webnovel

TIDAK BISA LARI

"Jeff, darimana saja kau? Aku mencarimu dari tadi." Sambut Elle yang langsung memberondongi pertanyaan kepada Jeff yang baru saja memasuki kelas.

"Hanya menyelesaikan sedikit urusan," jawab Jeff santai.

Sementara itu Elle nampak mengernyitkan dahinya penasaran. Mengapa Jeff jadi begitu misterius? "Urusan apa?"

Jeff menggeleng lalu mengacak surai rambut Elle. "Sejak kapan seorang Elle William menjadi gadis yang cerewet, hmm?"

"Dari lahir dia memang sudah cerewet," sambung seseorang yang juga baru saja memasuki kelas bersama satu orang lagi.

"Diam kau Andrew! Mengapa kau datang kemari?! Pergi sana!" usir Elle kesal.

"Aku kemari karena ingin mengunjungi Jeff, bukan kau-wlek!" sengit Andrew.

Elle menggerutu kesal karena Andrew yang selalu membuatnya kesal setiap kali mereka bertemu. Ia tahu sekali melihat dari sikapnya, kalau Andrew tidak menyukainya berbeda dengan Lucas dan Jeff yang memperlakukannya dengan sangat lembut.

"Aku tahu kau kemari hanya ingin mencari masalah denganku, iyakan? Aku tahu niatanmu, tukang onar!"

Andrew berniat akan membalas tuduhan Elle padanya, tapi intrupsi Jeff mau tidak mau membuatnya mengurungkan niatannya yang ingin membalas tuduhan Elle dengan kalimat pedasnya. Ia, Lucas dan Jeff bersahabat sejak kecil karena keluarga Jeff menanamkan sahamnya di perusahaan keluarga mereka, sementara itu Elle mulai bergabung dengan mereka disaat keluarga Jeff juga menanamkan sahamnya di perusahaannya. Dibalik persahabatan mereka memang ada kerja sama di antara keluarga mereka.

Dan entah mengapa dari awal Elle bergabung, ia sama sekali tidak menyukai gadis itu. Andrew merasa jika Elle adalah gadis yang suka mencari perhatian terlebih lagi kepada Jeff. Kejadian kemarin bukanlah yang pertama dilakukan Elle untuk membuat dirinya dan Lucas tidak mengikuti ajakan Jeff, agar gadis itu bisa leluasa berduaan dengannya. Dia benar-benar licik, makanya Andrew sangat kesal padanya, tapi ia lebih kesal lagi jika Jeff ataupun Lucas membelanya mati-matian.

"Sudah, sudah. Aku heran, kenapa setiap kali bertemu kalian berdua selalu saja bertengkar."

"Dia yang mulai duluan!" sela Elle tidak terima.

"Apa? Cih. Dasar gadis lic--"

"Andrew! Apa kau tak mendengarkan ucapan Jeff barusan? Sudahlah," potong Lucas.

Andrew memberengut kesal dan tanpa berkata-kata pergi keluar dari kelas itu. Ia kesal karena selalu dirinya yang disalahkan, padahal dari awal Elle lah yang menuduhnya.

"Andrew! Aku akan menyusulnya!" pamit Lucas pergi mengikuti Andrew dan meninggalkan Elle serta Jeff berduaan di kelas itu.

Sepeninggal Lucas dan Andrew, Elle pun tersenyum menang. Itulah akibatnya jika sudah membuatnya kesal. Karena berhubung sekarang tidak ada gangguan lagi, akhirnya ia dan Jeff bisa berduaan lagi. Lantas ia pun memberingsut untuk mendekat ke arah Jeff dengan menggelayut manja di lengannya.

"Jeff, nanti kita jalan lagi ya? Hanya berdua."

"Tidak, aku tidak bisa," tolak Jeff halus.

"Kenapa? Kau bosan jalan berduaan denganku?"

Jeff menggeleng. "Bukan begitu, hanya saja aku sudah punya janji dengan orang lain."

Janji? Cih. Pasti sudah janjian dengan Andrew dan Lucas. Batin Elle menebak.

"Kalau begitu aku ikut."

"Tidak bisa."

"Kenapa tidak bisa? Pokoknya aku mau ikut!"

Elle tersenyum licik, ia tahu jika dirinya sudah mengeluarkan jurus keras kepalanya biasanya Jeff akan luluh.

"Tidak, Elle. Untuk kali ini tidak bisa. Kita jalan lain kali saja, ya?"

Elle nampak melipat tangannya di depan dada sambil mengerucutkan bibirnya kesal karena kesal Jeff tidak luluh seperti biasanya. Bahkan lelaki itu terus menolaknya, hal itu membuatnya kesal.

"Kau hanya bertemu dengan Andrew dan Lucas saja, kan? Mengapa aku tidak boleh ikut? Aku kan juga temanmu, pasti Andrew menghasutmu, kan?"

"Tidak!"

