webnovel

With..

Sebuah cerita manis, namun menyakitkan dari ke-tujuh member INFINITE dengan seorang gadis yang mereka temui dengan cara yang buruk. Kebencian yang berakhir pada manisnya cinta, namun tidak mungkin terwujud. Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Bisakah mereka mencegah perpisahan itu? INFINITE - With

aerinn27_ · Teen
Not enough ratings
38 Chs

Part of Memory

Semua orang pasti pernah mencapai titik keputusasaan dari kehidupan mereka. Bagaimanapun kita mencoba untuk menjauh, titik itu pasti kita temukan suatu saat nanti. Disaat manusia berditi di titik itu, mereka hanya memiliki dua pilihan. Menjalani atau mengakhiri. Mungkin presentase banyaknya manusia yang memilih kedua pilihan itu 50:50. Kita tidak tahu bukan apa yang mereka pikirkan? Karena setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Bagi mereka yang memilih untuk mengakhirinya, tentu saja itu menjadi akhir dari cerita mereka. Sementara mereka yang memilih untuk menjalani, mereka punya cara sendiri untuk mengatasi titik itu. Seperti membuka lembaran baru?

Ayolah, membuka lembaran baru itu hanya kiasan belaka. Kenyataannya, kita hanya diberi batu loncatan yang pada akhirnya akan membawa kita pada garis cerita yang sudah ditentukan oleh tuhan. Itu takdir namanya. Seperti yang dialami seorang gadis muda ini. Diusianya yang muda ini, ia sudah mencapai titik keputus asaannya. Dan ia memilih untuk membuka lembaran baru.

Fonis penyakit jantung, kisah cinta, cita-cita dan impian, orang-orang yang ia sayangi. Semua itu membuatnya mencapai titik itu. Hingga Tuhan memberinya sebuah batu loncatan. Choi Aerin. Gadis manis yang terlahir dari keluarga kaya dan bahagia. Semua yang Aerin inginkan dengan mudahnya ia dapatkan. Hingga ia mulai beranjak dewasa. Semua yang ia inginkan, harus dibuangnya begitu saja.

Cita-cita menjadi seorang sarjana sastra jepang, hanya sekedar impian belaka. Ayahnya tidak mengijinkannya untuk itu. Dan memaksanya untuk mengambil jurusan manajemen. Sebagai anak yang baik, tentu saja Aerin harus menurut bukan?

Sejak sepupu satu-satunya itu menemukan impiannya, Aerin ikut bahagia untuk itu. Namun semua waktu yang biasa mereka habiskan bersama, hilang sudah. Aerin merasa sendirian. Tidak ada teman yang berada disisinya, ayahnya melarang itu. Hingga ia bertemu dengan seorang namja yang mengubah dunianya. Ya, pada akhirnya mereka menjalin hubungan percintaan mereka. Namja itu, adalah putra sahabat ayahnya. Aerin akhirnya menemukan kebahagiaannya. Namun bukan namanya hidup jika semuanya berjalan dengan lancar.

Di fonis mengidap penyakit jantung. Tentu saja itu memukul hati Aerin dengan keras. Mengetahui kenyataan bahwa ia tidak akan bertahan lama, membuatnya memilih untuk menjauh dari dunia. Dan ketika itu pula, kekasihnya menjauh darinya. Sakit? Tentu saja! Hanya saja, Aerin tidak ingin egois. Toh hidupnya tidak lama lagi, dan ia ingin kekasihnya itu hidup bahagia tanpanya.

Hingga ia bertemu dengan seorang malaikat tampan yang mencuri hatinya. Baik dan lembut. Aerin menyukai namja itu. Namja yang menginap di rumah sakit yang sama dengan ayahnya yang sedang sakit juga. Berkat namja itu, Aerin mendapatkan cahanya lagi. Hari-hari yang ia habiskan dengan namja itu, Aerin sangat bersyukur dipertemukan dengan namja itu. Hingga suatu hari ia mengetahui kenyataan yang menghantam hatinya. Malaikat tampan yang ia temui di rumah sakit, namja itu sahabat kekasihnya. Aerin merasa berdosa.

