TERNYATA yang datang bukan lain daripada Iblis
Gemuk yang tadi telah bertempur dengan si orang tua
berbadan kurus. Kali ini dia datang bukan sendirian,
tapi bersama seorang laki-laki berbadan tinggi yang kurus
luar biasa, lebih kurus dari si orang tua sendiri. Keadaan
tubuhnya serta tampangnya yang mengerikan persis
seperti jerangkong hidup. Seperti Iblis Gemuk, manusia ini
pun menguncir ke atas rambutnya yang gondrong dan dia
bukan lain daripada Iblis Kurus, kakak kandung dan kakak
seperguruan Iblis Gemuk. Iblis Kurus memang memiliki
ilmu kepandaian yang jauh lebih tinggi daripada Iblis
Gemuk. Karena itulah Iblis Gemuk telah mencari kakaknya
itu di kaki gunung dan membawanya ke tempat si orang
tua melanjutkan pertempuran yang telah terjadi sebelum–
nya!
Si orang tua yang tadi sudah hendak mencangkung
untuk melanjutkan pekerjaannya, mendengar suara seruan
nyaring itu segera berdiri.
"Hem... kau betul-betul datang menepati janji, Iblis
Gemuk!" kata si orang tua sambil melirik pada Iblis Kurus.
Iblis Kurus memandang mencemooh.
"Adikku, apakah ini manusianya yang telah berani
turunkan tangan lancang terhadapmu?!"
"Betul, memang dia bangsatnya!" sahut Iblis Gemuk.
Iblis Kurus memperhatikan lukisan di belakang si orang
tua. Lukisan itu memang bagus sekali serta merangsang.
Tidak salah kalau adiknya demikian tertarik dan meng–
inginkannya.
"Manusia kurus cacingan macam ini saja kau tidak
sanggup menghadapi. Betul-betul membuat nama besarku
menjadi luntur!"
Si orang tua tertawa dingin.
"Tampang dan tubuhmu jauh lebih buruk dari aku, Iblis
Kurus. Karenanya tak perlu mencela orang lain..."
"Kakakku, kurasa tak perlu kita bicara panjang lebar
dengan bangsat tua ini. Mari kita musnahkan dia!" ujar
Iblis Gemuk.
Si orang tua tertawa mengekeh. "Nyalimu melembung
besar kembali Iblis Gemuk! Tentu kau mengandalkan
kakakmu ini, bukan?!"
"Orang tua keparat! Ajal sudah di depan mata masih
bisa bicara sombong!"
Si orang tua berpaling pada Iblis Kurus lalu berkata,
"Sobat, nama besar kalian berdua sudah lama kudengar.
Antara kita tak ada permusuhan..."
"Sesudah kau berani berlaku lancang terhadap adikku,
apakah itu bukan berarti permusuhan?!" potong Iblis
Kurus.
"Itu salah adikmu sendiri!" sahut orang tua itu dengan
nada sabar. "Dia inginkan lukisanku. Aku menolak. Dia
memaksa malah lakukan kekerasan. Salahkah kalau aku
memberi sedikit pelajaran padanya?!"
"Tapi tidak seorangpun yang boleh turun tangan
seenaknya terhadap Dua Iblis Dari Selatan!" tukas Iblis
Gemuk.
Si orang tua tertawa mengejek.
"Sifat manusia memang banyak yang aneh," katanya.
"Ingin menggebuk orang lain, tapi digebuk tidak mau!"
Iblis Kurus rangkapkan tangan di muka dada.
"Orang tua, sebaiknya kau serahkan saja lukisan itu
pada adikku. Niscaya kami Dua Iblis Dari Selatan tidak
akan bikin urusan menjadi panjang!"
Orang tua itu geleng-gelengkan kepala.
"Heran," katanya, "mengapa di dunia ini masih banyak
manusia-manusia yang ingin memaksakan kehendaknya
terhadap orang lain..."
"Kau mau serahkan lukisan itu atau tidak?!" bentak
Iblis Kurus. "Kalau begitu lekas terangkan namamu! Aku
tidak pernah membunuh manusia tanpa tahu nama atau
julukannya sekalipun manusia tak berguna macam kau!"
Si orang tua tertawa panjang tapi kali ini tawanya
bernada rawan.
"Seharian ini banyak sekali orang-orang yang ingin tahu
namaku," katanya. "Padahal semua manusia dilahirkan
tidak bernama..."
"Jangan ngaco! Lekas beritahu namamu!" hardik Iblis
Kurus sambil maju satu langkah.
