webnovel

World of Ruby (Dunia Ruby) Vol.1 by Chynthia D.

Ruby adalah seorang perempuan berusia 26 tahun yang tinggal di dunianya bersama keluarganya. Namun bukan bumi dunianya. Nama dunianya adalah Dandelion Star/Dandion Star. Di Dandion Star, sangat berbeda seperti yang ada di bumi. Disana juga tidak ada hewan. Hanya manusia, hewan, tumbuhan, dan "penjaga". Manusia sudah beradab, berpendidikan. Tumbuhan juga dibudidayakan dengan baik, dengan berbagai varietas. Hewan ada beberapa jenisnya. Penjaga adalah kaum raksasa yang berkepribadian cinta damai dan suka menolong. Kulitnya berwarna hijau laut, berambut panjang hitam bergelombang, bertubuh besar, bermata besar dan tajam dengan bola mata hitam legam. Orang biasa akan menganggap mereka seperti makhluk air, karena punya kemampuan berenang, dan bernapas di air. Para penjaga senang membangun pemukiman di dalam laut. Para penjaga memiliki tingkat keraksasaan yang beraneka macam. Namun tinggi minimal mereka adalah 5 meter, yaitu Kaum Duawi, sedangkan ada kaum lainnya, ada Kaum Sumva, Faga, Amera, yang tertinggi adalah Kaum Raks, dengan tinggi badan 1000mtr. Mereka sangat sedikit bicara, namun tidak suka memimpin, tidak suka tampil, hanya senang tinggal di Dandion Star dan sangat peduli pada kelestarian lingkungan. Dandelion star adalah dunia yang damai. Hampir seluruhnya memakan tumbuhan. Teknologi juga tidak dikembangkan sebagai kesepakatan manusia dan penjaga di Dandion Star. Teknologi dianggap akan menimbulkan malapetaka bagi Dandion Star. Apakah Dandion Star adalah tempat terbaik dan yang sempurna yang ada?

Shin_Shine_9575 · Fantasy
Not enough ratings
1 Chs

World of Ruby (Dunia Ruby): Bagian 1. Dunia. yang tenang

"Tap tap tap", suara langkah kaki seorang perempuan tampak berlari terburu-buru. Ia adalah Ruby, atau Rubion Star nama lengkapnya. Entah kenapa ia memiliki nama belakang Star. Star seperti nama dunianya, Dandion Star, dianggap nama yang cukup keramat, tidak semua orang berani memakai nama tersebut. Ruby sendiri tidak suka menyebutkan nama lengkapnya.

Anak perempuan tersebut berusia sekitar 26 tahun, sudah cukup dewasa memang, dan sudah cukup umur memiliki kartu Identitas sendiri. Ia mendatangi gedung kepengurusan Legun di daerahnya, yakni Oradig. *Legun adalah istilah untuk Gedung kependudukan. Untuk menuju kesana ia menaiki kendaraan seperti motor besar namun modelnya sangat natural dengan hiasan kayu, beroda 2 dan bermesin juga berbahan bakar ramah lingkungan, "Eth 14434 Rubion Str", disana namanya tertulis, ia nampak menghela nafas, namun cukup puas. Ya orangtuanya pernah memberitahunya untuk merahasiakan nama belakangnya, seperti halnya nama ibunya, yaitu Ragha Str.

Seperti ibunya, Ruby bermata hijau terang, rambut panjang cokelat lurus, mata besar, tinggi sedang, badan tidak terlalu kurus. Tidak banyak manusia bermata hijau terang, hanya manusia dari kaum pejuang (Kaum Sorr) yang memilikinya. Kaum lainnya seperti Kaum Blaccan bermata biru dan bekerja di pesisir pantai atau bidang kelautan. Ada pula Kaum Gow yang bermata cokelat agak oranye yang bekerja di hutan/dataran tinggi atau bidang perkayuan hingga perkebunan. Sementara ada Kaum Jiya yang bermata kuning, biasanya bekerja di bidang udara/transportasi/wisata udara.