Hingga ia bertemu dengan Jo Youngmin. Namja yang menaruh hati padanya. Karena tidak ingin merepotkan keluarganya, Aerin memutuskan untuk bersama Youngmin. Pertunangan mengikat mereka. Walaupun Aerin tidak menginginkannya. Mungkin ini keputusan yang benar, pikirnya. Menghapus ingatannya tentang kekasihnya dan namja yang ia temui di rumah sakit, Aerin ingin memulai lembaran barunya dengan Youngmin. Namun itu hanya sementara. Hingga namja yang mulai ia sukai, menyakitinya. Tidak mendapat pengakuan dari janin yang dikandungnya, membuat Aerin terpaksa meninggalkan Youngmin. Dan disanalah Aerin mengalami kecelakaan. Ia harus kehilangan janinnya.

Aerin yang terkapar tidak berdaya, ditemukan oleh Sunho, salah satu manajer kepercayaan Lee Jungyeop. Sunho membawa Aerin kerumah Jungyeop. Jungyeop dan Sunho merawat Aerin penuh sayang, hingga Aerin merasa lebih baik. Mungkin kah ini lembar barunya? Tidak, karena tuhan hanya akan memberinya sebuah batu loncatan. Batu loncatan yang akan membuat Aerin tidak terjatuh dan membuatnya dapat melangkah ke tempat yang lebih baik.

Aerin tengah berjalan santai menuju taman yang tidak jauh dari rumah Jungyeop. Ditempat inilah Aerin biasa menghambiskan sore harinya dengan nyaman. Melihat anak-anak berlarian dan tertawa. Aerin merasa bahagia. Namun bukan hanya itu yang membuatnya ingin selalu berada di taman itu. Sudah tiga hari Aerin menyadari ada seorang namja yang selalu memperhatikannya. Bahkan namja itu mengambil gambarnya secara diam-diam. Lucu sekali. Dan hari ini, Aerin ingin mengetahui siapa namja jahil yang telah mencuri perhatiannya.

"Annyeong(hai)." Sapa Aerin pada namja yang tengah terkejut melihat kedatangan Aerin. namja itu salah tingkah begitu Aerin tertawa kecil kepadanya. Benar saja, di bangku yang kini ia duduki, adalah bangku yang biasa ia duduki untuk memperhatikan Aerin secara diam-diam. Dan kini, Aerin berada dihadapannya? Tidak sedikitpun namja ini memikirkan hal itu.

"Aa..ahh.. annyeong.." Sapanya tergagap.

"Bolehkah aku duduk disini? Aku bosan duduk sendirian disana." Ujar Aerin ramah dengan senyuman mautnya. Seseorang tolonglah namja ini.

"Tentu saja. Silahkan." Ujarnya seraya menggeser tasnya agar Aerin bisa duduk disampingnya.

"Tunggu dulu! Kau Dokter Jisoo kan? Tapi kenapa rambutmu menjadi oranye begitu? Kacamata dokter?" Seru Aerin serasa menatap namja ini dari berbagai sudut. Benarkan Aerin mengenal namja ini?

"Aniya. Namaku Joshua. Aku baru saja kembali dari LA. Jadi aku bukan orang yang kau kenal." Jelas namja bernama Joshua itu. Aerin masih memandangnya curiga.

"Mana mungkin aku salah. Kau mirip sekali. Hanya berbeda rambut dan tanpa kacamata." Aerin menyangkal Joshua. Joshua pun mengeluarkan selembar kertas kecil dan disodorkannya pada Aerin.

Aerin mengambil kertas itu, lalu detik kemudian Aerin terkekeh kecil. "Maafkan aku. Aku pikir kau orang yang sama. Joshua H. Kau lebih tua dariku. Maafkan aku Joshua-ssi." Sesalnya. Joshua mengibaskan tangannya seraya menggeleng cepat.

"Tidak apa-apa. Kita memiliki 7 orang berwajah sama seperti kita di dunia ini. Jadi mungkin kau bertemu dengan salah satu dari mereka? Mungkin saja." Sangkal Joshua. Aerin hanya mengangguk mengerti.