"Apa maksudmu tidak? Akui saja Jeff. Aku tahu sifat busuk lelaki--"

"Elle! Jangan asal menuduh Andrew!" ucap Jeff mulai marah. Elle yang menyadari Jeff yang seperti itupun membuatnya berdiri gugup. Tidak, ia tidak mau membuat Jeff marah padanya.

"Jeff, maafkan aku. Aku tidak bermaksud bersikap kekanakkan," lirihnya.

Jeff pun menghela nafas. "Aku tahu kau dan Andrew memang tidak akur, tapi kau tidak boleh menuduh Andrew sembarangan seperti itu. Lagipula aku nanti bukan mau bertemu dengan mereka berdua kok."

"Apa? Lalu kau akan bertemu dengan siapa?"

Pasalnya Elle sangat mengenal Jeff. Lelaki itu tidak memiliki teman lain selain mereka bertiga.

Sementara itu, Jeff mulai duduk tidak nyaman di tempatnya, ia sedikit tidak suka kalau ada seseorang yang mulai ikut campur dengan urusannya.

"Elle, tidak semua hal yang aku lakukan bisa kau ketahui, kan?" jawabnya dingin.

Elle terhenyak kaget akan tanggapan dingin Jeff, hatinya sakit. Tapi rasa sukanya pada Jeff dan rasa takut jika lelaki itu berubah sikap padanya membuatnya merendahkan egonya. Ia menunduk sedih.

"Maaf, Jeff. Aku hanya ingin tahu kemana kau pergi dan dengan siapa, itu saja."

Dan percakapan mereka harus berhenti sampai disana karena suara bel masuk sudah terdengar dan otomatis para murid penghuni kelas itu mulai masuk ke dalam kelas mereka.

****

"Baiklah, pelajaran kali ini kita akhiri sampai disini. Sampai bertemu di pelajaran selanjutnya, anak-anak."

Setelah seorang guru itu keluar dari kelas, para penghuni kelas itu bergegas memasukkan buku mereka ke dalam tas masing-masing. Termasuk Lilia yang menggendong tasnya di belakang punggung untuk pulang ke rumahnya, namun mengingat kejadian di atap sekolah tadi, sepertinya niatannya untuk pulang cepat tidak bisa ia realisasikan.

"Apa aku tidak usah menurutinya saja ya? Aku bisa langsung pulang dan tidak memperdulikan permintaannya. Lagipula dia juga tidak punya bukti aku sedang melakukan itu karena seingatku dia tidak membawa ponselnya tadi."

Lilia menjentikkan jarinya dan tersenyum girang. Benar, mengapa ia baru menyadarinya sekarang? Lelaki itu tidak membawa ponselnya saat menangkapnya basah, artinya dia tidak memiliki bukti apapun.

Mengapa ia harus takut? Lilia bisa tersenyum sekarang setelah menekuk wajahnya selama pelajaran terakhir karena terlalu mengkhawatirkan hal ini, bahkan gurunya sampai menegurnya karena ekspresinya tadi. Lilia menggeleng-gelengkan kepalanya menyadari kebodohannya.

Selama perjalanan menuju depan sekolah menuju jemputan mobilnya, Lilia tak berhenti bersenandung senang. Moodnya sudah kembali baik sekarang, bahkan kejadian di atap gedung sekolah tadi sudah mulai terlupakan dan ia juga sudah memiliki rencana untuk melihat koleksi blue filmnya di rumah nanti. Ia jadi tidak sabar.

Namun langkahnya terhenti ketika ia akan melewati parkiran sekolah, karena sebelum menuju gerbang sekolah, ia harus melewati parkiran lebih dulu. Perasaan khawatir mulai menggerayanginya, ia takut bertemu dengan lelaki tadi. Tapi ia menggeleng, dia tidak akan berhasil menemuinya. Karena ia sudah menyiapkan rencana saat di kelas tadi. Untung saja tadi ia berinisiatif memakai hoodie walaupun cuaca dalam keadaan panas, tapi ia memiliki alasan mengapa memakai hoodie ini. Ia pun mulai membenarkan fungsi penutup kepala yang dimiliki hoodienya dengan memakainya di kepalanya, ia tersenyum licik, dengan begini lelaki itu tidak akan mengenalinya. Setelah merasa cukup menutupi kepalanya, Lilia berjalan santai melewati parkiran.

Dan benar saja, ia berjalan tanpa hambatan sekarang. Sebentar lagi ia akan melalui gerbang untuk keluar dari pelataran parkir. Kurang beberapa langkah lagi ia bebas, tapi tiba-tiba tubuhnya tertarik ke belakang ketika seseorang menarik tas gendongnya dengan kuat sampai tubuh belakangnya menubruk tubuh si pelaku. Lilia merinding, perasaannya tidak enak.

"Kau pikir bisa kabur dariku dengan mudah?" Suara itu nampak tidak asing.

Lilia mau tidak mau menoleh ke belakang dan dugaannya benar, dia lelaki tadi. Dan sekarang dia memasang senyum yang begitu menyebalkan.

Ck, Aku benci lelaki ini.