Kaum Sorr adalah orang-orang cerdas yang biasanya terpilih menjadi pemimpin, di darat atau bidang kependudukan/kemasyarakatan. Hingga ada sebutan Sorrelis (*kenegaraan). Di masa lalu dituliskan peperangan antara Kaum Sorr, dengan Kaum Qah (kaum terasing). Kaum Qah adalah kaum Sorr yang membangkang dan bercita-cita berbuat kerusakan di Dandion dengan alasan teknologi. Kini kaum Qah mengasingkan dirinya di Utara. Namun sejarah tidak bercerita terlalu banyak, hanya tetua tetua Dandion yang mengetahuinya. Manusia pun hidup damai tanpa banyak pertanyaan.

"Berlari seperti kemalingan begitu", ada suara berat dari belakang Ruby, ternyata dia adalah Scott teman Ruby dari kecil. Wajah Ruby tampak riang " Yo, Scotty lihat kartu Identitas sini". Scott memperlihatkan dengan gaya cool dan agak acuh. "Wow, Scott Amassamlade, usia 26 tahun, fotomu terlihat innocent sekali", Ruby tertawa. Namun sebelum pria itu berubah wajahnya karena ledekan, ia menambahkan. " Eh, tapi sangat estesis dan keren, calon Danggoal masa depan" (*Danggoal adalah profesi Pengamat dan Penata Lingkungan di Sorrelis, seperti halnya seorang peneliti, cepat-cepat Ruby menambahkan. Wajah Scott kembali netral, dan acuh, "Terserahlah", katanya sambil membuang muka. Ruby dan Scott sudah seperti saudara, jarang terpisah, merdeka tinggal berdekatan, dan orangtua mereka juga bersahabat.

" Ayo cepat pulang, nanti Bu Ragha mencari-carimu, dan marah-marah padaku", kata Scott. "Ahaha, sebentar saja kita sudah di Sorrian (*sebutan untuk kota), aku mau lihat-lihat buku-buku baru dan tempat-tempat seru yang ada disini," kata Ruby sambil berlari. Scott seperti biasa hanya mengikuti ia juga tidak mau ditanya-tanya orangtua Ruby nanti, sepanjang hari. Scott sungguh anak yang baik dan bertanggungjawab, walau wajahnya selalu tampak bosan dan gayanya cuek terkesan sok keren, ia juga cukup tampan dengan rambut hitam pendek, poni lempar, mata agak sipit dan tajam, tingginya cukup lebih tinggi dari Ruby, dan badan super kurus, namun cukup berotot, mengingat hobinya berpetualang ke alam natural. Ia punya banyak koleksi fotografi alam di kamarnya, yang kadang-kadang dijaili Ruby, dengan diberikan stiker-stiker aneh, dengan tulisan, "aku anak yang keren", " let's go", "pohon adalah kehidupan", " buka matamu", "sebulan lagi kita bertemu lagi, pohon", dan lain-lain.

Scotty hanya diam jika dijaili, yang biasa ia bilang hanyalah "aneh", "apa", "bocah", kata-kata itu-itu saja. Scotty bercita-cita menjadi pengamat lingkungan di Dandion Star, namun tidak seperti Ruby, ia tidak suka menjadi pemimpin. 

"100 cara menjadi pengamat lingkungan yang hebat", gumam Ruby. Tiba-tiba Scott melirik. "Bukankah buku ini terlalu kaku", lontar Ruby. Tapi Scotty masih tetap melirik judul buku tersebut. Ruby bergerak ke rak lainnya, namun diam-diam Scotty mengambil buku itu, tanpa Ruby tahu. Ternyata ia penasaran. 

"Bukunya terlalu kaku...", gumam Scotty menyesal membeli. Ia sudah membaca buku itu hingga habis, namun isinya hanya baris-baris opini tanpa gambaran cerita aktual yang menarik atau baru. Ia pun melempar buku itu ke ujung kamarnya, disana tumpukan buku-buku menggunung seperti menara. Ia sudah senang membaca dari kecil. Mulanya karena sering ikut Ruby ke toko buku di Sorrian.