Sebagai jawaban maka kali ini orang tua aneh itu
keluarkan serangkaian nyanyian:
Puluhan tahun mengembara
Tiada berumah tiada bertempat tinggal
Delapan penjuru angin penuh dengan keindahan
Bukankah pekerjaan baik, melukis segala yang indah?
Mendengar suara nyanyian itu terkejutlah Dua Iblis Dari
Selatan. Mereka saling pandang sejenak.
"Jadi rupanya kaulah Si Pelukis Aneh yang selama ini
malang melintang dalam dunia persilatan?!" ujar Iblis
Kurus. Hatinya berdebar juga mengetahui siapa adanya
manusia di hadapannya, tapi dia tidak takut
Si orang tua yang memang Si Pelukis Aneh adanya
mengusap-usap dagunya.
"Sungguh tiada diduga hari ini Dua Iblis Dari Selatan
akan berhadapan dengan Si Pelukis Aneh akan pasrahkan
jiwanya di tanganku!" Si pelukis Aneh tertawa panjang-
panjang. "Rupanya hari ini aku terpaksa mencabut pan–
tangan membunuh yang sejak lama kulakukan. Orang lain
hendaki jiwaku, mana mungkin aku berpangku tangan...?!"
"Bagus! Sekarang terima jurus pertama ini kunyuk tua!"
teriak Iblis Kurus dan dengan serta merta menyerang ke
muka.
Dibandingkan dengan Iblis Gemuk yang kepandaiannya
sudah tinggi maka Iblis Kurus jauh lebih tinggi lagi ilmu
silatnya. Tahu menghadapi lawan yang tangguh maka Iblis
Kurus keluarkan jurus-jurus terhebat dari ilmu silatnya
sehingga dalam waktu yang singkat serangannya laksana
hujan bertubi-tubi melanda tubuh Si Pelukis Aneh!
Dalam lima jurus pertama Si Pelukis Aneh dibikin
terdesak hebat. Kesempatan ini dipergunakan oleh Iblis
Gemuk untuk bergerak mengambil lukisan perempuan
telanjang yang tersandar di batu!
Meski dalam keadaan terdesak, si Pelukis Aneh masih
sempat melihat gerakan lawannya yang satu itu. Maka
dengan melengking tinggi orang tua ini melompat sejauh
dua tombak lalu menukik laksana kilat dan lancarkan satu
tendangan ke arah Iblis Gemuk.
Iblis Gemuk terpaksa batalkan niatnya untuk mengam–
bil lukisan itu dan buru-buru menyingkir karena angin
tendangan lawan deras dan bahayanya bukan olah-olah!
Baru saja Si Pelukis Aneh jejakkan kakinya di tanah,
maka Iblis Kurus telah menyerbunya dengan dua ten–
dangan, dua pukulan!
Namun kali ini Si Pelukis Aneh telah rubah permainan
silatnya. Matanya yang tajam dan penuh pengalaman itu
sudah melihat kelemahan-kelemahan ilmu silat lawan.
Maka sekali tubuhnya berkelebat, Iblis Kurus merasakan
desakan serangan yang hebat sekali membuat dia
selangkah demi selangkah dan jurus demi jurus terdesak
hebat. Dia sama sekali tak dapat melihat gerakan lawan
dan tahu-tahu tangan atau kaki orang tua itu sudah berada
dekat kepala atau tubuhnya! Hanya dengan mengandalkan
ilmu meringankan tubuhnya yang sempurnalah maka dia
masih sanggup elakkan semua serangan lawan itu! Tapi
sampai beberapa lama dia sanggup bertahan?!
Iblis Kurus menjadi gemas sekali. Semakin lama se–
akan terdesak dia. Gerakan lawan yang campur aduk tak
bisa dilihatnya mengacaukan serangan serta jurus-jurus
pertahanannya yang terlihai. Iblis Kurus keluarkan keringat
dingin sewaktu dirinya didesak hebat ke tepi jurang! Setiap
dicobanya untuk melompat ke samping selalu dia berha–
dapan dengan tendangan-tendangan atau jotosan-jotosan
lawan yang menyambar di muka hidungnya hingga dia
terpaksa membatalkan niatnya untuk melompat ke
samping! Dalam pada itu, detik demi detik tepi jurang
semakin dekat juga. Dalam jurus pertempuran yang kelima
belas tepi jurang yang terjal itu hanya tinggal beberapa
langkah saja lagi di belakangnya!