Prolog: The Mysterious Encounter
Di sebuah kota kecil, aku, Alen, hanyalah seorang murid SMA dengan kehidupan yang tampak biasa-biasa saja. Tapi, sebenarnya aku sangat tertarik dengan sihir dan dunia lain. Aku menyembunyikan ketertarikanku terhadap sihir karena, aku tidak ingin di bilang aneh dan sebagainya. Aku melakukan segala cara untuk mendapatkan itu semua, namun, itu semua sia-sia. Hingga aku bertemu dengannya. Ya, dia yang membuat ku semakin tertarik dengan sihir, bahkan dunia lain pun bukan lah sebuah teori belaka. Ini terjadi di saat aku bertemu dengan seorang wanita misterius di perjalanan pulang dari sekolah. Wajahnya yang cantik dan tatapannya yang misterius menarik perhatianku, namun dia menghilang begitu saja sebelum aku bisa mendekat.
Aku merasa penasaran dan bertekad mencari tahu lebih banyak tentang wanita misterius ini. Setiap hari setelah itu, aku berusaha mencarinya, menghabiskan waktu berjam-jam di sekitar jalur pulangku. Tetapi waktu terus berlalu, dan kesempatan untuk bertemu dengannya semakin sedikit.
Chapter 1: The Enigmatic Woman
Dua bulan kemudian, wanita itu muncul kembali di tempat yang sama. Inilah saatnya, pikirku. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan kedua untuk bertemu dengannya. Dengan hati berdebar, aku mendekatinya perlahan.
Dia tersenyum padaku dengan lembut, dan suaranya seperti nyanyian. "Hai, namaku adalah Lila," katanya dengan penuh misteri.
Aku memperkenalkan diriku, "Aku Alen." Kami berbincang, wajahnya yang cantik dan aura misteriusnya semakin menarikku.
"Kamu bukan dari kota ini, bukan?" tanyaku, mencoba menyelidiki lebih lanjut.
Dia menggelengkan kepala. "Tidak, aku datang dari jauh, dari negara Etheria."
Sontak aku terkejut dan bertanya lagi. "Etheria?!"
Melihat aku kebingungan, Lila bertanya lagi. "Apa kau tidak tahu Etheria? Etheria adalah negara yang maju, bisa dibilang negara paling kuat, terutama dalam bidang teknologinya. Bahkan warga pelosok sekalipun tahu seperti apa negara Etheria itu."
Dengan penuh kesadaran, aku mengambil ponselku dan membuka aplikasi peta, kemudian menunjukkannya pada Lila. "Bisakah kau tunjukkan lokasinya?" pintaku.
Jari Lila mengarah pada suatu negara yang tidak asing bagiku, yaitu Inggris.
Aku segera membantahnya dengan tegas, menatap Lila. "Lila, itu bukan Etheria, itu adalah Inggris."
Lila langsung terdiam dan bertanya lagi, kali ini dengan nada yang bingung. "Inggris??!!"
Aku mengangguk, membenarkannya.
Kemudian, aku melanjutkan dengan pertanyaan lain. "Lila, apa kau tidak sadar dengan sekelilingmu? Bahkan, apa kau tidak bertanya apa alat yang aku gunakan ini?"
Lila yang penuh kebingungan kembali bertanya. "Ahh itu? Bukankah itu StellarGaze?"
Aku kembali bertanya pada Lila dengan rasa ingin tahu. "StellarGaze? Apa itu?"
Lila kembali berkata dengan nada yang sedikit kecewa."Hmm, Bukan Stelargaze ya... Aku kira itu 'StellarGaze' karena bentuknya mirip dengan ini"
Lila mengeluarkan sebuah benda yang serupa dengan ponselku tapi terilhat lebih canggih dari ponsel konvesional umumnya.
Lila tersenyum lembut, seolah menikmati keherananku. "StellarGaze adalah alat yang mirip dengan benda itu, tetapi jauh lebih canggih. Ini adalah teknologi unggulan Etheria yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi, mengakses pengetahuan, dan bahkan melihat ke dalam bintang-bintang di langit secara langsung."
