Aku memiliki sebuah rencana
Pukul 23.14
Luna masih terdiam di kamarnya. Matanya yang masih terjaga sedari tadi pun tak juga menunjukkan tanda-tanda ingin mengajak beranjak ke alam mimpi. Padahal, wanita berusia tiga puluh tiga tahun dengan gaya rambut sebahu dan berponi itu belum sempat tertidur satu jam pun sedari siang tadi. Dia terus terjaga dengan pikirannya yang kini tengah banyak memproduksi kecemasan. Tetapi dia memang sengaja membuat dirinya tak tertidur sepanjang hari dengan meminum kopi murni yang rasanya pahit, yang akhirnya mampu mengusir rasa kantuk.
Karena wanita itu kini tengah memeras otak demi menemukan solusi untuk menyelamatkan bisnisnya yang selangkah lagi akan tumbang. Dia sedang mencari pinjaman untuk jumlah dana yang sungguh sangat tidak bisa dikatakan sedikit untuk memperbaiki keuangan bisnisnya. Dia telah mencoba dan memikirkan untuk meminjam dana pada beberapa orang yang dikenalinya, namun kebanyakan dari mereka tidak sanggup dengan pinjaman dana yang diajukan olehnya. Mereka memiliki beragam alasan, mulai dari karena tak memiliki uang sebesar yang diminta Luna, tak bisa meminjamkan karena takut serta tidak mempercayai Luna, atau juga karena mereka tidak yakin, disebab mereka juga takut nantinya kehilangan uang besar yang dipinjamkan.
Sementara Luna sendiri sangat memperhitungkan dengan matang dengan rencana dirinya yang meminjam sejumlah dana sangat besar tersebut. Dia juga memikirkan banyak faktor resiko jika dia berhasil mendapatkan dana tersebut. Salah satunya dia berpikir apakah nanti dia sanggup mengganti dana besar yang dipinjam tersebut?
Dia juga bertanya-tanya apakah usahanya akan bisa bangkit setelah peminjaman tersebut, hingga mampu melunasi hutang?
Luna merasa semuanya kacau dan serba salah. Dia seperti berada dalam jalan yang buntu. Dia tak bisa meminjam pada semua rekan bisnis yang dia kenali. Dikarenakan dia tahu bahwa beberapa di antara mereka pun banyak yang menaruh rasa benci yang Luna sendiri belum tahu apa alasannya. Benci tanpa sebab. Mungkin salah satunya karena tidak suka dengan kesuksesan wanita itu. Ya, itu adalah salah satu alasan yang masuk akal. Karena seperti kata pepatah yang memberikan nasihat bahwa tidak semua kawan baik bahkan saudara sendiri suka dengan apa yang kita capai. Di antara mereka banyak yang hanya bersikap baik dan mendukung di depan, namun di belakang, mereka sangat membenci kita. Sangat tidak suka dengan pencapaian orang dekat mereka sendiri. Bahkan tak jarang dari mereka yang berusaha untuk menghancurkan atau menjatuhkan saudaranya yang telah mendapat sebuah pencapaian.
Maka dari itulah, Luna sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan saat ini, sekalipun dirinya sedang berada pada posisi yang teramat sangat membingungkan, memusingkan dan pastinya tidak diinginkan oleh siapapun. Siapa pula orang di dunia ini yang senang jika usaha yang dia rintis dari nol, kini terancam hancur dan hilang?
Sementara usaha tersebut adalah salah satu hal terpenting dalam hidup kita. Jika ada yang suka dan bahagia dengan mengalami kondisi seperti demikian, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan orang yang waras. Dia sinting. Karena malah senang dengan masalah besar.
Sekali lagi dikatakan. Luna merasa sedang berada di jalan yang buntu. Posisinya serba salah. Jika dia tidak menyelamatkan usahanya yang tinggal tersisa satu, maka semuanya akan bertambah runyam. Dia mungkin akan kehilangan sumber penghasilan sementara membangun bisnis baru tidak semudah membalikan telapak tangan. Tetapi dia mencari dana pinjaman pun dia takut dan itu cukup sulit.