"Aerin. Itu namaku. Aku rasa kita akan sering bertemu. Kau selalu kemari setiap sore bukan?" Entah kenapa, Joshua seperti penguntit yang tengah tertangkap basah. Memang benar ia sedang tertangkap basah saat ini. Digaruknya tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku ketahuan ya?"

"Tentu saja! Aku melihatmu. Kau selalu duduk disini dan memperhatikanku. Kau tahu aku sedikit terganggu dengan itu. Kenapa kau tidak menghampiriku? Jadi aku yang kini menghampirimu. Apa kau mengenalku?"

"Tidak. Aku tidak mengenalmu. Aku hanya tertarik saat kau datang dengan perban yang hari demi hari semakin berkurang. Kau selalu tersenyum dan tertawa begitu sampai disini. Kau seperti orang gila." Goda Joshua. Aerin tidak percaya dengan apa yang dikatakan Joshua. Dengan tangan kecilnya Aerin mencubit pinggang Joshua.

"Kau jahil sekali Josh-ssi.." Desis Aerin.

"Aku suka panggilan itu." Serunya. Mereka pun tertawa bersama. Menyenangkan sekali.

"Aku kabur dari rumah pamanku. Bukan kabur seperti yang kau bayangkan. Aku hanya kabur sebentar untuk jalan-jalan. Membosankan berada dirumah sepanjang hari. Paman tidak mengijinkanku keluar, padahal aku sudah merasa lebih baik. Dan hari ini aku merasa lebih baik karenamu Josh-ssi." Ujar Aerin lembut.

Joshua membeku. Hatinya berdesir. Seperti ada jutaan bunga yang sedang bermekaran dihatinya saat ini. mungkin wajahnya sudah memerah saat ini. "Aku menyukaimu." Guman Joshua dalam hati. Dan sejak itu mereka selalu menghabiskan sore hari mereka bersama. Hingga suatu hari dimana Aerin sudah mendapatkan kesehatannya kembali. Dengan jantung berdetak kencang, Aerin berjalan memasuki gedung Woollim ent. Gedung dimana Lee Jungyeop bekerja. Di ruangan itu, Aerin bertemu dengan Jungyeop.

"Aku mohon terimalah permintaanku. Aku tidak ingin terus menerima semuanya tanpa memberi apapun. Aku akan melakukan semuanya." Pinta Aerin setelah memberikan sebuah map berisi surat perjanjian pada Lee Jungyeop. Ini sudah kali keempat Aerin memohon kepada Jungyeop, namun Jungyeop selalu menolak permintaannya. Hingga hari ini, Jungyeop tidak tega melihat Aerin yang terus memohon padanya. Dengan berat hati Jungyeop menyetujui perjanjiannya dengan Aerin.

"Baiklah. Aku akan menandatangani surat perjanjian ini. Tapi kenapa kau harus menulis seperti ini? aku tidak ingin membelimu."

"Biaya kuliahku akan mahal, jadi jika dengan aku bekerja disini saja tidak akan cukup. Jika aku dibeli, setidaknya jumlah itu pantas untuk biaya yang dikeluarkan." Sahut Aerin. Jungyeop hanya bisa mendengus pasrah. Aerin benar-benar keras kepala.

"Baiklah. Tapi hanya delapan bulan. Setelah itu kau harus kembali." Pasrah Jungyeop kemudian menandatangani surat perjanjian jual beli yang diberikan Aerin padanya.

"Gamsahamnida(terimakasih)."

"Kemasi barang-barangmu. Aku akan memberikan alamatnya. Aku akan memberikanmu kepada mereka. Dan aku harap kau bisa mendapatkan salah satu dari mereka. Ini permintaan pribadi kau tahu." Goda Jungyeop diakhir kalimatnya.

"Hahaha. Aku tidak akan melakukannya. Mereka majikanku. Aku permisi dulu." Pamit Aerin dan kemudian meninggalkan Jungyeop diruangannya. Sore ini, ia harus berpamitan dengan Joshua.