Setelah mendengar itu, aku bertanya lagi padanya. "Bukankah itu sama saja dengan ini? Ponsel ini juga memiliki hal yang serupa dengan itu, kita bisa menggunkan ponsel untuk berkomunikasi, searching, menonton video dll, ya meski tidak bisa melihat bintang-bintang dilangit sih."
Kemudia Lila tersenyum dan mulai bercerita tentang Etheria lebih jauh, aku semakin terpesona oleh dunianya yang begitu berbeda. "Tapi, bagaimana mungkin alat semacam itu ada di Etheria?"
Lila mengangguk, mengungkapkan lebih banyak misteri. "Etheria adalah tempat yang penuh dengan kejutan, Alen. Kami memiliki teknologi yang jauh lebih maju daripada yang mungkin kau temui di duniamu. Bahkan sihir pun ada disana. Namun, aku datang ke sini untuk mencari sesuatu yang tak ternilai."
Pertemuan kami yang tak terduga ini memberi saya rasa ingin tahu yang mendalam tentang Etheria dan alam misterius yang Lila bawa bersamanya. Saat matahari perlahan tenggelam di horizon, kami memutuskan untuk bertemu lagi esok hari untuk lebih banyak berbicara tentang dunia kami yang begitu berbeda.
Sebagai matahari terbenam dan langit berubah menjadi warna oranye, pertemuan kami yang penuh misteri ini menggantarkan awal dari petualangan yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Dan dengan Lila di sisiku, dunia baru pun terbentang di depan mata.
Chapter 2: The Etherian Odyssey
Keesokan paginya, aku tiba di tempat pertemuan kami dengan hati yang berdebar-debar. Pertemuan dengan Lila kemarin membuka pintu menuju dunia baru yang menakjubkan, dan aku tak sabar untuk memahami lebih banyak tentang Etheria, negara misterius yang menjadi asal Lila.
Tak lama kemudian, Lila muncul dengan senyuman lembutnya yang memikat. Dia tampak seperti seorang penjelajah dari negeri dongeng, dan kehadirannya memancarkan daya tarik yang tak tergantikan.
"Hai, Alen," sapanya penuh kehangatan.
Aku menjawab sambutan dengan senyum. "Hai, Lila. Sebenarnya apa yang kamu cari di sini?"
Lila mengambil napas dalam dan tersenyum. "Aku mencari sesuatu yang disebut 'Bintang Etheria'. Ini adalah permata legendaris yang diyakini memiliki kekuatan luar biasa. Kabarnya, hanya orang yang memiliki hati yang tulus dan kemurnian yang dapat menemukan Bintang Etheria."
Aku terpana mendengarnya. "Bintang Etheria? Itu terdengar seperti sesuatu dari dongeng."
Lila mengangguk. "Itu memang seperti legenda, tetapi aku yakin itu nyata. Sumberku di Etheria memberi petunjuk yang mengarah padanya, dan aku harus menemukannya."
Pikiranku berputar saat aku mencoba memproses semua informasi yang baru saja aku dengar. "Apa yang akan kamu lakukan jika menemukan 'Bintang Etheria'?"
Lila tersenyum misterius. "Itu adalah rahasia, Alen. Tapi satu hal yang pasti, keberadaan Bintang Etheria akan mengubah nasib Etheria, dan mungkin bahkan duniamu."
Kami duduk di bawah pohon rindang, memulai percakapan panjang tentang perbedaan antara dunia kami. Lila menjelaskan lebih banyak tentang teknologi canggih Etheria, tentang kemampuan untuk terbang di langit dengan pesawat tanpa sayap, dan bahkan tentang komunikasi dengan makhluk yang hidup di bawah laut yang cerdas.
Aku tertegun mendengar semua ini. Dunianya begitu berbeda dan penuh dengan keajaiban yang tak terbatas. Aku mulai merasa seakan-akan telah terjebak dalam kisah fiksi ilmiah yang hidup.
Kami berbicara sepanjang hari, dan aku merasa semakin terhubung dengan Lila. Dia adalah perpaduan antara kecantikan yang luar biasa dan pengetahuan yang mendalam, dan kehadirannya membuat hatiku berdebar.
