webnovel

Bab 19

Saat ini Dyanra dan teman-temannya sedang berada di kantin, untuk makan siang, namun tak lama setelah itu ada siswa perempuan yang menyiram tubuh Dyanra dengan kuah bakso. Kuah bakso itu mengalir dari kepala Dyanra sampai keseragamnya, sehingga membuat seragam gadis itu kotor.

"Lo apa-apaan, ngapain lo nyiram teman gue kayak gitu, dia salah apa sama lo!" teriak Bella, menggebrak meja di hadapan siswa itu, gadis itu sangat kesal karena siswa depannya.

Sedangkan Dyanra hanya menunduk dalam, dan tak lupa dengan semirik jahatnya. Dewa yang melihat itu tau, bahwa gadis itu saat ini sedang marah, dan dia yakin sebentar lagi gadis yang menyiramnya itu akan kehilangan nyawa, namun Dewa tidak peduli, karena dia akan selalu mendukung semua keputusan Dyanra.

"Salah dia ngapain dia kecentilan dengan dokter Raihan, dasar wanita jalang," hina gadis itu. kemudia menuangkan kembali jus ke atas kepala Dyanra.

"Ayo girls kita pergi dari sini," ucap wanita itu, berlalu dari sana bersama dengan kedua orang temannya.

"Rasain lo, itu akibatnya, karena lo, terlalu dekat dengan dokter Raihan," ucap Selly yang melihat semua kejadian tadi, dan sebenarnya yang menyuruh ke tiga orang itu, menyiram Dyanra adalah dia, dengan iming-iming uang dan popularitas, akhirnya ke tiga gadis itu mau di perdaya oleh Selly.

"Lo nggak apa-apa kan Dy, ayo kita ke toilet, kita ganti seragam lo, kebetulan gue masih punya seragam di loker jadi lo pake itu aja ya," ucap Bella membantu Dyanra berdiri, kemudian menuntun gadis itu menuju toilet.

"Ini baju gue, semoga muat ya di lo," ucap Bella, yang datang dengan membawa seragam.

"Makasih ya Bel."

"Iya sama-sama, ya sudah lo ganti baju dulu, gue tunggu di sini," ucap Bella menyuruh Dyanra untuk masuk ke salah satu bilik toilet.

"Sudah?" tanya Bella, yang di jawab anggukan oleh Dyanra. "Kalau gitu kita balik ke kelas, tadi belnya sudah bunyi.

Mereka pun kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran terakhir. Di dalam kelas, Dyanra hanya melamun tanpa memperhatikan penjelasan guru yang ada di depannya, entah apa yang di pikirkan oleh gadis itu. sedangkan Dewa yang berada di samping, heran dengan tingkah gadis itu.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dewa memecah lamunan Dyanra.

"Tidak ada," ucap Dyanra.

Dewa yang mendengar itu hanya menghelah nafas dia tau gadis itu pasti berbohong, pasti ada sesuatu yang telah di rencanakan oleh Dyanra, dan dia yakin itu tidak akan baik.

Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa berhamburan keluar dari kelas, tak terkecuali seorang gadis, yang tadi telah menumpahkan kuah bakso dan juga jus di seragam Dyanra. Gadis itu terlihat bercengkrama dengan teman-temannya dan juga bersenda gurau.

"Aku pulang dulu ya bye," ucap salah satu teman dari gadis itu. "Kalau gitu aku juga ya," ucap yang satunya lagi, kini tinggal gadis itu seorang diri, berjalan di sepanjang trotor, tanpa melihat bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya.

Tak berselang lama, ada seorang pria yang mendatangi gadis itu kemudian membekapnya, karena kondisi jalan yang sedang sepi, tidak ada yang melihat gadis itu di bawa pergi oleh pria itu dengan menggunakan mobil.

Hanya 30 menit lamanya, pria yang menculik gadis itu sampai di sebuah ruangan bawah tanah yang mencekam dan gelap.

"Ini bos!" ucap pria itu, kemudian menghempas tubuh gadis yang sudah terikat itu di depan seseorang yang juga memakai pakaian serba hitam.

