webnovel

When The Party's Over.

WSA Indonesia Kanneth dan Irina adalah pasangan muda yang menikah secara diam-diam karena tidak mendapat restu, memaksa keinginan mereka mengatas namakan cinta. Namun bagaimana jadinya, jika ada orang ketiga yang akhirnya mengguncang rumah tangga mereka yang baru seumur jagung. Apalagi saat semua perkara itu semakin panas, Olivia, sahabat dekat Kanneth mengandung anaknya. Sedangkan Irina, harus mendapati dirinya mengidap depresi dan aneroksia karena rasa sedih mendalam juga ketakutan akan perubahan tubuh yang dapat dikomentari banyak orang jika dia tak pantas berada di sisi Kanneth sebagai perempuan biasa. Tentu setelah banyak penderitaan itu, Irina tak akan membiarkan Olivia hidup dengan tenang di sisi suaminya. Bahkan Kanneth, Irina tak akan membuat menyenangkan hidupnya selama bersamanya. _____________________ "Kamu tau, sedari awal hubungan ini aku sudah belajar untuk kehilangan kamu meski gak mampu." Setelah sekian lama terdiam, Irina berhasil bicara pada suaminya yang berselingkuh dengan perempuan yang dia bilang hanya sekedar 'sahabat'. "Irina, Olivia hanya teman aku..." Aku menyela cepat."Itu yang kamu anggap teman, dia hamil anak kamu!!" "Tapi kamu tau, aku mencintai kamu, bukan dia!" "Dan kamu sudah mengingkari janji kamu untuk mencintai aku seorang!!" Kanneth terdiam, dia sudah pasti tak dapat membalas ucapan Irina yang membeberkan fakta. "Jika aku jabarkan semua kebohongan kamu yang aku ketahui, sudah tak terhitung sakitnya aku karena berjuang untuk kamu!! Salahku gak menuntut banyak agar kamu memikirkan tentang aku lebih banyak!" Irina menarik napas sesak saat sadar air mata mengaliri kedua pipinya. "Dan semua orang menjatuhkan aku, menilai diriku hanya dari pakaian yang aku gunakan. Mengasumsikan kita berdua tidak cocok memiliki hubungan ini, jadi... tolong lepaskan aku dari penderitaan ini Kanneth."

Alexa00_ · Urban
Not enough ratings
10 Chs

BERSALAH

_Kita hanya akan saling menyakiti tanpa henti_

...

Saat melewati Irina begitu saja yang berdiri di depan tv yang bahkan masih menampilkan film yang tadi tengah ditonton oleh keduanya.

"Jangan pergi, tetap disini. Apapun yang terjadi, aku bakalan balik lagi kesini setelah kasih kamu waktu untuk berpikir dengan baik." Ujar Kanneth memeluk Irina dan mencium kedua pipinya, kemudian mengecup lama bibir istrinya dan pergi begitu saja setelahnya.

Irina luruh ke atas lantai dingin, di dalam ruang tv yang sepi itu dia menangis menahan diri sedari tadi. Kini meraung dengan pilu, rasanya sangat menyakitkan. Dia memegangi dadanya dengan keras, merenggut bagian baju di dada susah payah.

"Gak ada yang mau ini berakhir, Ken...." Irina memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan wajahnya di antara kakinya."Bahkan ketika kamu menuruti mamah kamu, dia tetap menyentuh aku untuk menyelesaikan hubungan kita."

....

Kanneth hanya berniat datang ke bar milik temannya, dia tak akan melakukan hal lain. Tapi disana dia bertemu dengan Olivia, perempuan yang baru saja di bahas oleh Irina. Ini seakan tuhan menunjukkan kebenaran yang tadi di sangkalnya, Olivia memang benar-benar adalah kekasih gelapnya.

"Hey, Babe. Kenapa kamu kesini nggak bilang aku."

"Tinggalin aku sendiri, Oliv. Untuk sekarang saja, tolong biarin aku sendirian disini." Ujar Kanneth tak mau memandang ke arah Olivia yang menempel di sebelahnya.

Tak menyadari tangan perempuan itu yang tengah mengaduk gelas minumannya dengan jari tangan, sedangkan Kanneth hanya menenggak habis minumannya begitu saja.

Dia tak ingin bertemu Olivia, pertengkarannya bersama Irina membuat emosinya yang tertahan ingin meledak saat ini juga ketika Olivia tidak mendengarkannya. Perempuan itu menarik wajah Kanneth untuk menghadapnya, dia mencium bibir pria itu yang langsung menarik wajah Olivia lebih dekat padanya. Membalas ciuman panas itu dengan lebih intens dari pertama, decapan terdengar.

Suara riuh dalam bar menutupi hal itu, hanya Kanneth dan Olivia yang mendengar dan merasakan satu sama lain. Semua orang tak peduli, meski ada beberapa orang melihat dan bersiul karena kini Olivia sudah ada di pangkuan Kanneth.

"Kamu lebih banyak berkembang dalam berciuman sayang..." Olivia mengusap belakang kepala Kanneth. Saat itulah tangannya yang tergenggam mengeluarkan sebuah plastik kecil dan melirik ke arah gelas minum Kanneth, ini adalah obat yang dapat membuat seseorang berhalusinasi selama 1 jam.

