webnovel

Reinkarnasi

Sepanjang koridor menuju kelas 12 IPA, Childe menjadi pusat perhatian siswa di sekelilingnya karena sedang berjalan dengan kondisi kaki pincang sebelah dibantu oleh alat penobang di tangan kanannya. Wajahnya masih penuh dengan emosi, apalagi kini banyak perempuan di sekolah yang tak lagi menyahutinya. Dunianya seperti telah selesai saat perebutan gelar jawara sekolah kemarin, dan tak hanya itu saja, beberapa bawahannya kini sudah mulai mendaftarkan diri menjadi bagian dari Arataki Gang.

Di seberang gedung anak IPA, suasana siswa jurusan IPS justru sedang meriah-meriahnya menyambut jawara baru SMA Teyvat, yakni Arataki Itto dan gengnya. Itto berjalan sambil membusungkan dada juga merangkul Kuki Shinobu dengan bangga, perempuan bersurai hijau itu masih ditutupi oleh masker hitamnya, sebenarnya ia menutupi sebagian wajahnya bukan karena malu, melainkan karena ada bekas luka yang harus ia tutupi setelah pertarungannya dengan pemimpin Pasukan Putri SMA Teyvat, Beidou.

"Awas kalian! Geng Arataki mau lewat!" seru Itto dengan suara lantangnya.

Childe menatap ke seberang gedung dengan tatapan penuh kebencian, karena terlalu fokus melihat ke samping, ia tak sengaja menyenggol seorang gadis yang sedang membawa banyak buku pelajaran.

"Hati-hati, dong!" sentak Childe kasar.

Gadis itu tak menghiraukan omongan Childe, ia merapikan kembali buku-bukunya lalu buru-buru pergi ke kelas, kelasnya berada di ujung lorong, 12 IPA 5.

"Woy!" panggil Childe sedikit keras.

Sialnya, panggilan lelaki bersurai oranye itu tak direspon olehnya. Childe yang sudah geram langsung melemparkan alat bantu jalannya ke arah gadis itu hingga punggungnya terkena besi keras tersebut sampai terjatuh.

"Kamu gak apa-apa?" ujar John Lee lembut.

John Lee membantu gadis bersurai pirang itu berdiri lalu membereskan barang bawaannya seorang diri, melihat tingkah si anak baru membuat Childe semakin geram dengan dunia ini. Ia merasa bahwa dunia sudah begitu kejam dengannya, kekalahannya kemarin masih menjadi beban di pikiran lelaki jangkung itu.

"Terima kasih," ucap si gadis bernama Lumine, John Lee tersenyum sambil membantunya kembali ke kelas.

"Tidak perlu berterima kasih. Kita satu kelas, seharusnya saya membantu kamu membawa barang sebanyak—"

Bruk! Kepala John Lee dipukul dari belakang oleh Childe dengan sapu hingga patah, namun John Lee tidak memberikan reaksi apa-apa setelah itu.

Belasan siswa 12 IPA 4 langsung berhamburan menyerbu Childe. Namun apa daya, kemampuan bela diri Childe lebih tinggi dari semua lawannya. Childe berhasil membantai kawanan kelas John Lee dengan mudah, ia langsung menyusul John Lee ke kelasnya sambil menggebrak pintu kelas 12 IPA 4.

"Woy, Anak Baru!" teriak Childe lantang.

John Lee hanya menoleh sesaat, kemudian ia kembali membagikan buku-buku tersebut di meja teman-teman sekelasnya.

Childe memaksakan tubuhnya untuk berlari lalu menerjang John Lee dari belakang, saat ia menendang John Lee dalam posisi terbang Childe terjatuh karena daya refleks lawannya itu lebih cepat dari dugaannya.

"Mampus lo!" seru Hu Tao saat menonton aksi konyol itu dari tempat duduknya.