"Mau kamu apakan dia Dy?" tanya Dewa yang saat ini sedang berdiri di samping Dyanra. Ya orang yang memakai pakaian serba hitam tadi adalah Dyanra, dia menyuruh anak buahnya untuk menculik gadis yang telah menghinanya.

Dyanra yang mendengar pertanyaan Dewa hanya menyeringai, kemudian menyuruh anak buahnya untuk membuka penutup kepala gadis itu. setelah penutup kepala itu terbuka. Gadis itu tengah tak sadarkan diri akibat bius yang di berikan oleh pria tadi.

"Ikat dia di kursi, dan siram dengan air, agar dia cepat bangun, aku sudah tidak sabar ingin membuat wajahnya kotor sama sepertiku tadi, tapi sepertinya dengan kuah bakso, tidak akan cukup, bagaimana dengan goresan pisau Wa?" tanya Dyanra, namun di balas gindikan bahu oleh Dewa.

Karena pria itu juga tidak tau harus apa, jika dia melarang gadis itu, pasti Dyanra akan marah dan semakin menjadi, jadi lebih baik biarkan saja.

"Engghhh!" lenguh gadis itu terbangun, dan melihat bahwa dirinya terikat di sebuha kursi, dia pun mengedarkan pandangannya, melihat semua orang yang ada di ruangan itu, mencari siapa yang membuatnya seperti itu, namun pada saat tatapan matanya bersibobrok dengan mata Dyanra dia jadi memberontak.

"Lepasin gue jalang!" teriak gadis itu, berusaha melepaskan diri dari jeratan tali, yang mengikatnya.

Mendengar itu Dyanra semakin melebarkan seringainya, dan mendekati gadis yang sedang memberontak itu, setelah itu mencengkram dagu sang wanita dengan kuat, hingga menimbulkan suara ringisan dari wanita itu.

"Dengan keadaan lo yang sudah seperti ini, lo masih berani sama gue, ingat ya, nggak ada yang bisa ngalahin Dyanra termasuk lo dan juga orang yang nyuruh lo!" desis Dyanra, semakin mencengkram dagu gadis itu. "Ambilin pisau gue!" perintah Dyanra pada salah satu anak buahnya.

"Ini bos!" ucap Pria itu memberikan sebuah pisau tajam, yang sekali gores saja, mungkin luka yang di timbulkan akan sangat dalam.

"Lo mau di bagian mana dulu?" tanya Dyanra yang sudah menggesekkan pisau itu di wajah sang gadis.

"Lepasin gue!" teriak gadis itu berteriak di depan wajah Dyanra.

Karena emosi mendengar terikan gadis itu, Dyanra pun segera menggores pipi wanita itu, hingga darah segar muncul dari pipi sang wanita yang merembes keluar.

"Arghhhhh sakit!" teriak gadis itu kesakitan, namun Dyanra seperti tuli saat mendengar teriakan kesakitan itu dan tetap menggores wajah dari sang gadis hingga tidak berbentuk. Kemudian menancapkan pisau itu di perutnya.

Semua orang yang menatap itu seketika jijik dan ingin muntah termasuk Dewa, yang lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain, dari pada melihat perbuatan Dyanra yang membunuh orang.

Dewa tidak tega melihat gadis itu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. bagaimana pun Dyanra adalah orang yang di sayanginya dan jangan lupa bahwa gadis itu juga adalah sepupunya. Dia tidak mungkin melaporkan gadis itu ke polisi.

"Bawa dia, dan buang ke laut, biarkan dia jadi santapan penghuni laut!" perintah Dyanra, setelah itu berlalu dari sana, di ikuti Dewa.

"Arghhhh!" kenapa aku harus kayak ginis sih, stop membunuh Dara, aku mohon aku capek kayak gini terus, aku udah bunuh banyak orang," ucap Dyanra menatap cermin sembari menangis, sedangkan sosok yang ada di balik cermin itu hanya tersenyum miring. "Akukan, sudah bilang, kalau aku nggak akan berhenti sebelum semua dendam kita selesai, dan kamu tau, nggak perlu ngasihanin orang-orang seperti itu, mereka pantas mendapatkannya, kalau kamu nggak sanggup, biarkan aku yang mengambil alih semuanya, kamu hanya perlu menunggu dan berisirahat," setelah berucap seperti itu, kilatan mata Dyanra tiba-tiba berubah menjadi tajam, dan terkekeh sinis.