Ruby dan Scott tinggal di Sorrian Basil (Kota Basil) yang tenang. Setiap hari warganya bekerja di pertanian, perkebunan, perkantoran swasta dan pemerintah yang mengamati tanaman, pohon, varietas unggulan, dan lingkungan. Para Ibu rumah tangga memasak masakan vegetarian dan buah, yang sehat. Makanan kesukaan Ruby adalah Salad Pok (sejenis sayuran dengan rasa seperti buah kentang). Sedangkan Scott menyukai roti dengan selai Kacang Tunai, sejenis kacang tanah yang subur di Basil. Dunia tempat mereka tinggal memiliki aneka ragaman tumbuhan tanpa batas dengan warna warni menarik. Banyak juga wilayah yang masih menjadi misteri. Terutama wilayah dekat kaum para penjaga laut. 

"Scotty aku ingin pergi ke laut hari ini, memperbaharui foto-fotoku", kata Ruby, sambil mendongak ke rumah sebelah, dari rumahnya. Maklum mereka bertetangga. Sengaja Ruby mengikuti hobi foto dari Scotty, namun ia tidak pernah semahir Scotty dalam karya fotonya. "Maksudnya mau mengambil foto telur burung laut lagi?", ledek Scotty. Dengan wajah kesal ia membalas "lihat saja nanti aku bisa dapat objek yang menarik, aku mau berpetualang lebih jauh....", tandas Ruby. Scotty sepertinya kurang menyimak kata-kata Ruby, ia fokus pada pot pot tanaman Braccas yang ia pelihara. Bentuknya seperti kulit naga dan jika beruntung akan berbunga wangi sekali dan indah, bisa terjual mahal juga. Mata Scotty berbinar-binar menatap peliharaannya.

Dengan motornya Ruby sampai dilaut, ia membawa keranjang makanan, memakai jaket dan selendang serta kacamata hitam dan sepatu boots. Terlihat agak lucu tapi begitulah gayanya. Ia menaruh motor di parkiran laut itu, mengambil kunci dengan nomor di penjaga "yow thanks", kata penjaga parkir berkulit gelap. Sampailah Ruby di laut Basil yang indah, warna air yang hijau, cahaya yang hangat, ia foto-foto dan menikmati laut, hampir lupa dengan tujuan semulanya. "ASTAGA", tiba-tiba ia tersadar, hari sudah petang. Ia segera mencari objek yang menarik, tapi hanya ada pasir, burung laut, matahari, orang-orang di pantai. Sudah puluhan kali ia datang dan sudah bosan dengan objek seperti itu. Tiba-tiba ia mendengar kata-kata dari belakang. "Ya betul katanya beberapa turis tewas, pasti penjaga laut yang melakukannya", tukas seorang yang sedang berlibur. "Apa itu benar, mengerikan sekali, kita harus hati-hati disini pada malam hari". Ruby hanya sedikit menyimak tapi matanya berbinar. "Ah, aku akan mengambil gambar para penjaga laut!", teriaknya, ide liar ini muncul begitu saja demi membuat Scotty, temannya terkesan. Ruby pun menunggu hingga malam. Lampu bangunan di sekitar laut mulai terang, orang-orang berkumpul di dalam bangunan dan menikmati kuliner yang dijual. 

Ruby duduk diujung pantai dan mengamati, namun tidak ada yang muncul. Akhirnya ia tertidur. Di rumah Ruby, Ibu Ruby bertanya pada Scott "Kemana Ruby?". Scott menggelengkan kepala, tapi ia tiba-tiba teringat kata-kata Ruby, "foto", "laut", langsung saja ia bergegas. "Tante aku tau Ruby kemana, mungkin keasikan di Toko Buku di Sorellis, nanti aku jemput", kata Scotty. "Trimakasih Nak, nanti Tante buatkan Roti Selai", kata Ibu Ruby. 