Saat matahari kembali tenggelam, kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari. Kini, aku terlibat dalam petualangan yang lebih besar daripada yang pernah kubayangkan, mencari Bintang Etheria bersama Lila. Dunia barunya membuka pintu menuju masa depan yang tak terduga, dan aku siap untuk menjelajahinya.
Chapter 3: The Convergence of Magic and Technology
Selama beberapa hari berikutnya, Lila dan saya terus menggali lebih dalam ke dalam misteri Etheria. Kami berdiskusi tentang perpaduan yang menarik antara sihir dan teknologi di negaranya, yang membuat saya semakin terpesona.
Lila menjelaskan bahwa dalam kebudayaan Etheria, sihir bukanlah sesuatu yang hanya berada di dunia dongeng, melainkan sebuah kekuatan nyata yang ditemukan di mana-mana. Mereka menggunakan sihir untuk memperkuat teknologi mereka. Salah satu contohnya adalah pesawat tanpa sayap mereka, yang ditenagai oleh campuran sihir dan teknologi canggih.
"Kami memiliki ahli sihir yang disebut Magus yang memainkan peran penting dalam perkembangan teknologi kami," kata Lila. "Mereka adalah penjaga ilmu sihir dan memastikan penggunaan yang bijaksana dalam teknologi kami."
Disaat Lila menjelaskan bagaimana cara kerja teknologi disana, seketika bertanya kepada Lila. "Ngomong-ngomong Lila, apa kamu sendiri bisa menggunakan sihir?"
Dengan senyumannya yang indah dia menjwab."Ya, aku bisa menggunkannya" sambil menatapku.
Aku yang merasa iri dan kagum berkata. "Enaknya... aku juga ingin bisa menggunkan sihir, padahal dari kecil aku serius menekuninya tapi, seperti yang kau lihat, masyarakat disini tidak bisa menggunkannya."
Setelah mendengar keluhanku, Lila malah tertawa dan berakata. "Apa yang kau katakan? Dari penglihatanku, kau tampak mahir menggunkan sihir."
Aku terkejut pernytaan Lila dan berakata. "Aku bisa menggunkan sihir? Kau pasti bercanda, mana bisa aku menggunakan sihir? Jika memang bisa, sudah pasti aku akan menggunkan sihir untuk pergi ke sekolah tanpa harus repot-repot jalan kaki."
Lila tertawa lagi setelah mendengarkan ku berbicara. "Tapi aku yakin kau pasti bisa, karena mataku ini adalah salah satu mata sihir dari 5 mata sihir yang ada. Hanya segelintir orang di duniaku yang memilikinya. Banyak yang mengincar pemilik mata sihir seperti ini dan aku sendiri menyembunyikan fakta itu."
Mendengar hal itu membuatku bertanya. "Tapi kenapa kau memberi tahu aku sesuatu yang penting seperti itu."
Lila menatap mata ku dan berkata dengan serius. "Karena aku percaya pada dirimu. Aku dapat melihat aura terang seperti cahaya yang akan menyinari kegelapan sekalipun."
Mendegar perkataan dari Lila membuat takjub padanya. Dia mempercayai orang yang baru ia temui beberapa hari yang lalu ini.
Suasana malam yang sunyi, angin malam yang mendingikan suasana dan cahaya lampu jalan yang menyinari kami membuat suasananya semakin menuju ke araha romantis itu lah yang aku pikirkan.
Pada momen itu aku tersadar kembali dari tatapan Lila dan berkata. "Tapi aku sendiri tidak seperti yang kau kira, aku benci orang-orang yang berkuasa yang menggunakan jabatannya demi keuntunganya sendiri, bangsawan korup dan keji tapi bebas berkiliaran kesana kemari, bisa dibilang mereka itu adalah bajingan busuk yang patut dihukum, tapi mereka bebas berkiliaran karena koneksi dan uang. Memikirakan manusia brengsek itu membuat aku ingin menyiksa mereka tanpa henti hingga mereka mati, bakan memohon untuk dibunuh pun akun tidak ingin membunuhnya."
