webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urban
Not enough ratings
409 Chs

Tourner Dans Le Vide 10

Luca segera berlari menghampiri Charles begitu ia melihatnya turun dari mobil. Charles menyambut Luca dengan langsung memegang tangannya. keduanya lalu kembali berjalan menghampiri Kate yang sedang duduk di depan café.

"Apa kau siap untuk berlayar?" tanya Charles pada Luca.

Luca langsung mengangguk antusias. Charles tersenyum pada Luca lalu mengalihkan perhatiannya pada Kate yang sedang meminum kopi. "Mana tas perlengkapan Luca?"

Kate meletakkan cangkir espresso yang ia pegang lalu melirik ke kursi kosong yang ada di sebelahnya. Di kursi itu tergeletak sebuah tas ransel berwarna merah. Charles segera mengambil tas tersebut sementara Kate menatapnya.

"Oh, come on, Charls. Kau bisa duduk sebentar dan minum kopi bersamaku. Kalian tidak sedang terburu-buru, kan?" tanya Kate.

Charles tertawa pelan. "Sayangnya kami sedang terburu-buru."

"Bukankah kalian akan berlayar pada hari sabtu?" Kate kembali bertanya pada Charles.