Ruby bangun sudah pukul 11 malam, ada suara getaran di tepi pantai, seperti gempa. Ia berkedip dan mengamati. Kaki besar seorang penjaga laut muncul dari jauh, sangat elegan dan tenang, ia pria memakai pakaian dari bahan lembut berwarna putih, dengan mahkota laut, rambut hitam panjang bergelombang, bermata hijau, tinggi sekitar 5meter. Membawa tas anyaman berisi tanaman dari daratan, memang di sebelah pantai adalah hutan bebas, mungkin disana para penjaga berada. Ruby pun memfoto diam-diam, tapi lupa mematikan lampu kamera, "ahh", ia pun histeris. Penjaga tampak menyadari kehadiran Ruby, ia mendekati Ruby. "Siapa kau, apa yang ingin kau lakukan?", tukas penjaga laut itu. Kepalanya mendongak kearah Ruby, Ruby sudah seperti serangga dihadapannya. "Ti...tidak, aku ingin memberimu ini", sambil ia menyerahkan 1 pot Barracas milik Scott, yang ia curi. Warna pohonnya kemerahan. "Oh", kata sang penjaga. Ia mengambil pot itu. "Apa ia suka", tanya Ruby dalam hati. "Terimakasih, pulanglah, di malam hari banyak penjahat", kata raksasa itu. "Oya siapa namamu?!", teriak Ruby. Raksasa itu terdiam sejenak, tapi melanjutkan jalannya. "Minggu depan aku akan kesini lagi!, Aku tidak percaya apa yang orang-orang bicarakan tentang kaummu", teriak Ruby. Raksasa itu tersenyum kecil dan pergi menjauh. 

Sejam kemudian, Scotty datang, mencari Ruby dilaut, tapi laut sudah sepi. Ternyata Ruby sedang menikmati minuman kelapa di dalam bangunan tempat wisata di area dalam. "Hei, Ibumu mencarimu tau!", teriaknya. "Ah ya", jawab Ruby. Mereka pun pulang dengan motor masing-masing. "Minggu depan aku mau kesini lagi!," teriak Ruby. "Apa yang menarik?", kata Scotty. "Tidak...", jawab Ruby, merahasiakan. Scotty pun menjadi curiga. 

Laut dan jalan raya di Dandion berdampingan, dan itu sudah jadi pemandangan biasa. Jalan-jalan Dandion juga naik turun, ada jembatan layang, dan melewati pantai-pantai. Sungguh menarik mata. Dirumah Ruby tidak jadi menunjukkan foto sang penjaga, ia justru menyimpannya sendiri. "Sepertinya pot ku hilang", tukas Scott dari samping rumahnya Ruby. Ruby pun berlari kedalam sambil menahan tawa. 

Seminggu kemudian, Ruby datang ketempat itu lagi, ia menunggu sang raksasa. Waktu sudah pukul 11.30 malam tapi tidak ada yang datang, ia justru menjadi mengantuk. Tiba-tiba ia terbangun, sudah berada di tempat yang aneh, rumah tua, dan tangan kakinya terikat. "A.....apa ini!", teriak Ruby tapi tidak bisa membuka mulut karena mulutnya dibungkam kain. 5 orang bersenda gurau diruang sebelah, sambil menonton tv. "Apakah aku di culik", dalam hatinya bertanya. Barang-barang Ruby diambil termasuk kameranya. "Tidak.. itu milikku yang berharga", isak Ruby. Seorang pemuda mendobrak pintu, "Hai kau sudah sadar!", ia berteriak sambil tertawa. "Besok kau akan kami kirim ke negeri sebrang, pasti hargamu cukup mahal, hahah", ia berkata. "Ia sepertinya tidak akan melawan seperti gerombolan anak-anak kemarin, akhirnya nyawa mereka hilang", salah seorang lainnya berkata. "Penjahat!", teriak Ruby, namun tidak jelas. Salah seorang yang berbadan besar tampak marah, dan ingin memukul, tapi tiba-tiba bumi berguncang. Rumah tua itu hancur, dan tangan besar muncul menarik Ruby. "WAAAaa" mereka berteriak. Raksasa itu adalah sang penjaga laut. Para penjahat pun kocar-kacir, namun sang penjaga memasukan mereka ke dalam tasnya dan mengikatnya diatas pohon. Raksasa itu membawa Ruby segera keluar dari hutan, dan menaruh Ruby di pantai, ia segera pulang ke dalam laut. 

