah bentuk manusia sempurna bukan?

Kei melihat sekeliling, dengan sepasang mata hijaunya ia tak mendeteksi mahluk hidup selain dia di sungai itu. "Bagus lah, tak ada yang melihat tranformasi ku. Lain kali aku akan berkata kepada Ibu mengenai hal ini."

Kei melompat ke darat setelah ia berubah kembali menjadi Serigala besar. Lalu mengibaskan bulunya untuk menghilangkan Air sungai yang membasahi bulunya. Kemudian meninggalkan sungai dengan langkah santai. Tak ada yang tau apa yang terjadi malam itu. Karna udara pun dingin dan tak ada yang berniat untuk keluar rumah.

Kei ingin merahasiakan kejadian malam itu. Bahkan jika di depan Ibunya ia masih malu. Setidaknya tunggu setelah Kei mendapatkan pakaian.