Mendengar perkataan ku Lila tertawa kembali sambil berkata. "Hahahaha.... Kamu jauh lenih menarik dari yang aku kira. Tenang saja cahaya yang aku maksud tadi itu adalah aura persahabatan antara kau dan aku, bukan aura terang yang lain seperti seorang pahlawan dalam cerita dan sebagainya."
Aku merasa lega setelah mendengar perkataanya dan kembali berbincang bincang, hingga aku kepikiran soal 'Bintang Etheria' yang Lila maksud di awal tadi.
Saya teringat tentang item-item legenda yang disebutkan Lila sebelumnya. "Bagaimana dengan Bintang Etheria yang kamu sebutkan sebelumnya? Apakah mereka juga terkait dengan sihir dan teknologi?"
Lila tersenyum dan mengangguk. "Ya, Alen, mereka sangat terkait. Bintang Etheria itu disebut Permata Esensi, dan merupakan sumber daya sihir yang paling kuat di Etheria. Dalam Legenda mengatakan Bintang Etheria terbagi menjadi 3 bagian dan terpecah oleh suatu kejadian yang tak terduga di masa lu. Bagian-bagian dari Bintang Etheria sendir memiliki kekuatan unik yang dapat mempengaruhi dunia di sekitarnya."
Aku merasa semakin penasaran. "Apa yang terjadi jika seseorang menemukan Bintang Etheria ini?"
Lila berpikir sejenak sebelum menjawab, "Orang yang menemukan Bintang Etheria akan memiliki kekuatan besar di tangan mereka. Namun, penggunaan yang bijak sangat penting, karena kekuatan ini bisa membawa kebaikan atau malapetaka."
Kemudian, aku bertanya tentang keberadaan senjata sihir kepada Lila, karena seperti yang kalian tahu, berdasarkan novel yang sering aku baca pasti ada yang namanya senjata sihir.
Berdasarkan cerita yang Lila sebutkan, keberadaan senjata sihir itu memang adanya, tapi semua itu hanya ada dalam legenda. Terdapat 7 senjata sihir yang beragama bentuknya dan di legenda itu mengatakan hanya tidak ada yang namanya senjata yang kuat ke 7 senjata itu setara, yang kuat itu hanyalah penggunanya. Senjata itu hinga saat ini belum ditemukan. Begitulah perkataan Lila.
Pertemuan kami terus memperdalam pemahaman saya tentang dunia Etheria yang penuh misteri ini. Namun, saya juga semakin merasa bahwa ada lebih banyak rahasia yang perlu diungkap. Bintang Etheria, Permata Esensi, dan senjata-senjata sihir adalah hanya permukaan dari cerita yang jauh lebih besar, dan bersama-sama dengan Lila, saya siap untuk mengejar kebenarannya.
Chapter 4: The Quest for the Starlight Gem
Keesokan harinya, semangat petualangan masih membara dalam diri kami. Kami memutuskan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang Bintang Etheria sebelum memulai perjalanan. Kami memutuskan untuk berkumpul di sebuah kafe yang nyaman di tengah kota.
Kami duduk di meja yang tenang di sudut kafe, di bawah sinar matahari yang menyinari ruangan melalui jendela besar. Lila memegang secangkir teh hangat, sedangkan aku memiliki cappuccino favoritku.
"Saya ingin tahu lebih banyak tentang Bintang Etheria," kataku pada Lila sambil menyeruput kopi. "Apakah kamu memiliki petunjuk lebih lanjut tentang di mana kita harus mencarinya?"
Lila menjawab dengan serius, "Bintang Etheria adalah salah satu rahasia terbesar Etheria. Bahkan di negara asal ku, hanya beberapa yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk mencari Bintang Etheria."
Dia melanjutkan, "Namun, ada legenda yang mengatakan bahwa Bintang Etheria berada di dalam Reruntuhan Kuno yang ada di bumi. Itu adalah reruntuhan kuno itu juga sering disebut dengan The Enchanted Heptad. Legenda mengatakan bahwa Bintang Etheria terdapat disalah dari 7 reruntuhan itu."