Ruby yang hampir pingsan pun bangun dan mengejar penjaga itu, ia menaruh tasnya di pantai, dibawah pohon, saat itu sudah pagi. Ruby masuk ke laut berenang mengikuti penjaga, tapi ia lupa ia tidak bisa berenang, ia pun tenggelam..

Ruby bangun ditempat yang aneh, terbuat dari kaca, bertirai. Ia ada disuatu ruang raksasa yang aneh namun seperti istana. Ia membuka tirai dan kaget "Aku di dalam laut", ia pun berteriak dalam hati. "Kau bangun..", suara yang datar dan berat terdengar, ia adalah raksasa penjaga laut. "Kau menyelamatkanku", kata Ruby. "Sejenak, hingga kau sadar saja, tadi kau tenggelam dan pingsan, jika kutinggal di pantai, kasihan", kata raksasa itu. "Siapa namamu?", tanya Ruby, " Oh.. terimakasih sekali lagi". Mata Ruby berbinar, "kalau tempat ini ku foto, Scotty pasti kaget", ucap dalam hati Ruby. "Aku Erand Koindi", katanya menjawab. "Makhluk sepertimu baru sekali aku lihat, apa yang kau cari, kau tidak seperti kaummu yang lain, yang menjauhi laut", ia bertanya. Ruby ingin menjawab ia mau mencari foto menarik, tapi tidak jadi. "Ah dimana penjahat sialan itu", sadar Ruby dan berteriak. "Mereka sudah ada ditempatnya", kata Erand. 

Di sisi lain, polisi kota sudah menangkap para penjahat dengan petunjuk dari Erand, polisi pun mengungkap sindikat penjualan manusia itu dengan bukti-bukti yang ada dirumah tua. Dari jauh tampak Ibu Ruby, dan Scotty khawatir karena Ruby hilang. 

"Baik kau akan kuantar pulang, masuklah dalam peti ini, didalamnya ada tanaman yang memberikan oksigen cukup, aku akan membawamu ke daratan," kata Erand. Ruby hanya mengangguk. Peti itu transparan dan berbentuk seperti telur, Ruby masuk kedalamnya. Ruby pun berenang bersama Erand, keluar dari dalam istana penjaga laut itu. Ia terbelalak, betapa besar istana itu, ia di lantai paling bawah, lalu saat menuju ke atas, ada penjaga lain yang membuka gerbang laut, ukurannya sangat besar sekitar 500 meter. Ruby nyaris pingsan. Menuju keatas lagi penjaga semakin kecil ukurannya, 200meter, lalu 100 meter, hingga seukuran Erand. Ada sekitar 12 gerbang laut yang ia lewati menuju keatas. Pemandangan yang luar biasa. "Siapa Erand ini, hingga tinggal di paling bawah istana, tempat yang dijaga banyak penjaga", pikir Ruby. Tapi ia tidak terlalu peduli, ia ingin cepat pulang. 

Di darat Ruby segera mendatangi kerumunan polisi dan orang-orang, ada juga kru tv. Sementara Erand sudah masuk kembali ke laut. Ruby ditanya-tanya dan masuk TV. Ruby hanya menjawab "Aku hampir diculik, dan ada yang menyelamatkanku, tapi aku tidak lihat". Ia mengingat kata-kata Erand, "Jangan bercerita apa-apa tentang kaumnya". Ruby hanya mengangguk. Saat itu, di tempat Stand, ia mengingat, melihat pot Braccas di ruangan yang ia tempati. Tanaman itu disimpan baik, dan tumbuh subur.