Seluruh siswa kelas 12 IPA 4 yang tersisa ikut mengejek Childe, tak pernah ia mendapatkan perlakuan seperti ini sebelumnya. Padahal baru kemarin ia memerawani salah satu gadis dari kelas ini, namun saat ia menoleh ke arahnya, ternyata gadis itu ikut mencemooh Childe sama kerasnya dengan siswa lain.

'Kenapa dia bisa tahu pergerakan gue?!' runtuk Childe kesal dalam hatinya.

John Lee baru sadar kalau Childe terjatuh, ia membantu Childe dengan mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya John Lee dengan lembut.

Childe menepis tangan John Lee lalu bangkit dari lantai seorang diri, tanpa aba-aba ia kembali memukul John Lee sekuat tenaga. Satu pukulan telak itu mendarat ke pipi kanan John Lee, darah segar yang keluar dari bibirnya mengotori meja Lumine teman sekelasnya.

"Aduh, maaf. Meja kamu jadi kotor," ujar John Lee sedikit panik, ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya lalu membersihkan percikan darah itu dengan cepat.

"Heh, Goblok! Gue ada di sini!" sentak Childe keras, tetapi tak dipedulikan oleh John Lee.

Childe kembali mengumpulkan tenaganya untuk melayangkan serangan kedua, namun saat John Lee menoleh ke arahnya, Childe merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasa sepanjang hidupnya.

Lelaki jangkung itu mundur beberapa langkah. Nasib buruknya terus berlanjut, salah satu kakinya yang pincang tak bisa mengikuti pergerakan kaki sehatnya, Childe kembali tersungkur dengan sendirinya.

Sepersekian detik kemudian, tatapan John Lee kembali seperti semula. Walaupun Childe orang yang bengis dan tak berperasaan tetapi ia tahu kapan harus berhenti, salah satunya ketika ia bertemu orang yang lebih kuat darinya.

Nyawa Childe terselamatkan oleh bel sekolah, siswa kelas 12 IPA 4 meninggalkan Childe seorang diri tanpa memedulikan keberadaan si bekas jawara. Mereka langsung menuju ke lapangan untuk melaksanakan apel pagi, begitu pula dengan John Lee, darah yang mengalir di bibir dan kepala bagian belakangnya tak membuat lelaki itu membungkukkan badan atau sekadar mengeluh kesakitan.

"John! Ayo ke UKS, kepala kamu berdarah!" ujar Lumine khawatir, John Lee hanya mengangguk pelan lalu meninggalkan kelas.

Saat Childe keluar dari ruangan itu, suara tepuk tangan pelan terdengar dari belakangnya. Gadis bersurai abu-abu itu terkekeh melihat seluruh sandiwara yang ia lihat sejak tadi.

"Lihatlah bagaimana orang-orang mengkhianatimu hanya dalam satu hari," ejek Ningguang masih bertepuk tangan.

"Diam," balas Childe kesal.

"Anak itu bukan anak sembarangan, ia salah satu keturunan dari Keluarga Hu. Kemampuan bela diri kunonya jauh dibandingkan denganmu," jelas Ningguang sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Childe hanya melongo menatap salah satu primadona SMA Teyvat itu, pikiran mesumnya membuat matanya hanya tertuju pada dada Ningguang yang ia busungkan tadi.

Ningguang menampar pipi Childe lalu menariknya dengan kuat, kini netra mereka bertatapan satu sama lain.

"Kalau mau ngomong, tatap mata saya, jangan aset saya!" ujar Ningguang sambil tersenyum.

"Aset itu sungguh berharga, tapi lo gak pernah jual ke siapa pun," balas Childe mengintimidasi.

"Orang miskin seperti Harbingers tidak akan cukup untuk membeli aset berharga Liyue satu ini," goda Ningguang lalu mendekatkan bibirnya ke Childe.

Deru nafas Childe yang menggebu-gebu kini terasa di hidung Ningguang, gadis cantik itu langsung menendang kemaluannya sekuat tenaga, Childe memekik kesakitan lalu terjatuh untuk kesekian kalinya.