Saat kami mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang The Enchanted Heptad, kami mengetahui bahwa banyak orang di Etheria menganggap The Enchanted Heptad ini sebagai tempat berbahaya dan berhantu. Beberapa petualang yang mencoba menjelajahi salah satu reruntuhan ini tidak pernah kembali. Menurut Legenda mengatakan keberadaan The Enchanted Heptad itu berada di dataran tinggi atau puncak dari suatu peninggalan bersejarah.
Meskipun berbahaya, keinginan untuk menemukan Bintang Etheria membuat kami semakin bersemangat untuk menjelajahi The Enchanted Heptad. Kami berencana untuk pergi ke sana dan memeriksa secara langsung apakah legenda itu benar.
Kami mengakhiri pertemuan kami di kafe dengan peta yang menunjukkan lokasi perkiraan The Enchanted Heptad. Namun, kami sadar bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. The Enchanted Heptad adalah tempat yang misterius dan berbahaya, dan kami harus siap menghadapi segala kemungkinan dalam pencarian kami untuk menemukan Bintang Etheria yang legendaris.
Chapter 5: The Enchanted Heptad
Kami berdua telah menghabiskan berhari-hari untuk mengumpulkan informasi di Bumi, mempersempit pencarian kami untuk menemukan Bintang Etheria. Lokasi-lokasi yang mungkin menjadi bagian dari The Enchanted Heptad telah kami identifikasi. Mereka adalah Machu Picchu di Peru, Petra di Yordania, Angkor Wat di Kamboja, Pompeii di Italia, Mesa Verde di Amerika Serikat, Giza di Mesir, dan Puncak Jaya di Indonesia.
Setelah mempelajari setiap lokasi dengan cermat, kami menentukan bahwa saatnya untuk bertemu dan merencanakan perjalanan kami ke salah satu dari tujuh lokasi ini. Kami memilih sebuah kafe yang pernah kami kunjungi sebelumnya sebagai tempat pertemuan.
Sabtu sore yang panas, aku datang lebih awal dan memesan secangkir cappuccino. Sementara menunggu Lila, aku memeriksa sekali lagi informasi tentang lokasi-lokasi tersebut. Saya merasa semakin dekat dengan mengungkap misteri Bintang Etheria.
Waktu berlalu, dan matahari perlahan terbenam di ufuk barat. Namun, Lila belum datang. Aku menunggu dengan cemas, mencoba menghubunginya melalui telepon. Namun, tidak ada respons sama sekali. Sesuatu tidak beres.
Aku terus mencoba menghubunginya sepanjang malam, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk melacak sinyal terakhirnya, yang menunjukkan bahwa dia tinggal di apartemen dekat kafe itu. Aku menuju ke sana dengan cepat, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Sesampainya di apartemen Lila, aku mencoba berbicara dengan pemilik apartemen. Dia memberitahu bahwa Lila tidak pernah keluar sejak beberapa hari yang lalu. Aku meminta izin untuk masuk ke dalam apartemen, tapi pemiliknya menolak. Rasa khawatir membuatku nekat, dan aku mencoba menyelinap masuk ke dalam.
Namun, ketika aku masuk ke dalam apartemen Lila, aku merasa kekosongan yang mencekam. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Hanya sepucuk surat yang dia tinggalkan.
Aku membuka surat itu dan hatiku berdenyut cepat saat membaca kata-kata perpisahan Lila. Dia menjelaskan bahwa waktu yang dia habiskan di Bumi telah berakhir, dan dia harus kembali ke Etheria. Kepergiannya tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan membuatku merasa hampa.
Aku pulang dengan hati yang berat, mengisolasi diri di kamarku sepanjang hari. Keluargaku khawatir tentang keadaanku, tetapi aku terlalu terpaku pada kepergian Lila.
Suatu hari, ketika aku masih dalam isolasi, aku secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang mengejutkan. Pesan rahasia tersembunyi dalam surat perpisahan Lila, pesan yang memberi petunjuk tentang bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi. Pesan itu berisi petunjuk pembuatan portal untuk menuju Etheria.
Dengan hati yang penuh semangat, aku mulai mengikuti petunjuk Lila, berharap bahwa ini adalah awal dari perjalanan baru menuju Dunia Lain, Etheria, dan untuk bertemu kembali dengan teman yang telah kukenal dan kucintai dalam petualangan kami yang penuh misteri.