Maka saat itu, di malam ketika dia tak juga terlelap disebab oleh permasalahan yang tengah dia hadapi, Luna mendapatkan sebuah pesan email yang entah adalah sebuah keberuntungan yang akan menyelamatkan usahanya, atau ...
Pesan di dalam inbox email itu tidak terlalu banyak. Hanya berbunyi :
[Hai. Aku tahu kau sedang dalam kesulitan. Aku mendengar kabar tentang bisnismu di banyak media berita. Nah, jika kau butuh bantuan dengan sejumlah dana yang besar, maka datang saja ke alamat ini]
Mata Luna mengulir ke bagian bawah surat tersebut, yang menyertakan sebuah alamat salah satu tempat yang berada di kota Jakarta. Namun, saat matanya menyapu habis seluruh tulisan di surat elektronik tersebut, Luna tak menemukan si pengirim menyertakan namanya untuk memberitahu.
Wanita itu kemudian menutup surat elektronik tanpa membalasnya. Lalu menaruh laptop ke atas meja dengan agak kesal. Dia merasa sebal karena di tengah dirinya yang sedang menghadapi kesulitan besar, masih ada orang yang sepertinya ingin bercanda dengannya. Meski dia yakin banyak orang yang dia kenal di luar sana yang saat ini tengah merasa senang dengan kabar tentang kebangkrutan usaha miliknya.
Itu tak bisa disangkal. Suka atau tidak, faktanya memang banyak orang yang tidak senang dengan Luna dan pencapaiannya selama ini. Bisa jadi, email dari tanpa nama si pengirim tersebut adalah merupakan keisengan orang-orang kenalannya atau saingan bisnisnya. Bisa saja mereka sedang merayakan kebangkrutan usaha milik Luna. Maka dari itu, salah satu dari mereka mengirim sebuah surat jahil. Siapa yang mau menerima tawaran bantuan dari orang misterius? Bukankah itu terdengar menakutkan?
Luna kemudian merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan menarik selimut. Dia telah memutuskan untuk memaksakan matanya agar segera tertidur meski rasa kantuk di matanya sangatlah sedikit. Karena tetiba dia mengkhawatirkan kesehatannya. Dia teringat tentang begadang dan tidur terlalu larut malam yang akan membuat kesehatan tubuh terganggu. Jadi dia menjadi lebih peduli. Dia tak ingin kesehatan tubuhnya ikut tumbang seperti bisnisnya saat ini. Karena dia harus tetap hidup untuk mengurus keluarga serta bisnis tersebut. Apapun yang terjadi. Ya, apapun yang terjadi dan apapun caranya.
Apapun?
Tetiba Luna membuka kembali matanya yang baru saja hendak membawa ke alam mimpi. Dia beringsut dari tempatnya berbaring dan tangannya meraih laptop yang telah ditaruh tadi di atas meja. Dia lantas mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Lalu membuka kembali surat elektronik di dalam email dari orang yang tidak diketahui namanya. Si pengirim misterius. Disapunya seluruh isi surat itu kembali dengan mata yang kini tidak mengantuk lagi.
Dan saat di bagian yang sudah habis dari isi surat, dia menatapi dengan agak lama.
"Siapa sebenarnya yang mengirim ini?" gumamnya.
Apakah orang yang mengirim surat tersebut serius ingin membantunya atau hanya sekadar iseng. Luna tahu alamat email miliknya pribadi bukanlah sesuatu yang dia privatkan. Karena memang banyak orang yang bisa menghubunginya lewat itu. Tetapi dia yang saat ini memang sedang sangat membutuhkan bantuan, tidak bisa mengabaikan pesan yang berisi bantuan tersebut begitu saja. Dia yang meskipun benci mengakuinya, malah berharap bahwa pesan tawaran bantuan yang telihat aneh dan konyol baginya itu adalah sungguhan.