Ningguang memijak kemaluan Childe dengan sepatu kulitnya, rintihan Childe memenuhi lorong IPA yang sudah kosong dengan sempurna. Dengan senyum kemenangan, Ningguang menambah kekuatan kakinya untuk menyiksa orang yang paling ia benci seantero sekolah.

"Anda tidak akan tahu bagaimana rasanya kemenangan telak ini, datangnya siswa baru itu sedikit memberikan harapan bahwa tidak hanya orang dengan status sosial yang tinggi saja yang dapat menguasai sekolah ini,"

"Anjing lo! Bangsat! Lepasin, Tolol!" suruh Childe, namun semakin ia mengumpat, semakin keras pula kaki Ningguang menyiksa lelaki jangkung bersurai oranye itu.

Kini darah di sekitar celana sekolahnya mulai menyebar, entah apa jadinya salah satu aset kebanggaan Childe saat ini. Munculnya rasa iba Ningguang membuat gadis itu melepaskan kakinya lalu menendang Childe hingga pingsan lalu pergi ke lapangan untuk mengikuti apel pagi.

***

Hu Tao mengintip dari pintu kaca ruangan UKS, melihat Lumine dan John Lee berduaan di dalam malah membuatnya kesal tanpa alasan. Ia tak sadar bahwa ada seseorang di belakangnya dengan luka yang lebih parah dari John Lee saat ini.

"Awas,"

"Bacot! Gue lagi ada urusan di sini!" balas Hu Tao tanpa menoleh ke belakang.

Tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, ia merasakan sesuatu yang aneh setelah ia menghardik orang itu. Saat Hu Tao menoleh, ia melihat seorang lelaki dengan luka di sekitar tubuhnya yang sengaja tak ditutupi, luka lebam di mata kanannya membuat paras lelaki itu semakin menakutkan, apalagi reputasinya sebagai satu-satunya siswa tanpa geng yang berhasil mengalahkan hampir sebagian orang di SMA Teyvat seorang diri.

"Xi—"

Xiao menarik kerah baju Hu Tao lalu melemparnya ke belakang, bagian belakang Hu Tao terkena salah satu pilar beton penobang gedung sekolah hingga terdengar bunyi yang sedikit keras.

Lelaki bersurai hitam kehijauan itu masuk ke dalam UKS untuk mengobati lukanya, namun karena ada John Lee dan Lumine ia mengurungkan niatnya lalu pergi meninggalkan semuanya tanpa kata.

John Lee berlari keluar saat mendengar suara rintihan Hu Tao, namun sepupunya itu hanya menunjuk ke arah Xiao yang sedang berjalan menjauhi area UKS.

"Hey!" panggil John Lee.

Xiao menghentikan langkahnya lalu berbalik arah, ekspresi datarnya kembali mengingatkan John Lee akan masa lalunya. Luka di sekitar tubuh dan lebam yang letaknya persis di mata kanan itu membuat John Lee nostalgia ke masa lalu.

'Dia benar-benar mirip seperti saya,' gumam John Lee dalam hati.

"Apa?" jawab Xiao dengan suara berat.

Saat John Lee baru membuka mulutnya, ia sudah dipotong oleh Xiao terlebih dahulu.

"Jangan minta gue minta maaf sama dia, itu salahnya karena menghalangi jalan gue ke UKS,"

Lagi-lagi, John Lee merasakan bulu kuduknya berdiri. Seakan bertemu dengan reinkarnasinya, orang yang ada di depan John Lee itu berjalan ke arahnya dan Hu Tao sambil mengepalkan kedua tangan.

"Gue masih kuat buat ngalahin satu orang lagi," ujar Xiao mempercepat langkah kakinya.

"Dia..."

John Lee menoleh, menunggu Hu Tao menyelesaikan kalimatnya.

"Dia Xiao, orang yang gak berani gue ceritain kemarin,"

"Seharusnya dia jawara sekolah ini,"