Dewa yang melihat itu di balik pintu hanya terdiam tidak mampu berkata apa-apa, sosok gadis yang ada di dalam itu bukan lagi Dyanra yang asli, tapi dia adalah alter ego dari Dyanra.

"Masuk jika kamu ingin masuk, jangan mengintip terus," ucap Dyanra dengan suara dinginnya, yang membuat Dewa bergidik ngeri saat mendengar suara itu.

"Apa yang akan kamu lakukan lagi Dara, apa kamu tidak puas membunuh orang dan membuat Dyanra menderita?" tanya Dewa, yang telah duduk di hadapan Dyanra.

"Dyanra tidak menderita, tapi ini pilihannya, dia sendiri, yang memunculkan aku karena kesepian, jadi aku dengan senang hati muncul untuk menjadi tameng dan membantunya. Saat ini Dyanra sedang istirahat di bagian terdalam dari dirinya sendiri. Jadi mulai sekarang aku yang akan melancarkan rencana Dyanra. Kamu cukup diam dan bantu aku dari belakang," ucap Dyanra.

.........

"Apa yang kamu dapat dari penyelidikan perusahaan Joni?" tanya Raihan, yang saat ini sedang berada di kantornya.

"Ternyata Joni, melakukan penggelepan dana yang di berikan oleh investor perusahaanya, untuk kepentingan pribadi.

"Bagus ini bisa menjadi senjata kita nanti untuk menghancurkan pria tua itu."

"Tapi Han, apa kamu tega, menghancurkan perusahaan itu, sementara perusahaan itukan milik Dyanra?" tanya Vino.

"Tapi jika tidak seperti itu, kita tidak bisa menghancurkan tua bangka itu, dan lagi pula jika perusaahan itu bangkrut, kita bisa menyuntikkan dana lagi, jika sudah balik atas nama Dyanra."

"Baiklah kalau itu mau kamu."

..........

"Jadi mau kamu apa sekarang Dy?" tanya Dewa, yang kini menatap Dyanra dengan serius.

"Mau aku, kamu bantu aku menghancurkan om Joni dan juga keluarganya."

"Bukannya saat ini kamu lagi dekat sama anaknya om Joni?" tanya Dewa lagi.

"Iya, dan rencana aku mau memanfaatkan dia untuk kelancaran rencanaku, tapi beberapa hari ini aku tidak melihatnya di sekolah, mungkin saja dia kembali ke kanada," ucap Dyanra.

Beberapa hari ini di sekolah Dyanra sudah tidak pernah lagi melihat keberadaan Andrew, padahal gadis itu sangat membutuhkan pria itu untuk memperlancar rencana, maka dari itu Dyanra curiga, bahwa pria itu di kembalikan oleh papanya ke kanada, lantaran papanya, mengetahui bahwa dia dan Andrew berteman.

"Ya sudah, kalau begitu, kita pulang sekarang aku takut dokter Raihan mencarimu seperti kemarin, aku tidak ingin menjadi samsak tiba-tibanya, karena terlambat membawamu pulang."

Saat ini mereka telah berada di dalam mobil. Dalam perjalanan pulang, tak sengaja Dyanra melihat Selly sedang jalan bersama dengan om-om sepentaran papanya, masuk ke dalam sebuah hotel.

"Apa yang kamu lihat Dy?" tanya Dewa, melihat Dyanra, yang terlihat memperhatikan sesuatu dari jendela mobil.

"Bukannya itu Selly ya, anak pertama paman Joni, kenapa dia bisa ada di sini, dengan om-om lagi, apa jangan-jangan gadis itu jadi simpan om-om," ucap Dyanra curiga. "Aku foto ah, ini bisa menjadi, bahan ancaman untuk gadis itu ketika berani macam-macam dengan kita."