Aerin sampai di taman lebih dulu. Sebuah kotak kecil berwarna putih dengan pita biru tua yang membungkusnya. Aerin ingin memberikan hadiah kecil ini untuk Joshua. "Josh-ssi!" Panggil Aerin begitu melihat Joshua berjalan tidak jauh darinya. Joshua melambai lalu berlari ke arah Aerin. Senyum lebar tidak bisa lepas dari wajah Joshua begitu ia bertemu dengan yeoja yang menarik hatinya. "Sudah menunggu lama?" Tanya Joshua setelah mendudukan dirinya disamping Aerin. Aerin menggeleng. Disodorkannya kotak kecil yang sedari tadi dipegangnya.

"Ini. Aku harap kau suka. Jangan buka sekarang. Buka begitu Josh-ssi sudah berada dirumah." Ujar Aerin setelah Joshua menerima kotak itu. Joshua memandang bingung ke arah Aerin. Hari ini, ada sesuatu yang aneh pada Aerin.

"Kenapa tiba-tiba memberiku ini?" Tanya Joshua sedikit curiga. Dan benar saja.

"Besok dan seterusnya, mungkin aku tidak bisa menemuimu disini lagi. Aku harus pindah. Tapi jika ada waktu, aku akan berkunjung kemari. Josh-ssi juga. Jangan kemari setiap hari. Kau tidak akan menemukanku disini." Ujarnya. Dengan susah payah Aerin menahan emosinya. Ia tidak boleh terlihat sedih dihadapan Joshua.

"Baiklah. Walaupun kau melupakkanku, aku tidak pernah berniat untuk melupakkanmu. Mungkin kita akan bertemu lagi seperti takdir yang mempertemukan kita dulu." Joshua mencoba menghibur dirinya. Mengetahui kenyataan bahwa ia tidak akan bisa bertemu dengan Aerin membuatnya sedih. Hatinya terasa begitu perih.

"Lalu kau akan menguntit padaku seperti dulu? Aku akan melaporkanmu Josh-ssi." Canda Aerin mencoba mengusir suasana yang menyedihkan ini.

"Tentu saja aku akan menguntit padamu. Tunggu saja suatu hari nanti. Dan aku akan membayar pengacara untuk mengeluarkanku dari penjara." Sahut Joshua mengimbangi candaan Aerin. Mereka pun tertawa bersama.

Sore hari yang indah ini. Sore hari terakhir yang mereka lalui bersama. Joshua, namja yang mampu membawa Aerin kembali ke permukaan. Membuat Aerin dapat melangkah lebih jauh untuk melanjutkan hidup yang lebih baik. Tentu saja. Joshua adalah batu loncatan yang Tuhan berikan untuk Aerin. Dan tanpa Aerin sadari, begitu ia melompat meninggalkan batu loncatan itu, ia akan kembali berjalan di jalan hidupnya yang semula. Kehidupannya akan berlanjut. Karena itu sudah takdirnya.

Minggalkan Joshua dan melanjutkan hidupnya. Mungkinkah Aerin bisa bertemu lagi dengan Joshua? Entahlah. Toh Aerin masih berpikir hidupnya tidak akan berlangsung lama. Dan apa pun yang terjadi, Aerin akan menghadapinya. Mungkin keputusan yang ia buat terdengar gila. Namun Aerin tidak peduli. Disini, dan sekarang. Aerin bebas melakukan yang ia mau. Tanpa ada ayahnya yang melarangnya. Aerin kembali mengukir cita-cita yang sudah lama ia buang. Karena ini adalah kesempatan terakhirnya.

"Kau sudah siap? Aku akan mengantarmu ke alamat itu." Tanya Sunho setelah membantu Aerin berkemas-kemas. Aerin hanya mengangguk. "Aku ingin memastikan semuanya sudah terbawa." Jawabnya.

Aerin memandang kamar yang ia tinggali beberapa hari ini. Semuanya sudah rapi. Walaupun barang-barang milik Aerin sudah tidak ada dikamar ini, namun jejak dan kenangan Aerin selama disini tidak bisa terhapuskan.

"Aku akan merindukan kamar ini." Lirihnya. Aerin pun melangkahkan kakinya keluar kamar ini dan menuju ke tempat dimana Sunho sudah menunggunya. Dan di tempat lain, dijalan ceritanya selanjutnya, banyak hal yang sudah menunggunya.

INFINITE – With..