webnovel

Eps. 38 Siapa Yang Beli Parfumku?

"Satu botol lagi, Nona." ucap pria tadi.

Eloise mengira pria tadi hanya akan membeli satu botol parfumnya saja karena harganya mahal, namun ternyata dugaannya salah.

"Mungkin dia memang orang kaya," batinnya, sekali lagi menatap pria itu saat menyerahkan parfum.

Setelah membayar 2 botol parfum yang dibelinya, pria tadi kemudian pergi.

Pria itu menyapukan netranya yang tajam di tengah jalan, menatap beberapa orang di kejauhan.

"Mungkin parfum ini akan membuatku tampil lebih memikat." Ia langsung menyemprot yang dibelinya tadi.

Dan beberapa saat setelahnya, pria itu menghilang.

Kembali ke Eloise yang sudah menggelar lapaknya selama tiga jam lebih.

"Lumayan hari ini laku banyak, padahal niatnya ke sini bukan untuk jualan tapi mencari Erlan."

Eloise melihat sisa botol parfum yang di bawanya tinggal sepertiga bagian saja.

Ia mulai berkemas dan mengemasi semua parfum, memasukkannya dalam tas. Tak lupa ia menggulung karpet kecilnya.

"Mungkin hari ini aku tidak menemukan informasi tentang Erlan, tapi mungkin besok, lusa atau kapan, pasti aku akan menemukan keberadaan pria itu.Tunggu saja."

Eloise kemudian berbalik dan pulang. Di sepanjang jalan dia mengingat kembali pendapatan yang dia dapatkan dari menjual parfum hari ini, yang membuatnya mengulas senyum berulang kali.

***

Di tengah hutan terdengar suatu keramaian. Beberapa orang berlari menghindari kejaran serigala.

"Toloooong!!!"

Seorang pria berteriak nyaring, karena takut dikejar serigala. Tak hanya satu yang mengejar, tapi dua serigala yang mengejarnya.

Antara pria itu dengan dua serigala tadi saling kejar-mengejar.

"Jika aku berhenti berlari maka sudah pasti aku akan menjadi santapan mereka berdua dengan cepat," batinnya, dengan nafas yang mulai terengah.

Jujur, ia merasa sedikit lelah setelah berlari beberapa meter apalagi di usianya yang sudah masuk kepala empat ini.

Namun semua memang ada batasnya dan kali ini dia sudah merasa melewati batas kemampuannya untuk berlari lagi.

Selain jantungnya yang berdetak lebih kencang daripada sebelumnya, keringatnya pun juga sudah membasahi bajunya.

"Pergi kalian! Pergi! Jangan ganggu aku!"

Mendapatkan pengusiran dari mangsanya, bukan membuat serigala tadi pergi namun semakin emosi.

"Toloooong!!" teriaknya lagi, ketakutan. Namun sayangnya tak ada yang datang menolong.

"Rasakan, bersiaplah. Sebentar lagi kami akan mencabikmu!"

Tepat di saat dua serigala tadi bersiap mencabik mangsanya yang sudah pasrah, seseorang datang.

"Berhenti!" seseorang berteriak.

"Oh, untunglah ada yang datang menyelamatkanku. Meskipun itu seorang wanita. Kuharap dia bisa menyelamatkan aku, tidak menjadi mangsa mereka sama sepertiku," batin pria tadi merasa senang dan khawatir bersamaan.

Wanita itu memang Eloise.

Ketika dia mendengar suara teriakan minta tolong, ia segera menuju ke sumber suara yang memang berada tak jauh dari tempatnya berada saat ini. Ia khawatir saja jika itu adalah serangan serigala.

"Ternyata dugaanku benar. Penyerang itu adalah serigala," ucapnya, mengulas seringai tipis.

Ia benar-benar beruntung kali ini tidak mencari serigala tapi ternyata malah bertemu sendiri dengan mereka tanpa perlu mencarinya.

"Apakah Erlan ada di antara mereka?" batinnya, dengan mata berkilat-kilat, tak sabar ingin segera menyikatnya saja.

Eloise maju setelah mengeluarkan busur panah yang sudah ia siapkan dari rumah.

Karena sebelumnya dirinya dan warga dikeroyok oleh beberapa serigala, maka ia memakai senjata itu untuk menyerangnya dari jarak jauh.

"Tapi meskipun hanya dua ekor serigala, panah ini tetaplah bisa digunakan."

Serigala yang hampir saja mengoyak daging mangsanya beralih menatap Eloise dengan mata berkilat-kilat pula. Mereka senang sekali mendapatkan mangsa yang menyerahkan diri dan tentunya lebih lezat dari pria tua tadi karena usianya lebih muda.

Dua serigala tadi bergerak dan beralih menyerang Eloise.

Shat! Tepat di saat mereka berdua bergerak, panah melesat dengan cepat di udara.

Jleb! Dua panah tadi menancap langsung pada dua binatang liar itu.

Selain untuk serangan jarak jauh, Eloise sengaja menggunakan panah sebagai senjatanya untuk melatih kekuatannya setelah latihan beberapa pekan waktu ini.

Tentunya jika sudah menguasai sesuatu tapi tak segera diterapkan maka kemampuan pelan-pelan akan menurun dan akhirnya hilang.

"Apakah hanya segitu kekuatan kalian?" ledek Eloise, berjalan mendekati dua serigala yang kini roboh.

Ternyata dua serigala tadi segera bangkit begitu Eloise tiba di depan mereka. Panah ternyata belum bisa menumbangkan mereka.

Auum! Dua serigala menyalak dengan mata yang membulat lebar dan penuh kebencian juga kerakusan.

"Maju lah kalian!" ucap Eloise malah menantang mereka. Kali ini dia siaga dengan tangan kosong.

"Wanita ini siapa dia? Kenapa bisa melawan werewolf seperti kami?" batin mereka, dengan mata kuning terang yang terlihat terbakar dan semakin terbakar begitu melihat Eloise.

Shat! Kini dua serigala itu melompat dan kini mengepung Eloise.

"Hmm, aroma parfum ini... aroma parfum buatanku," batinnya saat tercium sebuah aroma wangi.