Dia tersenyum kala berhasil mengambil atensi kekasihnya yaitu untuk fokus padanya, Olivia tau jika malam ini ada Irina di apartemen Kanneth. Dan seharusnya pria itu tidak ada di bar ini jika Irina disana, itu artinya ada pertengkaran lain yang dia inginkan.

"Cerita sama aku, apa yang membuat kamu begitu marah." Kata Olivia sambil mengusap rahang Kanneth yang memejamkan matanya.

Pria itu terlihat sudah lebih tenang, rautnya tak sekeras tadi dan Olivia berhasil lagi membuat Kanneth menjadi lebih penurut. Sebelumnya perlu banyak kata-kata dan juga rayuan untuk membuat Kanneth mau berpaling, setidaknya menganggap dirinya sebagai pelampiasan dari hubungannya dengan Irina yang tidak direstui. Melalui tangan Melody, Kanneth berhasil jatuh dalam pelukannya.

"Irina, dia lagi-lagi membahas tentang bercerai. Aku nggak bisa menceraikannya, bahkan tadi Irina merendahkan perasaanku yang tulus sama dia. Apa selama ini perjuanganku begitu rendah di matanya? Seburuk itu, sampai Irina berkata sangat kejam ke aku!!" Suaranya ditekan dengan marah.

Olivia menyeringai dengan kaku, kata tulus membuatnya sadar jika dia mendapatkan tubuh Kanneth bukan hatinya. Perempuan miskin itu masih menjadi ratu di hati Kanneth, jika bukan dengan cara licik, Olivia tak akan mendapatkan Kanneth disisinya.

Ada satu lagi yang perlu diketahui, bahwasannya Olivia adalah orang yang tau tentang pernikahan Kanneth dan Irina. Dan kerap kali dia sengaja memberi ancaman dengan bermain kata pada Kanneth agar mau menuruti keinginannya, dia ingin kedua insan ini cepat-cepat berpisah saja. Dia tau kalau Kanneth sudah menikah dengan Irina, saat pria itu mabuk di ulang tahun Rio. Dia membeberkan perihal pernikahan dan bagaimana dia senang bersama dengan Irina, Olivia benar-benar terkejut saat itu.

"Tidak apa, kamu tak bersalah. Semua sudah kamu lakukan untuk Irina, perempuan itu juga perlu diberi hukuman untuk perlakuannya sama kamu. Biarkan dia sadar diri, introspeksi dalam hubungan yang membuat kamu malah tidak baik-baik saja." Ucap Olivia sambil mengusap ibu jarinya pada pipi Kanneth yang memejamkan mata.

Tetapi bodohnya, Kanneth malah mengiyakan apa yang Olivia katakan. Dia tak pernah merasa dirinya berlaku salah, benar yang dikatakan Olivia. Semua yang dilakukannya untuk Irina tetapi perempuan itu terus menyebutkan nama Olivia dalam setiap pertemuan.

Bahkan menyinggung gosip yang menyebar, padahal dia tak membela bukan berarti diam saja. Jika Kanneth melakukan sesuatu pada rumor itu, maka ibunya, Melody akan membuat semua lebih rumit.

"Aku hanya nggak mau Irina terluka sama mamah, kenapa sulit untuk membuatnya mengerti betapa aku mencintai dia lebih dari diriku sendiri."

"Iya, kamu harus beri dia teguran keras jika semua yang kamu lakukan masih belum bisa dimengerti oleh Irina. Perempuan itu harus sadar posisi." Ujar Olivia saat menyadari jika obat yang dimasukkan ke dalam minuman Kanneth sudah mulai bekerja.

"Hah?" Kanneth menatap kearah wajah Olivia setelah menggeleng kuat karena pusing, di matanya sosok sang istri muncul."Irina?"

"Perempuan itu gak ada disini, kamu harus melihat aku sebagai Olivia."

Sayangnya ucapan Olivia tdaik di hiraukan, pria itu menangis dengan segera.

"Irina!! Tolong jangan seperti itu lagi, aku kesakitan mendengar ucapan kamu tadi. Apa tidak bisa setidaknya melihat kondisi kita, meski mamah melarang hubungan kita. Tapi aku tetap ingin mengusahakannya, tolong.... tetap disini...." Kanneth menangis sambil memeluk Olivia.

Perempuan itu mencebik, tapi setidaknya karena Kanneth menganggapnya sebagai Irina. Pria itu bisa melihatnya lebih baik, lembut dan juga begitu mendamba. Ini yang selama ini dia inginkan dari Kanneth, menganggapnya lebih berarti dari semua orang.

Kanneth bahkan sampai sesegukan karenanya, Olivia sudah tau jika Kanneth dan Irina akan menonton bersama di apartemennya. Karena pria itu memberi tahu Olivia, dan sebelum itu terjadi maka Melody harus ikut campur. Begitu pun tentang rumor itu, beruntung karena memiliki teman yang tak bisa di percaya.

Saat Olivia bicara tentang hubungannya dan Kanneth, semua itu menjadi rumor besar karena beberapa orang melihat Irina berada di dekat Kanneth seperti orang ketiga.

"Kita perlu pulang..."

...

"Ugh..."

Olivia tak bisa menahan Kanneth, pria itu tengah menggebu-gebu setelah menangis dan sampai di sebuah hotel yang sudah dipesan. Kanneth sudah terlalu kesetanan, bayangan kepergian Irina membuatnya melakukan hal nekat pada Olivia yang dianggapnya adalah Irina.