webnovel

Chapter 3 - Bagian 3 Sebuah Impian

Aku berhenti dan melihat ke arah wajah dari orang itu. Orang itu adalah Rio. Dengan rambut pirang yang diwarnainya, kerah dan kancing yang terbuka, dengan tindik dikupingnya, melihatnya sekilas saja aku sudah mengetahui kalau dia bukan siswa yang baik sekalipun.

Dia adalah orang bodoh yang selalu membulyku. Dia juga yang memberitahukan seluruh teman sekelas bahwa aku memiliki tindakan kriminal di masa laluku. Akibatnya, seluruh siswa dan siswi di kelas ini tidak ada yang mau berbicara denganku.

Huh, dia sedang berada di grupnya. Lihatlah dia saat ini, tersenyum kepadaku tanpa alasan yang jelas. Tetapi satu hal yang pasti, dibalik senyumannya dia pastinya sedang merencanakan sesuatu hal buruk kepadaku.

Anggota gengnya juga sama saja, mereka tidak ada yang memiliki sifat yang baik sekalipun.

Aku sesekali berpikir bagaimana orang ini bisa naik kelas. Apakah orang tuanya menyuap uang ke Walikelas sebelumnya untuk bisa naik kelas? Dan juga, kenapa kelas kita bisa bersamaan?

Hidup ini memang begitu kejam, melihatnya saja sudah membuatku muak.

Sesekali aku ingin menghajar wajahnya, tetapi saat ini aku harus bersikap rendah hati dan tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.

Aku menghela nafas, dan melangkah melewati kaki yang berjulur itu dengan menghiraukannya.

Berjalan menuju mejaku, aku kembali menengok ke arah belakang. Seperti dugaanku, tatapannya berubah kesal setelah aku menghiraukannya.

Huh, apa yang sedang kamu pikirkan? Ada apa dengannya? Memangnya apa yang sedang kamu rencanakan?

Aku menaruh tasku dan duduk di kursiku, sedangkan itu Rinon berbalik ke arah belakang dan menghadap ke arahku.

"Kazuto-kun, apakah Rio melakukan hal yang tidak-tidak kepadamu?"

Aku menghela nafas dan menjawab pertanyaannya.

"Tidak mungkin orang bodoh itu berani melakukan hal yang seperti itu kepadaku. Jika dia berani melakukannya, aku akan menghajarnya sampai aku puas, baru aku akan melepaskannya."

"Jadi begitu... Setelah mendengar ucapanmu, aku merasa lega karena Rio tidak melakukan hal yang tidak-tidak kepadamu."

Setelah Rinon baru saja menyelesaikan ucapnnya, seseorang membuka pintu dan memasuki ruang kelas ini. Itu adalah Guru walikelasku.

"Kelas sudah dimulai, aku akan kembali lagi mengobrol denganmu diwaktu istirahat...." Kembali menghadap ke depan.

"Ok..." Balasku, dengan wajah datar.

Semua siswa yang mulanya sedang asyik mengobrol di grupnya, kini kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Aku menaruh lengan tanganku ke meja dan menaruh kepalaku di atas tanganku, sambil melihat ke arah luar jendela yang berada di sampingku.

Pegunungan yang jaraknya lumayan jauh, aku bisa melihatnya dari sini dengan ditutupi oleh Bukit - bukit yang letaknya berada di pinggiran kota ini.

Burung - burung yang berterbangan menuju bukit untuk mencari makanan dan menuju tempat tinggalnya. Pemandangan indah itu membuatku melamun dan mengantuk. Sesekali aku berpikir kenapa pemandangan yang indah seperti ini, bisa ada sesuatu yang kejam di baliknya?

Sebenarnya dunia ini tampak indah, tetapi yang membuatnya tampak buruk dimataku adalah tindakan dari manusianya.

Mereka membuat hal buruk, menindas yang lemah dan melakukan perbuatan keji demi mencapai keinginan dan nafsunya. Nafsu akan duniawi akan menjerumuskannya ke dalam sebuah kabut hitam yang dapat membuatnya jatuh kedalam kegelapan.

Yang miskin akan tetap miskin, dan yang kaya akan menjadi lebih kaya, begitu juga sebaliknya. Yang lemah akan mudah tertindas oleh yang kuat, dan yang kuat akan berdiri di segalanya. Perbedaan pendapat akan menimbulkan rasa kebencian, kebencian itulah yang dapat membuat yang kuat melakukan perbuatan yang diluar batas demi menghilangkan rasa kebenciannya.

Huh, dunia yang damai.... Apakah aku bisa mewujudkannya?